Kehadiran anak dalam kehidupan bapak ibu menambah keceriaan keduanya, membuat semarak rumah yang mereka tinggali, memberi kebahagiaan tersendiri bagi mereka berdua, namun terkadang hal ini tidak berlangsung lama karena Allah Ta’ala berkenan memanggil sang buah hati untuk kembali kepadaNya mendahului bapak ibunya. Sedih dan pedih, itulah perasaan bapak ibunya, tetapi apa daya jika Allah berkehendak demikian, kehendakNya pasti terjadi dan tidak tertolak.

Maklum jika bapak ibu bersedih, bagaimana tidak, ketika anak sedang tumbuh dalam keadaan sehat, riang dan lucu, tiba-tiba Allah Ta’ala mengambilnya, ketika cinta dan kasih sayang bapak ibu sedang menggebu kepadanya, pada saat itu keduanya harus berpisah dengan sang buah hati karena Allah Ta’ala memanggilnya.

Silakan bersedih, silakan berduka dan silakan menangis jika hal semacam ini terjadi dan menimpa Anda sebagai bapak atau sebagai ibu, semua itu manusiawi dan lumrah, tidak ada yang aneh yang perlu diingkari selama semua itu hanya sebatas itu, tidak meningkat menjadi meratap, meraung-raung dan berteriak menolak kehendakNya.

Kepergian anak mendahului bapak ibunya bukan terjadi pada Anda semata akan tetapi ia terjadi pada tidak sedikit bapak dan ibu. Salah seorang bapak mulia yang ditinggal pergi anak-anaknya adalah Rasulullah saw. Seluruh anak beliau meninggal semasa beliau masih hidup selain Fatimah yang wafat beberapa bulan setelah beliau wafat. Bahkan anak-anak beliau yang laki-laki, Qasim, Abdullah dan Ibrahim wafat dalam usia anak-anak. Adapun putri-putri beliau, Zaenab, Ruqayyah dan Ummu Kultsum maka mereka wafat ketika mereka dewasa dan sudah berumah tangga.

Ketika Ibrahim wafat Rasulullah saw bersedih dan meneteskan air mata. Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw masuk kepada Ibrahim putranya yang sedang menghadapi ajal, maka kedua mata Rasulullah saw menetes, maka Abdurrahman bin Auf berkata, “Dan engkau ya Rasulullah.” Maka Nabi saw bersabda, “Wahai Ibnu Auf, ia adalah kasih sayang. Sesungguhnya mata menangis, hati bersedih dan kami tidak berkata kecuali apa yang membuat Tuhan kita ridha dan sesungguhnya kami bersedih berpisah denganmu wahai Ibrahim.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Demikian juga ketika cucu Nabi saw dari anak perempuan beliau wafat, beliau menangis. Dari Usamah bin Zaid bahwa cucu laki-laki dari anak perempuan Rasulullah saw dibawa kepada beliau pada saat dia menghadapi ajal, maka kedua mata beliau menetes, maka Saad berkata, “Apa ini ya Rasulullah?” Nabi saw bersabda, “Ini adalah kasih sayang yang Allah Ta’ala berikan ke dalam hati hamba-hambaNya. Sesungguhnya Allah menyayangi orang-orang penyayang dari hamba-hambaNya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Ternyata orang yang ditinggal buah hatinya bukan Anda sendiri, Rasulullah saw sebagai bapak pun mengalami apa yang Anda alami, beliau menangis karenanya sebagai bukti kasih sayang seorang bapak kepada anaknya yang pergi mendahuluinya, namun tidak lebih, sebagaimana yang beliau sabdakan, tidak mengucapkan kata-kata kecuali apa yang mengundang ridha Allah Ta’ala.

Teladan besar sekaligus kesabaran tiada tara diukir oleh seorang wanita mulia dari generasi sahabat, Ummu Sulaim ibu Anas bin Malik, teladan hasil belajar dari teladan utama yaitu Rasulullah saw.

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas berkata, anak laki-laki Abu Thalhah sakit, Abu Thalhah keluar dan anak tersebut wafat, ketika Abu Thalhah pulang, dia bertanya, “”Bagaimana anakku?” Ummu Sulaim, ibu anak itu menjawab, “Wahai Abu Thalhah, sejak dia sakit dia tidak pernah setenang seperti sekarang.” Ummu Sulaim menyiapkan makan malam, Abu Thalhah menyantapnya, setelah itu Abu Thalhah menggauli istrinya, setelahnya Ummu Sulaim berkata, “Kuburkanlah anak ini.” Di pagi hari Abu Thalhah datang kepada Nabi saw, beliau bertanya, “Apakah semalam kamu berhubungan?” Abu Thalhah menjawab, “Ya.” Nabi saw bersabda, “Ya Allah, berkahilah keduanya.” Maka Ummu Sulaim melahirkan seorang anak laki-laki. Abu Thalhah berkata kepadaku, “Bawalah adikmu ini kepada Nabi saw.” Sambil memberikan beberapa butir kurma. Nabi saw bertanya kepada Anas, “Ada sesuatu bersamanya?” Anas menjawab, “Ada beberapa butir kurma.” Lalu Nabi saw mengambilnya dan mengunyahnya lalu meletakkannya di mulut anak itu, beliau mentahniknya dan menamakannya Abdullah.

Dalam sebuah riwayat al-Bukhari, Ibnu Uyainah berkata, seorang laki-laki Anshar berkata, “Aku melihat sepuluh anak, semuanya hafal al-Qur`an.” Yakni anak Abdullah bin Abu Thalhah.

Ummu Sulaim telah menorehkan sikap mulia dalam kapasitasnya sebagai ibu yang ditinggal wafat putranya, dengan sikapnya itu Allah Ta’ala mengganti anak tersebut dengan anak yang membawa berkah, seorang anak yang kelak melahirkan sepuluh putra dan seluruhnya adalah hafizh al-Qur`an.
(Izzudin Karimi)