Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَانتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِئَايَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ {136} وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ اْلأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَاءِيلَ بِمَا صَبَرُوا وَدَمَّرْنَا مَاكَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَاكَانُوا يَعْرِشُونَ {137} وَجَاوَزْنَا بِبَنِى إِسْرَاءِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَّهُمْ قَالُوا يَامُوسَى اجْعَل لَّنَآ إِلَهًا كَمَا لَهُمْ ءَالِهَةً قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ {138} إِنَّ هَؤُلاَءِ مُتَبَّرٌ مَاهُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَّاكَانُوا يَعْمَلُونَ {139} قَالَ أَغَيْرَ اللهِ أَبْغِيكُمْ إِلاَهًا وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ {140} وَإِذْ أَنجَيْنَاكُم مِّنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يَقْتُلُونَ أَبْنَآءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَآءَكُمْ وَفِي ذَلِكُم بَلآَءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ {141}

”Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu. Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah tertindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Rabbmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang telah menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata:”Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah ilah (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa ilah (berhala)”. Musa menjawab:”Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Ilah)”. Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan. Musa menjawab:”Patutkah aku mencari Ilah untuk kamu yang selain dari pada Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat. Dan (ingatlah hai Bani Israil), ketika Kami menyelamatkanmu dari (Fir’aun) dan kaumnya, yang mengazab kamu dengan azab yang sangat jahat, yaitu mereka membunuh anak-anak lelakimu dan membiarkan hidup wanita-wanitamu. Dan pada yang demikian itu cobaan yang besar dari Rabbmu.” (QS. Al-A’raaf:141)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang tenggelamnya Fir’aun dan bala tentaranya, juga menceritakan bagaimana Dia menarik kembali kehormatan, harta kekayaan, dan diri mereka. Lalu Dia mewariskan semua kekayaan, harta benda dan kerajaan mereka itu kepada Bani Israil, sebagaimana firman-Nya:

كَذَلِكَ وَأَوْرَثْنَاهَا بَنِي إِسْرَاءِيلَ {59}

” Demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil.”(QS. Asy-Syu’araa’: 59)

Dia juga berfirman:

وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي اْلأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ {5}

” Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” (QS. Al-Qashash: 5)

Di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ اْلأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَاءِيلَ بِمَا صَبَرُوا وَدَمَّرْنَا مَاكَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَاكَانُوا يَعْرِشُونَ {137}

” Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah tertindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Rabbmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (QS. Al-A’raaf:137)

Maksudnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membinasakan semuanya itu. Dia juga mengambil kekuasaan, kehormatan, kewibawaan, kerajaan, dan bala tentara Fir’aun, sehingga tidak ada yang tersisia di Mesir kecuali kaum awam dan rakyat jelata.

Dalam ”Tarikh Mishra”, Ibnu Abdul Hakam menyebutkan:”Pada saat itu, kaum wanita bercampur baur dengan kaum laki-laki, karena kaum wanita anak para penguasa dan pembesar menikah dengan rakyat jelata, sedang wanita-wanita itu berlaku sewenang-wenang terhadap kaum laki-laki tersebut. Keadaan seperti itu akhirnya menjadi kebiasaan wanita Mesir sampai sekarang ini.”

Dalam kitab-Nya, al-Qur’an yang mulia, yang dijamin kebenarannya dari ktab-kitab yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah berfirman:

وَجَاوَزْنَا بِبَنِى إِسْرَاءِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَّهُمْ قَالُوا يَامُوسَى اجْعَل لَّنَآ إِلَهًا كَمَا لَهُمْ ءَالِهَةً قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ {138} إِنَّ هَؤُلاَءِ مُتَبَّرٌ مَاهُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَّاكَانُوا يَعْمَلُونَ {139}

” Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang telah menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata:”Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah ilah (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa ilah (berhala)”. Musa menjawab:”Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Ilah)”. Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raaf:138-139)

Mereka mengatakan kebodohan dan kesesatan ini padahal mereka telah menyaksikan dan melihat sendiri tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang menunjukkan kebenaran apa yang dibawa oleh Rasul-Nya, Musa ‘alaihissalam. Ketika itu mereka berjalan melewati suatu kaum yang menyembah berhal. Ada yang mengatakan, berhala itu berbentuk seekor sapi. Lalu, mereka bertanya kepada para penyembah berhala itu:”Mengapa mereka menyembah berhala?”Mereka menjawab bahwa berhala-berhala itu dapat memberikan manfaat dan mudharat kepada mereka. Mereka juga meminta rizki melalui berhala-berhala itu jika membutuhkan. Sayangnya, di antara orang-orang bodoh dari kalangan Bani Israil itu mempercayai hal tersebut. Lalu orang-orang Bani Israil itu meminta Nabi mereka, Musa ‘alaihissalam untuk membuatkan ilah-ilah (sesembahan-sesembahan) bagi mereka, sebagaimana kaum tersebut. Dengan maksud memberikan penjelasan kepada mereka, Nabi Musa ‘alaihissalam mengatakan seraya menyebutkan bahwa mereka itu tidak berakal dan tidak mendapat petunjuk.

إِنَّ هَؤُلاَءِ مُتَبَّرٌ مَاهُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَّاكَانُوا يَعْمَلُونَ {139}

” Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raaf:139)

Selanjutnya, Musa ‘alaihissalam mengingatkan mereka akan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah dikaruniakan kepada mereka, yaitu berupa keutamaan (kleunggulan) atas orang-orang selain mereka pada masa itu dengan ilmu dan syari’at serta seorang Rasul yang berada di tengah-tengah mereka, juga kebaikan yang telah dilakukannya kepada mereka. Juga, selamatnya mereka dari kekuasaan dan kekejaman Fir’aun dan bala tentaranya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala membinasakan mereka seluruhnya sedangkan Bani Israil ikut menyaksikan secara langsung. Selain itu, mereka juga telah dijadikan sebagai pewaris harta kekayaan Fir’aun dan bala tentaranya, serta apa yang mereka yang bangun. Musa ‘alaihissalam juga menjelaskan kepada mereka bahwasanyatidak dibenarkan melaksanakan ibadah kecuali hanya karena Allah, yang tiada sekutu bagi-Nya, karena Dialah Rabb Maha Pencipta, Pemberi Rizki, serta Maha Perkasa.

Tetapi tidak semua Bani Israil meminta hal tersebut. Dan dhamir (kata ganti) itu kembali kepada sebagian saja dari mereka, yaitu pada firman-Nya:

وَجَاوَزْنَا بِبَنِى إِسْرَاءِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَّهُمْ قَالُوا يَامُوسَى اجْعَل لَّنَآ إِلَهًا كَمَا لَهُمْ ءَالِهَةً … {138}

” Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang telah menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata:”Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah ilah (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa ilah (berhala)…” (QS. Al-A’raaf:138)

Yakni, hanya sebagian mereka yang mengatakan hal tersebut. Hal itu sama seperti yang terdappat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

… وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا {47} وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَّقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّن نَّجْعَلَ لَكُم مَّوْعِدًا {48}

” …Dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka.Dan mereka akan dibawa ke hadapan Rabbmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian.” (QS. Al-Kahfi: 47-48)

Dengan demikian, yang mereka aku di sini hanyalah sebagian orang saja dan tidak semuanya.

Dari Abu Waqid al-Laitsi radhiyallahu ‘anhu, dia menceritakan, Kami pernah pergi bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menuju ke Hunain. Lalu, saat kami meewati sebuah pohon bidara, kami berkata:”Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana orang-orang kafir memiliki Dzatu Anwath.” Ketika itu, orang-orang kafir biasa menggantungkan senjata-senjata mereka pada pohon bidara itu (meyakini supaya senjata-senjata itu tidak terkalahkan) dan kemudian mereka beri’tikaf (duduk untuk bertaqqarub) di sekelilingnya (pohon bidara itu disebut Dzatu Anwath). Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:”Allahu Akbar, yang demikian itu seperti yang diucapkan oleh Bani Israil kepada Musa:’ Wahai Musa, buatlah untuk kami sebuah ilah (sesembahan), sebagaimana mereka mempunyai beberapa ilah (sesembahan).’ Sesungguhnya kalian pasti akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad, an-Nasaa’i, at-Tirmidzi dll)

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi, Syaikh ‘Ied bin Salim al-Hilali edisi terjemah Pustaka Imam Syafi’i hal 171-176. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)