Tetangga memiliki kehormatan yang wajib dijaga, penjagaan terhadap kehormatannya terkait dengan iman kepada Allah dan Hari Akhir. Pelanggaran terhadap kehormatannya mengakibatkan seseorang kehilangan kesempurnaan iman di samping ia memicu permusuhan.
Berikut ini nasihat seorang ibu yang berumur lanjut kepada putranya seorang pemuda melalui sebuah peristiwa yang dialami oleh sang putra.

Ali bin Yusuf Al-Qafathi –seorang penulis dan penyair terkenal, dikenal dengan julukan Qadhi Akram, wafat tahun 646 H. Ibunya seorang wanita shalihah, ahli ibadah dan ahli zuhud- berkata, “Pada waktu aku masih anak-anak, aku datang dari Mesir dengan ditemani seekor kucing Asbahan seperti anak-anak yang lain. Di rumah kami kucing itu melahirkan beberapa anak. Tetapi datanglah seekor kucing jantan dan memakan sebagian dari anak-anak kucing tersebut. Aku sedih karenanya. Aku bersumpah kucing yang memakannya harus dibunuh. Aku membuat jaring perangkap dan aku pasang di atap rumah. Aku menunggu ternyata kucing pemakan terjerat jaring perangkap. Aku naik dengan memegang tongkat, niatku adalah membunuhnya.

Kami mempunyai tetangga yang dibatasi oleh tembok yang telah runtuh, sebagai gantinya mereka membentangkan kain sampai tukang batu tiba dan memperbaikinya. Tetangga kami itu mempunyai dua anak gadis yang sama sekali tidak pernah kuduga kecantikan parasnya dan keindahan tubuhnya. Keduanya terkenal di kota kami dengan itu, dan keduanya masih gadis. Begitu aku hendak membunuh kucing itu tiba-tiba kain pembatas itu tersingkap. Mataku melihat sesuatu yang menakjubkan orang tua lebih-lebih anak muda. Benar-benar cantik dan indah. Keduanya memberi isyarat kepadaku dengan jarinya agar aku melepaskan kucing jantan tersebut.

Aku melepaskan kucing itu lalu turun, sementara hatiku bergemuruh karena pengaruh dari apa yang baru aku lihat, pada saat itu aku baru baligh, sementara ibuku sedang duduk di rumah karena sakit.

Ibu berkata kepadaku, “Aku tidak melihatmu membunuhnya seperti apa yang kamu niatkan.”

Aku menjawab, “Kucingnya lain, bukan itu yang diincar.”

Ibu berkata, “Menurutku tidak begitu. Apa ada yang memberimu isyarat kepadamu sehingga kamu melepaskannya?”

Aku menjawab, “Siapa yang memberiku isyarat? Aku tidak mengerti maksud Ibu.”

Ibu berkata, “Wahai anakku, dengarkan ibu berbicara padamu,

ثِنْتَانِ لاَ أَصْبُو لِوَصْلِهِمَا
عِرْسُ الخَلِيْلِ وَجَارَةُ الجَنْبِ

فَأَمَّا الخَلِيْلُ فَلَسْتُ خَائِنَهُ
وَأَمَّا الجَارُ فَأَوْصَانِي بِهِ رَبِّي

Dua orang aku selalu menjaganya
istri teman dan tetangga sebelah

Adapun teman maka aku tidak mengkhianatinya
kalau tetangga maka Tuhanku telah berwasiat kepadaku

Ali bin Yusuf berkata, “Demi Allah seolah-olah ada air yang diguyurkan ke api dan memadamkannya. Sesudah itu aku tidak pernah naik ke atap atau kamar atas sampai aku meninggalkan kota itu. Musim panas tiba dan aku menahan diri dengan panasnya. Aku tidak naik ke atap pada musim panas itu.”

إِذَا كُنْتَ جَارًا لإِمْرِئٍ فَارْهَبِ الخَنَا
عَلَى عِرْضِهِ إِنَّ الخَنَا طَرَفُ الغَدْرِ

Jika kamu bertetangga dengan seseorang maka jangan berselingkuh
Dengan keluarganya karena berselingkuh berarti pengkhianatan

بِعَيْنِيْ عَنْ جَارَاتِ قَوْمِيْ غَفْلَةٌ
وَفِى السَمْعِ مِنِّي عَنْ حَدِيْثِهِم وَقْرَ

Kedua mataku buta dari para wanita tetangga kaumku
Pendengaranku tuli dari pembicaraan mereka

وَلاَ أَدِبُّ لِجِيْرَانِي إِذَا هَجَعُوا
بِالفَاحِشَاتِ دَبِيْبَ الذِئْبِ للِغَنَمِ

Aku tidak mengendap-endap kepada tetanggaku pada saat mereka tidur
Untuk melakukan perbutan kotor layaknya serigala yang mengintai domba

عن عبد الله بن مسعود رضى الله عنه قال : يَارَسُوْلَ اللهَ أَيُّ الذَنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ ؟ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ للهِ نِدًّا وَهُوُ خَلَقَكَ . قَالَ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيْمٌ ثُمَّ أَيُُّ ؟ قَالَ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ تَخَافُ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قَالَ ثُمَّ أَيُّ ؟ قال أَنْ تُزَانِي حَلِيْلَةَ جَارِكَ .

Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, “Ya Rasulullah dosa apa yang paling besar di sisi Allah?” Rasulullah menjawab, “Kamu mengangkat sekutu bagi Allah padahal Dia menciptakanmu.” Dia berkata, “Ini benar-benar besar, kemudian apa?” Rasulullah menjawab, “Kamu membunuh anakmu karena kamu takut dia makan bersamamu.” Dia berkata, “Lalu apa?” Rasulullah menjawab, “Kamu menzinahi istri tetanggamu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).