Rawatib adalah jamak dari ratibah yang berarti sesuatu yang rutin. Yang dimaksud dengannya adalah shalat yang mengiringi shalat fardhu, disebut rawatib karena ia mengiringi shalat fardhu secara rutin.

Rawatib Muakkad

Yang muakkad darinya adalah sepuluh rakaat. Abdullah bin Umar berkata, “Aku menghafal dari Rasulullah saw sepuluh rakaat, dua rakaat qabla Zhuhur dan dua rakaat ba’da Zhuhur, dua rakaat ba’da Maghrib di rumahnya, dua rakaat ba’da Isya` di rumahnya dan dua rakaat qabla Shubuh.” Sebelum Shubuh Ibnu Umar tidak masuk ke rumah Rasulullah saw, namun dia berkata, “Hafshah binti Umar menyampaikan kepadaku bahwa jika muadzin mengumandangkan adzan Fajar maka beliau shalat dua rakaat.” Muttafaq alaihi.

Ada yang berkata, dua belas rakaat berdasarkan hadits Ummu Habibah binti Abu Sufyan berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda,

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلًِي لله فِي كُلّ يَوْمٍ ثِنْتَي عَشْرَةَ رَكْعَة تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيْضَة إِلَّا بَنَى الله لَهُ بَيْتًا فِي الجَنَّة

Tidak ada seorang hamba muslim shalat karena Allah setiap harinya dua belas rakaat sunnah bukan fardhu kecuali Allah membangunkan untuknya sebuah rumah di surga.” Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, an-Nasa`i dan at-Tirmidzi, dan at-Tirmidzi menambahkan,

أَرْبَعًا قَبْلَ الظُهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ المَغْرِبِ وَرَكْعتَيْنِ بَعْدَ العِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاةِ الغَدَاةِ

Empat rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah Isya` dan dua rakaat sebelum Shubuh.” Syaikh al-Albani menshahihkannya dalam Shahih at-Targhib wat Tarhib no. 579.

Rawatib paling muakkad

Dari sepuluh atau dua belas rakaat di atas berikut masing-masing waktunya, yang paling muakkad adalah dua rakaat qabliyah Shubuh. Dua rakaat ini selalu Nabi saw jaga dalam segala kondisi termasuk ketika sedang safar.

Dari Aisyah dari Nabi saw bersabda,

رَكْعَتَا الفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُنْيَا وَمَا فِيهَا

Dua rakaat sebelum Shubuh lebih baik daripada dunia beserta semua isinya.” Diriwayatkan oleh Muslim dan at-Tirmidzi.

Aisyah berkata, “Tidak ada shalat sunnah yang lebih disiplin dilakukan oleh Rasulullah saw selain dua rakaat sebelum Shalat Shubuh.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Sunnah bacaan dalam shalat ini adalah surat al-Ikhlas dengan surat al-Kafirun setelah al-Fatihah, hal ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan ath-Thabrani dari Ibnu Umar. Al-Albani berkata dalam Shahih at-Targhib wat Tarhib no. 583, “Hasan lighairihi.”

Rawatib Ghairu Muakkad

Yang ghairu muakkad adalah selain sepuluh atau dua belas rakaat di atas berikut masing-masing waktunya, kecuali ba’da Shubuh dan ba’da Ashar, karena terdapat larangan untuk melakukan shalat di dua waktu terakhir ini.

Qabliyah Ashar, dari Ibnu Umar dari Nabi saw bersabda, “Semoga Allah merahmati seseorang yang shalat (sunnah rawatib) empat rakaat sebelum Ashar.” Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzi. Al-Albani menyatakannya hasan.

Qabliyah Maghrib, dari Abdullah bin Mughaffal bahwa Nabi saw bersabda, “Shalatlah sebelum Maghrib.” Beliau mengucapkannya tiga kali, pada kali ketiga beliau menambah, “Bagi yang ingin.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Qabliyah Isya`, dari Abdullah bin Mughaffal bahwa Nabi saw bersabda, “Di antara dua adzan ada shalat.” Beliau mengucapkannya tiga kali, pada kali ketiga beliau menambah, “Bagi yang ingin.” Diriwayatkan oleh Jama’ah.
(Izzudin Karimi)