Maksudnya, setelah meninggalkan negeri Mesir dan berangkat menuju kota Baitul Maqdis, Musa ‘alaihissalam mendapatkab di dalam kota itu suatu kaum dari kalangan orang-orang yang perkasa lagi tegar, berasal dari suku Hitsan, Fazar, Ka’an dan lain-lainnya. Kemudian Musa ‘alaihissalam menyuruh Bani Israil untuk mendatangi dan memerangi serta mengusir mereka dari Baitul Maqdis. Sesungunya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkannya bagi mereka dan menjanjikan hal itu kepada mereka melalui lisan Ibrahim dan Musa ‘alaihimaassalam. Tetapi mereka menolak untuk berjihad, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menimpakan rasa takut kepada mereka. Kemudian Dia mencampakkan mereka ke padang yang luas, berjalan, dan berputar-putar di sana (tersesat) dalam waktu yang culup lama, yaitu empat puluh tahunan, sebagaimana yang difirmankan-Nya:

وَإِذْقَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَآءَ وَجَعَلَكُم مُّلُوكًا وَءَاتَاكُم مَّالَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِّنَ الْعَالَمِينَ {20} يَاقَوْمِ ادْخُلُوا اْلأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللهُ لَكُمْ وَلاَ تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ {21} قَالُوا يَامُوسَى إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا حَتَّى يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِن يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ {22} قَالَ رَجُلاَنِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذاَ دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ {23} قَالُوا يَامُوسَى إِنَّا لَن نَّدْخُلَهَآ أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلآَ إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ {24} قَالَ رَبِّ إِنِّي لاَ أَمْلِكُ إِلاَّ نَفْسِى وَأَخِي فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ {25} قَالَ فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ أَرْبَعِينَ سَنَةً يَتِيهُونَ فِي اْلأَرْضِ فَلاَ تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ {26}

”Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:”Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan jadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain”. Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata:”Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya”. Berkatalah dua orang di antara orang-oang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya :”Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. Mereka berkata:”Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. Berkata Musa:”Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu”. Allah berfirman:”(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.”(QS. Al-Maaidah: 20-26)

Nabiyullah ‘alaihissalam mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah dikaruniakan kepada mereka serta sikap baik-Nya kepada mereka dengan melimpahkan berbagai kenikmatan agama dan duniawi, serta memerintahkan mereka untuk berjihad di jalan Allah serta memerangi musuh-musuh-Nya. Dia berfirman tentang perkataan Musa ‘alaihissalam:

يَاقَوْمِ ادْخُلُوا اْلأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللهُ لَكُمْ وَلاَ تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ … {21} .

”Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena kamu takut kepada musuh) ….”(QS. Al-Maaidah: 21)

Maksudnya, melarikan diri ke belakang serta menolak untuk memerangi musuh-musuh kalian.

… فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ {21}

”…Maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.”(QS. Al-Maaidah: 21)

Maksudnya, kalian akan rugi setelah sebelumnya mendapatkan keuntungan yang melimpah dan akan mendapatkan setelah sebelumnya diberikan kesempurnaan.

قَالُوا يَامُوسَى إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ … {23} .

”Mereka berkata:’Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa….”(QS. Al-Maaidah: 22)

Yakni, orang-orang yang kafir lagi ingkar.

… وَإِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا حَتَّى يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِن يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ {22} .

”…Sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar darinya. Jika mereka keluar darinya, pasti kami akan memasukinya.”(QS. Al-Maaidah: 22)

Mereka takut kpada orang-orang perkasa tersebut, padahal mereka telah menyaksikan sendiri kebinasaan Fir’aun yang lebih perkasa dan lebih kejam dari mereka, serta mempunyai pasukan yang lebih banyak. Ini menunjukkan bahwa mereka dicela melalui ungkapan tersebut dan terhina dengan kondisi seperti itu.

Di sini, banyak ahli tafsir yang menyebutkan beberapa atsar (riwayat) yang di dalamnya terkandung berita-berita yang tidak benar dan bertentangan dengan dalil akal maupun naqli. Di dalamnya disebutkan bahwa bentuk badan orang-orang perkasa itu besar sekali, sampai-sampai mereka menyebutkan bahwa ketika para utusan Bani Israil itu datang menemui mereka, mereka mengambil para utusan itu satu persatu dan meletakannya di dalam saku celana mereka. Utusan itu berjumlah dua belas orang. Kemudian orang iotu membawa utusan Bani Israil itu kepada raja orang-orang perkasa tersebut. Setelah itu, raja berkata:”Siapa mereka ini?” Dia tidak mengetahui bahwa mereka ini adalah anak cucu Adam, sehingga mereka mengenalkan diri mereka kepadanya (raja tersebut). Semua cerita dan khayalan itu sama sekali tidak benar.

Raja itu membawakan kepada masing-masing utusan beberapa butir kurma, di mana satu butir kurma itu cukup mengenyangkan perut satu orang. Dia juga memberikan sedikit dari buah-buahan merka, agar para utusan itu mengetahui besarnya bentuk tubuh mereka. (kisah)Yang terakhir inipun bukan suatu hal yang benar.

Di sini mereka menyebutkan bahwa ‘Uaj bin Inaq pergi dari sisi orang-orang perkasa menuju Bani Israil untuk membinasakanmereka. Tinggi ‘Uaj bin Inaq ini adalah tiga ribu tiga ratus tiga puluh tiga sepertiga hasta. Demikianlah yang disebutkan oleh al-Baghawi rahimahullah (sebagaimana yang disebutkan dalam Ma’alimut Tanziil II/253) dan juga yang lainnya. Tetapi hal itu juga tidak benar, sebagaimana yang telah kami kemukakan sebelumnya, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

((إن الله خلق آدم وطوله ستون ذراعا، ثم لم يزل الخلق ينقص حتى الآن))

”Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dengan tinggi enam puluh hasta, kemudian ketinggian itu akan terus berkurang sampai sekarang ini.” (HR. Al-Bukhari no. dan Muslim)

Mereka melanjutkan ceritanya, ‘Uaj bin Inaq pergi menuju puncak gunung, lalu mendabutnya dengan kedua tangannya untuk selanjutnya di lemparkan ke kumpulan pasaukan Musa ‘alaihissalam. Kemudian datang seekor burung, lalu mematuk gunung tersebut hingga memporak-porandakannya hingga menjadi lingkaran yang melingkar pada leher ‘Uaj. Selanjutnya, Musa ‘alaihissalam mendatangi ‘Uaj, lalu meloncat di udara sepuluh hasta dengan ketinggian sepuluh hasta juga, sedang di tangannya terdapat tongkat dengan panjang sepuluh hasta, hingga akhirnya dia sampai di mata kaki ‘Uaj bin Inaq dan kemudian membunuhnya.

Cerita demikian itu diriwayatkan dari Naufal al-Bikali, dan dinukil oleh Ibnu Jarir (dalam tafsirnya dan tarikhnya) dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, tetapi sanad ini masih perlu ditinjau kembali. Kesimpulannya, kisah di atas merupakan kisah Israiliyat yang dibuat oleh orang-orang bodoh dari kalangan Bani Israil, karena banyak berita-berita bohong yang tersebar di tengah-tengah mereka, hingga mereka tidak dapat membedakan antara yang benar dengan yang menyesatkan.

Seandainya kisah itu benar, ketidak beranian Bani Israil membunuh mereka itu bisa dimaklumi, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat mencela keengganan mereka itu. Dia juga telah mencampakkan mereka ke padang pasir gersang karena keengganan mereka untuk berjihad serta penolakkan mereka terhadap Rasul mereka. Mereka juga telah diberi petunjuk oleh dua orang yang shalih dari kalangan mereka bersikap berani dan melarang mereka dari bersikap pengecut. Keduanya melarang mereka untuk mundur.

قَالَ رَجُلاَنِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ …{23}

”Berkatalah dua orang di antara orang-oang yang takut (kepada Allah….”(QS. Al-Maaidah: 23)

Yakni, takut kepada Allah. Sebagian ulama membacanya ”Yukhaafuuna” yang berarti yang ditakuti.

… أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمَا … {23}

”…Yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya ….”(QS. Al-Maaidah: 23)

Yakni, nikmat islam, iman, ketaatan dan keberanian.

… ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذاَ دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ {23}

”…Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”(QS. Al-Maaidah: 23)

Maksudnya, jika kalian benar-benar bertawakkal kepada Allah, memohon pertolongan dan perlindungan kepada-Nya, pasti Allah akan memenangkan atas musuh-musuh kalian, mendukung, memperkuat dan memenangkan kalian dalam melawan mereka.

قَالُوا يَامُوسَى إِنَّا لَن نَّدْخُلَهَآ أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلآَ إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ {24}

”Mereka berkata:”Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.”(QS. Al-Maaidah: 24)

Lalu pemimpin mereka bertekad untuk tidak ikut berjihad hingga akhirnya terjadilah peristiwa besar lagi dahsyat.

Dari Thariq bin Syihab, bahwasanya al-Miqdad radhiyallahu ‘anhu pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada saat terjadi peristiwa perang Badar:”Wahai Rasulullah, kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa:

… فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلآَ إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ {24}

”….Pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.”(QS. Al-Maaidah: 24)

Tetapi kami akan mengatakan:”Pergilah engkau bersama Rabbmu dan berperanglah kalian berdua. Sesungguhnya, kami akan ikut berperang bersama kalian.’”

Hadits ini mempunyai beberapa jalaln lain, dari Thariq bin Syihab, dia berkata, ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bercerita:”Aku pernah menyaksikan suatu pemandangan pada diri al-Miqdad, hingga menjadi sahabatnya lebih aku sukai daripada yang sebanding dengannya. Dia (al-Miqdad) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau tengah mendo’akan keburukan (kebinasaan) atas orang-orang musyrik, lalu dia berkata:’Ya Rasulullah, demi Allah, kami tidak akan berkata seperti yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa ‘alaihissalam:

… فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلآَ إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ {24}

”…Pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.”(QS. Al-Maaidah: 24)

Tetapi kami akan berperang di sebelah kanan dan kirimu, depan dan belakangmu.’ Maka aku melihat wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam begitu ceria karenanya dan hal itu menjadikan beliau bahagia. (HR. Imam Ahmad (I/389) dan Imam al-Bukhari 3952 dan 4609)

Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ketika hendak berangkat ke Badar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajak kaum muslimin bermusyawarah. Kemudian ‘Umar radhiyallahu ‘anhu memberikan pendapat. Selanjutnya beliau meminta pendapat mereka, maka kaum Anshar berkata:”Hai sekalian kaum Anshar, kepada kalian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta saran.”Mereka berkata:”Jadi kita tidak boleh mengatakan kepada beliau seperti yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa ‘alaihissalam:

… فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلآَ إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ {24}

”…Pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.”(QS. Al-Maaidah: 24)

Demi Rabb yang mengutusmu dengan haq, jika lautan ini membentang di hadapanmu, lalu engkau mengarunginya, niscaya kami akan ikut bersamamu.’”(Hadits shahih diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih dalam Tafsirnya, sebagaimana yang disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, Ahmad, an-Nasaai dll)

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi, Syaikh ‘Ied bin Salim al-Hilali edisi terjemah Pustaka Imam Syafi’i hal 177-184. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)