Perang Badar tiba, al-Abbas bin Abdul Mutthalib paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bergabung bersama orang-orang musyrikin Quraisy untuk berperang melawan kaum muslimin. Pada waktu itu Abbas belum masuk Islam. Perang berakhir dengan kekalahan di pihak kaum musyrikin, dengan terbunuhnya tujuh puluh orang pemuka Quraisy dan tujuh puluh lainnya tertawan. Salah seorang yang tertawan adalah Abbas bin Abdul Muttahalib.

Sebelum Abbas berangkat perang, dia membawa emas dalam jumlah besar kepada istrinya Ummul Fadhl di malam hari. Dia berkata kepada istrinya, “Aku berangkat untuk mengikuti jalanku. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku telah menyiapkan untukmu dan anak-anakmu emas ini, ia cukup untukmu dan anak-anakmu seumur hidup.” Kemudian Abbas membawa istrinya di kegelapan malam ke suatu tempat dan menggali lubang untuk menyimpan harta itu.

Abbas berangkat perang dan ia pun tertawan, digiring kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menyeret tambang yang mengikatnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Ambillah dari Abbas uang tebusan yang berlipat, empat puluh uqiyah emas. Suruh dia membayar tebusan dua orang keponakannya Aqil dan Naufal karena dialah yang mendorong keduanya untuk memerangi kita.”

Maka kaum muslimin mengambil delapan puluh uqiyah emas. Abbas berkata, “Ya Muhammad, kamu telah membuatku menadahkan tanganku kepada manusia di sisa hidupku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Lalu di mana emas yang kamu berikan kepada istrimu Ummu Fadhl ketika kamu meninggalkan Makkah? Di mana kamu berkata kepada istrimu, ‘Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Jika terjadi sesuatu padaku maka harta ini untukmu dan anak-anakmu seumur hidupmu’. Lalu kamu menguburnya di tempat ini dan ini?”

Abbas terkejut, “Keponakan, siapa yang memberitahukan itu kepadamu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tuhanku Azza wa Jalla.”

Abbas berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah, engkau benar. Demi Allah tidak ada yang tahu kecuali aku dan istriku dan aku menguburnya di kegelapan malam.” Kemudian Abbas mengumumkan keislamannya.

Tentangnya dan tawanan Badar lainnya, turun ayat “Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu, ‘Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampunimu.’ Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Anfal: 70).

Abbas berkata, “Sungguh Allah telah memberiku yang lebih baik seratus kali lipat daripada yang Dia ambil. Dia memberiku dua puluh hamba sahaya, masing-masing dari mereka mempunyai modal untuk berdagang dengan bagi hasil. Dia memberiku zam-zam, yang lebih berharga bagiku daripada seluruh harta di Makkah. Aku menunggu ampunan dari Tuhanku.” Maksudnya ada firman-Nya, “Dan Dia mengampuni kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Peristiwa itu menjadi sebab Islamnya Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan kepadanya suatu perkara yang hanya diketahui oleh Abbas dan istrinya Ummul Fadhl. Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan dari Ibnu Abbas berkata, “Di sore hari selesai perang Badar, pada waktu itu para tawanan dalam keadaan terikat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak bisa tidur di awal malam. Para sahabat bertanya, ‘Mengapa engkau tidak tidur ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Aku mendengar rintihan pamanku Abbas dalam rantainya.” Maka mereka membuka ikatannya. Abbas diam dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidur.