Terdapat riwayat shahih dalam ash-Shahihain dari Anas Radhiyallahu ‘anhu,

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ كَانَ يَقُوْلُ عِنْدَ دُخُوْلِ الْخَلاَءِ: اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ.

“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan pada saat hendak masuk WC, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari setan laki-laki dan setan perempuan’.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Wudhu’, Bab Ma Yaqulu Inda al-Khala’, 1/242, no.142, dan Muslim, Kitab al-Haidh, Bab Ma Yaqulu Idza Arada Dukhul al-Khala’, 1/283, no. 375, pent.)

Kata الخُبُثُ dengan ba dibaca dhammah dan (boleh juga) sukun dan tidak benar pendapat yang mengingkari bacaan sukun.

Kami meriwayatkan di selain ash-Shahihain,

بِسْمِ اللهِ، اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ.

“Dengan nama Allah, ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari setan laki-laki dan setan perempuan.”

Takhrij Hadits: Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 5 dan 29893; ath-Thabrani dalam ad-Du’a’, no. 358: dari jalan Husyaim, dari Abu Ma’syar Najih, dari Abdullah bin Abu Thalhah, dari Anas dengan hadits tersebut, pent.

Kami meriwayatkan dari Ali Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِيْ آدَمَ إِذَا دَخَلَ الْكَنِيْفَ أَنْ يَقُوْلَ: بِسْمِ اللهِ.

“Penutup antara mata jin dan aurat anak cucu Adam adalah apabila masuk WC, dia mengucapkan Bismillah.”

Takhrij Hadits: Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Kitab ath-Thaharah, Bab Ma yaqulu Idza Dakhala al-Khala’, 1/109, no. 297; at-Tirmidzi, Kitab ash-Shalah, Bab at-Tasmiyah Inda Dukhuli al-Khala’, 2/503, no. 606; Al-Bazzar dalam al-Musnad, no. 484; ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, no. 6197: dari tiga jalan, sebagian menguatkan sebagian yang lain, dari al-Hakam bin Basyir, Khallad ash-Shaffar menyampaikan kepada kami, dari al-Hakam bin Abdullah an-Nashri, dari Abu Ishaq, dari Abu Juhaifah, dari Ali dengan hadits tersebut.
At-Tirmidzi berkata, “Gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalan ini, dan sanadnya tidak kuat.” Saya berkata, “At-Tirmidzi mengatakan itu karena ada syaikhnya yaitu Muhammad bin Humaid ar-Razi, rawi dhaif yang tertuduh, akan tetapi keburukannya kita tanggulangi dengan dua mutaba’atnya dalam riwayat al-Bazzar dan ath-Thabrani. Al-Bazzar berkata, “Kami tidak mengetahui hadits ini diriwayatkan dari Nabi, kecuali dari jalan ini.”
Aku berkata, “Hadits al-Hakam al-Nashri, tidak kurang dari derajat hasan. Adapun Abu Ishaq, maka sebagaimana yang telah diketahui dia adalah orang tua yang berubah hafalannya dan rawi-rawi yang lain adalah tsiqah. Jadi sanad ini, layak, minimal dengan syahid-syahidnya yang sebagian darinya telah disebutkan no. 53. Silakan anda merujuknya di tempatnya, niscaya akan jelas bagi anda bahwa hadits ini kuat. Hadits ini dishahihkan oleh Maghlathay, al-Munawi, Ahmad Syakir dan al-Albani.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, dia berkata, “Sanadnya tidak kuat. Dan telah kami katakan bahwa dalam urusan Fadha`il, hadits dhaif bisa diamalkan.”

Kawan-kawan kami berkata, “Bacaan ini dianjurkan, baik buang hajat dilakukan di dalam bangunan atau di tempat terbuka.” Mereka berkata, “Pertama kali dianjurkan me-ngucapkan, ‘basmalah’, lalu mengucapkan,

اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ.

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari setan laki-laki dan setan perempuan.”

Kami meriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ إِذَا دَخَلَ الْخَلاَءَ، قَالَ: اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الرِّجْسِ النَّجِسِ الْخَبِيْثِ الْمُخْبِثِ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.

“Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hendak masuk WC beliau mengucapkan, ‘Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari yang kotor, yang najis, yang keji, yang menjijikkan yaitu, setan yang terkutuk.”

Takhrij Hadits: Dhaif: Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam ad-Du’a’, no. 367; Ibn as-Sunni, no. 25: dari jalan Hibban bin Ali al-Anzi, dari Ismail bin Rafi’, dari Duwaid bin Nafi’, dari Ibnu Umar dengannya.
Ini adalah sanad yang sangat dhaif, padanya terdapat tiga ‘illat:
Pertama : Hibban bin Ali adalah dhaif.
Kedua : Ismail bin Rafi’ lemah hafalannya.
Ketiga : Duwaid tidak mendengar dari Ibnu Umar. Benar, hadits ini memiliki syahid-syahid lain dalam ath-Thabrani dan Ibn as-Sunni, akan tetapi semuanya sama, bahkan lebih buruk. Al-Albani mencantumkannya dalam Dhaif al-Jami’. Pent.

Diriwayatkan oleh Ibn as-Sunni dan ath-Thabrani dalam kitab ad-Du’a`.

Sumber: dikutip dari Buku “Ensiklopedia Dzikir dan Do’a Al-Imam An-Nawawi Takhrij & Tahqiq: Amir bin Ali Yasin. Diterbitkan oleh: Pustaka Sahifa Jakarta. Oleh: Abu Nabiel)