Di lain hal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempergauli istri-istri beliau dengan sangat baik dan dengan akhlak yang paling mulia. Mereka juga adalah wanita-wanita yang paling mulia, qana’ah, sabar, tawadhu’, yang paling baik dalam melayani suami dan dalam melaksanakan hak dan kewajiban rumah tangga, walaupun kondisi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kesulitan hidup yang tak seorang pun mampu menghadapinya. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:”Aku sama sekali tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memakan roti yang lembut hingga meninggal dunia, dan aku tidak pernah melhat beliau memakan daging kambing berkuah khas (masakan mewah).”(Shahih al-Bukhari)

’Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:”Sesungguhnya kami benar-benar telah melihat tiga hilal (bulan sabit) secara berturut-turut dalam dua bulan, sedangkan di rumah-rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak dinyalakan api sedikit pun.”Kemudian ‘Urwah radhiyallahu ‘anhu bertanya:”Lalu apa yang kalian makan?”’Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab:”Aswadain, yaitu air dan kurma.” (Shahih al-Bukhari). Hadits-hadits yang menceritakan hal ini banyak sekali.

Walaupun dalam keadaan yang susah dan kesulitan seperti ini, tidak pernah muncul dari mereka sikap-sikap yang tercela kecuali satu kali saja, sebagaimana sifat-sifat manusia pada umumnya, dan itu pun mempunyai hikmah sebagai penetapan hukum, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat yang menawarkan pilihan bagi mereka.

يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لأَزْوَاجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلاً {28} وَإِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ اللهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ اْلأَخِرَةَ فَإِنَّ اللهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا {29}

”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu:”Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 28-29)

Di antara kemuliaan dan kebaikan mereka adalah mereka mengutamakan Allah dan Rasul-Nya dan tak seorang pun dari mereka yang condong kepada dunia.

Begitu juga, tidak terjadi pada mereka apa yang terjadi pada istri-istri yang dimadu pada umumnya dengan jumlah mereka yang banyak, kecuali hanya satu masalah ringan saja sesuai dengan sifat-sifat manusia pada umumnya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela perbuatan mereka dan mereka pun tidak pernah lagi mengulanginya, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat at-Tahrim dengan firman-Nya:

يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَآأَحَلَّ اللهُ لَكَ تَبْتَغِى مَرْضَاتَ أَزْوَاجِكَ وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ {1} قَدْ فَرَضَ اللهُ لَكُمْ تَحِلَّةَ أَيْمَانِكُمْ وَاللهُ مَوْلاَكُمْ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ {2} وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا فَلَمَّا تَبَّأَتْ بِهِ وَأَظْهَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُ وَأَعْرَضَ عَن بَعْضٍ فَلَمَّا نَبَّأَهَا بِهِ قَالَتْ مَنْ أَنبَأَكَ هَذَا قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ {3} إِن تَتُوبَآ إِلَى اللهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا وَإِن تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللهَ هُوَ مَوْلاَهُ وَجِبْرِيلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلاَئِكَةُ بَعْدَ ذَلِكَ ظَهِيرٌ {4} عَسَى رَبَّهُ إِن طَلَّقَكُنَّ أَن يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِّنكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُّؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَآئِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَآئِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا {5}

”Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu; dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari isteri-isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah), dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafsah dengan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan yang sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu Hafsah bertanya:”Siapakah yang memberitahukan hal ini kepadamu” Nabi menjawab:”Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mu’min yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Rabbnya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.” (QS. At-Tahrim: 1-5)

Akhirnya, saya rasa tidak perlu membahas tentang prinsip poligami, dan siapa saja yang memperhatikan kehidupan masyarakat Eropa yang mengingkari dasar hukum poligami ini dengan sangat keras dan sinis, dan memperhatikan kepahitan dan kesengsaraan yang mereka derita, berbagai kekejian (zina) dan kriminalitas yang mereka lakukan serta berbagai musibah dan kegoncangan yang mereka hadapi karena penyelewengan mereka dari prinsip poligami ini. Hal itu cukup sebagai pengganti dari pembahasan serta bukti nyata baginya (dalam masalah ini).

Kehidupan mereka merupakan bukti yang nyata akan kebenaran dan keadilan prinsip poligami tersebut. Dan pada kehidupan mereka itu ada pelajaran yang berharga bagi orang-orang yang berakal.

(Sumber: Sirah Nabawiyah Syaikh Mubarakfuri edisi terjemah, Pustaka al-Sofwa hal 655-657. oleh Abu Yusuf Sujono)