Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَوْحَيْنَآ إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي إِنَّكُم مُّتَّبَعُونَ {52} فَأَرْسَلَ فِرْعَوْنُ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ {53} إِنَّ هَؤُلآءِ لَشِرْذِمَةٌ قَلِيلُونَ {54} وَإِنَّهُمْ لَنَا لَغَآئِظُونَ {55} وَإِنَّا لَجَمِيعٌ حَاذِرُونَ {56} فَأَخْرَجْنَاهُم مِّن جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ {57} وَكُنُوزٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ {58} كَذَلِكَ وَأَوْرَثْنَاهَا بَنِي إِسْرَاءِيلَ {59} فَأَتْبَعُوهُم مُّشْرِقِينَ {60} فَلَمَّا تَرَآءَا الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ {61} قَالَ كَلآ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ {62} فَأَوْحَيْنَآ إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِب بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ {63} وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ اْلأَخَرِينَ {64} وَأَنجَيْنَا مُوسَى وَمَن مَّعَهُ أَجْمَعِينَ {65} ثُمَّ أَغْرَقْنَا اْلأَخَرِينَ {66} إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَةً وَمَاكَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ {67} وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ {68}

”Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa:”Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusul”. Kemudian Fir’aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. (Fir’aun berkata):”Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita, dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga”.Maka Kami keluarkan Fir’aun dan kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia, demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil.Maka Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa:”Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab:”Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. Lalu Kami wahyukan kepada Musa:”Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”.Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan disanalah Kami dekatkan golongan yang lain. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mu’jizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Rabbmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS. Asy-Syu’araa’: 52-68)

Para ahli tafsir menceritakan, ketika Fir’aun menaiki kendaraannya berjalan dan menyisir, diikuti oleh bala tentaranya guna mencari jejak Bani Israil di tengah-tengah kumpulan pasukan tentara yang sangat banyak, mereka akhirnya dapat menyusul dan menemukan Bani Israil pada saat matahari terbit. Kedua pasukan itu pun berhadap-hadapan. Masing-masing kelompok saling menampakkan diri sehingga tidak ada lagi keraguan di antara merek, dan yang ada hanyalah penyerangan dan perlawanan. Pada saat itu, dengan perasaan takut, para pengikut Musa ‘alaihissalam berkata:

… إِنَّا لَمُدْرَكُونَ {61}

”…Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” (QS. Asy-Syu’araa’: 61)

Yang demikian itu karena mereka sudah terdesak menuju ke laut, sehingga tidak ada jalan lain dan tempat berlindung bagi mereka kecuali menyelam ke laut. Dan,itu jelas di luar kemampuan setiap orang. Pada saat yang sama, gunung berada di kanan dan kiri mereka, yang kedua-duanya sama-sama tinggi dan terjal, sementara Fir’aun terus mengejar dan sudah berada di belakang mereka. Dalam keadaan seperti itu, mereka benar-benar merasa takut dan khawatir, karena mereka (Fir’aun dan bala tentaranya) itu sangat kejam dan tidak mengenal perikemanusiaan. Mereka pun mengeluhkan apa yang mereka saksikan itu kepada Nabi Musa ‘alaihissalam. Lalu, Nabi Musa ‘alaihissalam memberikan jawaban kepada mereka seraya berkata:

كَلآ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ {62}

” Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS. Asy-Syu’araa’: 62)

Pada saat itu, Musa ‘alaihissalam berada di posisi belakang, lalu maju ke posisi terdepan. Dia melihat laut dengan ombaknya yang sangat dahsyat, dengan buih yang terus-menerus bertambah banyak, sedang dia mengatakan:”Di sinilah aku diperintahkan untuk memukulkan tongkatku.”Pada saat itu, dia bersama dengan saudaranya, Harun, dan Yusya’ bin Nun. Yusya bin Nun merupakan tokoh sekaligus ulama dan ahli ibadah di kalangan Bani Israil. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberinya wahyu dan menjadikannya sebagai seorang Nabi setelah Musa dan Harun ‘alaihimassalam, sebagaimana yang akan kami kemukakan pada pembahasan berikutnya, Insya Allah.Selain itu, bersama Musa ‘alaihissalam juga terdapat salah seorang Mukmin dari kalangan pengikut Fir’aun, dan mereka dalam keadaan berhenti, sedang bani Israil secara keseluruhan terkepung.

Setelah keadaannya semakin mendesak dan terjepit, sedang Fir’aun dan bala tentaranya pun sudah semakin mendekat, pada saat itulah, Allah Yang Mahaagung, Mahakuasa, Rabb Pemilik ‘Arsy yang mulia, mewahyukan kepada Musa ‘alaihissalam melalui firman-Nya:

… أَنِ اضْرِب بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ … {65}

” …Pukullah lautan itu dengan tongkatmu…” (QS. Asy-Syu’araa’: 63)

Ketika Musa ‘alaihissalam memukulkan tongkatnya, dengan izin Allah, laut itupun terbelah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَأَوْحَيْنَآ إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِب بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ {63}

” Lalu Kami wahyukan kepada Musa:”Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”.Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS. Asy-Syu’araa’: 63)

Demikianlah air laut berdiri tegak seperti gunung, yang tertahan oleh kekuasaan yang sangat dahsyat dari Dzat yang jika hendak menciptakan sesuatu cukup dengan mengatakan:”Kun (jadilah),”maka terjadilah. Kemudian, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan angin kencang berhembus sampai tanah lautitu menjadi kering sehingga tidak sulit untuk dilalui kuda atau binatang lainnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ أَوْحَيْنَآ إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لاَتَخَافُ دَرْكًا وَلاَتَخْشَى {77} فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُودِهِ فَغَشِيَّهُم مِّنَ الْيَمِّ مَاغَشِيَهُمْ {78} وَأَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهُ وَمَاهَدَى {79}

”Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa:”Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)”. Maka Fir’aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. Dan Fir’aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk. (QS. Thaahaa: 77-79)

Maksudnya, ketika laut berubah keadaannya menjadi seperti ieu dengan izin Allah, Musa ‘alaihissalam diperintahkan untuk menyeberangi lautan itu bersama dengan Bani Israil. Ketika itu mereka menyaksikan kejadian yang luar biasa hebatnya yang menjadikan orang tercengang ,dan memberikan petunjuk ke dalam hati orang-orang yang beriman. Setelah Musa ‘alaihissalam dan para pengikutnya berhasil menyeberangi lautan itu, Fir’aun dan bala tentaranya justru baru memasuki lautan. Pada saat itu, Musa ‘alaihissalam bermaksud memukulkan tongkatnya ke laut supaya kembali seperti sedia kala, sehingga Fir’aun dan bala tentaranya tidak dapat mengejarnya. Namun, AllahYang Mahakuasa, Pemilik kemuliaan memberitahhukan kepada Musa ‘alaihissalam, untuk meninggalkan laut dalam keadaan seperti itu (terbelah), sebagaimana yang difirmankan-Nya:

وَاتْرُكِ البَحْرَ رَهْوًا…24

”Dan biarkanlah laut itu tetap terbelah….””(QS.Ad-Dukhaan:24)

Maksudnya, tetap diam seperti keadaannya itu, dan janganlah engkau mengubahnya. Setelah Musa ‘alaihissalam meninggalkan laut tersebut dalam keadaan terbelah, sedang Fir’aun dan bala tentaranya berada di dalamnya, dia (Fir’aun) menyaksikan peristiwa yang sangat menakutkan. Musa ‘alaihissalam segera bergegas, sedang Fir’aun tidak dapat memberikan mudharat maupun manfaat kepada dirinya sendiri. Dan, pada saat bala tentara Fir’aun melihatnyatelah berhasil menyeberangi lautan, mereka mengejarnya dengan cepat, sehingga mereka seluruhnya terjebak di lautan, sampai-sampai ada orang yang pertamam kali masuk berkeinginan untuk keluar dari laut, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya, Musa ‘alaihissalam untuk memukulkan tongkatnya ka laut. Musa ‘alaihissalam pun memukulkannya sehingga lautnya kembali seperti sedia kala, dan tidak seorang pun di antara pengejarnya selamat. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَنجَيْنَا مُوسَى وَمَن مَّعَهُ أَجْمَعِينَ {65} ثُمَّ أَغْرَقْنَا اْلأَخَرِينَ {66} إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَةً وَمَاكَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ {67} وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ {68}

” Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mu’jizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Rabbmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS. Asy-Syu’araa’: 65-68)

Maksudnya, Dia menyelamatkan para wali-Nya, sehingga tidak seorang pun dari mereka yang tenggelam, dan Dia menenggelamkan musuh-musuh-Nya, sehingga tidak ada seorang pun yang tersisa. Dalam peristiwa itu terdapat tanda kekuasaan yang sangat besar sekaligus bukti nyata yang menunjukkan kebenaran dari apa yang dibawa oleh Rasul-Nya dari Rabb-Nya, baik itu berupa syari’at yang mulia maupun manhaj yang lurus. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَاءِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فَرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ ءَامَنتُ أَنَّهُ لآأِلَهَ إِلاَّ الَّذِي ءَامَنَتْ بِهِ بَنُوا إِسْرَاءِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ {90} ءَآلْئَانَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ {91} فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ءَايَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ ءَايَاتِنَا لَغَافِلُونَ {92}

”Dan Kami mungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia:”Saya percaya bahwa tidak ada Ilah melainkan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”(QS. Yunus: 90-92)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan tentang keadaan Fir’aun saat tenggelam di laut. Di mana dia diombang-ambingkan ombak, sedangkan Bani Israil menyaksikan apa yang dialami dan ditimpakan kepada Fir’aun dan bala tentaranya itu, sehingga membuat Bani Israil merasa senang dan bergembira hati.

Saat berada di ambang kebinasaan dan kematian, Fir’aun dan bala tentaranya bermaksud kembali ke jalan yang lurus dan bertaubat serta beriman, yaitu pada sat di mana iman seseorang tidak lagi bermanfaat, sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَتُ رَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ {96} وَلَوْ جَآءَتْهُمْ كُلُّ ءَايَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ اْلأَلِيمَ {97}

”Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Rabbmu, tidaklah akan beriman. Meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih.”(QS. Yunus: 96-97)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

َلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا ءَامَنَّا بِاللهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ {84} فَلَمْ يَكُ يَنفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّتَ اللهِ الَّتِى قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ {85}

”Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata:”Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah”. Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami.Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya.Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir).” (QS. Al-Mu’min:85)

Demikianlah Musa ‘alaihissalam mendo’akan keburukan untuk Fir’aun dan para pengikutnya, yaitu supaya harta kekayaan mereka dibinasakan dan dilenyapkan serta hati mereka dikunci mati sehingga tidak akan pernah beriman sampai akhirnya mereka melihat adzab yang pedih, pada saat hal itu tidak lagi bermanfaat bagi mereka, justru menjadi penyesalan dan kerugian bagi mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Musa ‘alaihissalam dan Harun ‘alaihissalam, ketika mereka berdua memanjatkan do’a tersebut:

قَدْ اُجِِِيْبَتْ دَعْوَتُكُمُا

”Sesungguhnya telah diperkenankan(dikabulkan) permohonan kalian berdua….”(QS. Yunus: 89)

Itu merupakan bentuk pengabulan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap do’a yang dipanjatkan oleh Musa ‘alaihissalam dan saudaranya Harun ‘alaihissalam. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, dia menceritakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

”Jibril ‘alaihissalam berkata kepadaku:’Seandainya engkau menyaksikan diriku ketika aku mengambil tanah dari laut, lalu aku sumpalkan ke mulut Fir’aun karena kau khawatir dia mendapatkan rahmat.”

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ءَآلْئَانَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ {91}

” Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan..”(QS. Yunus: 91)

Ini merupakan pertanyaan dalam bentuk pengingkaran, untuk menunjukan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menerima ucapan Fir’aun itu. Karena, wallahu a’lam, seandainya dia dikembalikan lagi kedunia seperti semula, maka ia akan berbuat hal yang sama, sebagaimana yang diberitahukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang orang-orang kafir ketika menyaksikan Neraka di mana mereka berkata:

… يَالَيْتَنَا نُرَدُّ وَلاَنُكَذِّبُ بِئَايَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ {27}

”…Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Rabb kami, serta menjadiorang-orang yang beriman.” (QS. Al-An’aam: 27)

Dia juga berfirman:

بَلْ بَدَا لَهُم مَّاكَانُوا يُخْفُونَ مِن قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ {28}

” Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka.” (QS. Al-An’aam: 28)

Demikian juga dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ini:

} فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ءَايَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ ءَايَاتِنَا لَغَافِلُونَ {92}

” Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu ….”(QS. Yunus: 92)

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma dan beberapa ulama lainnya mengatakan:”Sebagian Bani Israil ragu-ragu terhadap kematian Fir’aun, hingga mereka berkata bahwa dia belum mati. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan laut supaya mengangkat Fir’aun, dan laut itu pun mengangkatnya dalam beberapa ketinggian.” Ada yang berpendapat:”Fir’aun diangkat di atas permukaan air.”Teteapi ada juga yang berpendapat bahwa dia diangkat ke permukaan bumi dengan keadaan masih mengenakan baju besi kebanggaannya. Yang demikian dimaksudkan agar mereka benar-benar meyakini kebinasaannya dan mengetahui kekuasaan Allah atas dirinya. Oleh karena itu, Dia berfirman:

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ … {92}

” Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu ….”(QS. Yunus: 92)

Maksudnya, masih dalam keadaan memakai baju besi yang sangat dikenal orang, melekat padamu.

…لِتَكُونَ …. {92}

”… supaya kamu ….”(QS. Yunus: 92)

Menjadi tandan kekuasaan Allah.

… لِمَنْ خَلْفَكَ … {92}

”…Bagi orang-orang yang datang sesudahmu ….”(QS. Yunus: 92)

Yaitu, Bani Israil, sekaligus sebagai bukti kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah membinasakanmu. Oleh karena itu, sebagian ulama salaf membaca:

… لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ءَايَةً … {92}

” …Supaya Dzat yang telah menciptakanmu itu mempunyai tanda kekuasaan …”(QS. Yunus: 92) (lihat Jaami’ul Bayaan (XI/114) dan Tafsir Ibnu Katsir (IV/374))

Tetapi mungkin juga hal itu berarti:”Kami selamatkan badanmu dengan masih tetap disertai dengan baju besimu, supaya menjadi bukti bagi orang-orang yang hidup setelahmu dari kalangan Bani Israil, sedangkan kamu dalam keadaan binasa.Wallahu a’lam.

Pembinasaan Fir’aun dan bala tentaranya itu terjadi pada hari ‘Asyura’. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, dia bercerita, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah datang ke Madinah, saat orang-orang Yahudi tengah mengerjakan puasa ‘Asyura’. Beliau pun bertanya:”Memangnya ini hari apa, mengapa kalian berpuasa?” Mereka menjawab:”Ini adalah hari kemenangan Musa atas Fir’aun.” Kemudian, nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada para Sahabatnya:”Kalian lebih berhak atas Musa ‘alaihissalam daripada mereka (orang-orang Yahudi), oleh karena itu berpuasalah.”

(Sumber:Kisah Shahih Para Nabi oleh Syaikh Salim ‘Ied al-Hilali hafizhahullah, edisi Indonesia. Pustaka Imam Syafii hal161-171, diposting oleh Abu Yusuf Sujono )