Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alahi Wasallam, keluarga dan para Sahabat beliau, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan orang-orang yang selalu komitmen dan konsisten pada jalan mereka hingga akhir jaman.

Berikut kami nukilkan beberapa hadits yang menjelaskan tentang keutamaan hari ‘Asyura’ dan ternyata hadits-hadits tersebut tidak bersumber dari Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam.

Hadits Pertama :

مَن وسَّع على أهله يوم عاشوراء وسع الله عليه سائر سنته

“Siapa yang memberikan kelonggaran (nafkah) kepada orang yang menjadi tanggungannya pada hari ‘Asyura, maka Allah akan memberikan kelonggaran kepadanya selama setahun penuh”. (HR. al-Baihaqi dalam asy-Syu’abil Iman, 3/365; ath-Thabrani, dalam al-Mu’jam al-Ausath, no. 9302 dan dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 10007 dari Ibnu ‘Uyainah )

Hadits ini didhaifkan oleh Syaikh Al-Albani sebagaimana yang disebutkan di dalam Kitab Tamamul Minnah hal. 410 dan Misykaatul Mashabih, hal. 434, no. 1926, Shahih wa Dha’if Jami’ ash-Shaghir, hal. 288, no. 12644 dan al-Silsilah adh-Dha’ifah, hal. 5.

Harab berkata, “Aku bertanya kepada Imam Ahmad bin Hanbal tentang hadits ini..? Maka ia menjawab, “Hadits ini tidak ada asal usulnya dan tidak memiliki isnad (jalan) yang jelas.” (Lihat Minhajus Sunnah, 4/555)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, mengatakan, “Hadits tersebut maudhu’ (palsu).” (Lihat al-Fatawa, 25/300).

Hadits Kedua :

َ مَنْ اكْتَحَلَ بإثمد يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ يَرْمَدْ أبدا

“Siapa yang bercelak dengan itsmid pada hari Asyura, dia tidak akan terkena penyakit mata selamanya.”(HR. al-Baihaqi)

Hadits ini maudhu’ (palsu) sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani dalam Kitab al-Silsilah adh-Dha’ifah, no. 624, juz. 2, hal. 201, Shahih wa Dha’if Jami’ ash Shaghir, juz. 25 hal. 245, no. 12245.

Ibnul Qayyim mengatakan, “Diantara hadits hadits-hadits dha’if yang menunjukkan keutamaan hari ‘Asyura’ adalah hadits yang menjelaskan keutamaan bercelak di hari tersebut, berhias, shalat di dalamnya dan selainnya dari sekian bentuk keutamaan, tidak shahih satu pun, meskipun satu hadits. Dan tidak ada sama sekali hadits yang bersumber dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi Wasallam, kecuali hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan puasa beliau pada hari ‘Asyura’dan selain itu adalah batil. Dan diantara hadits dha’if semisalnya adalah hadits yang menjelaskan keutamaan,
“Siapa yang memberikan kelonggaran (nafkah) kepada orang yang menjadi tanggungannya pada hari Asyura, maka Allah akan memberikan kelonggaran kepadanya setahun penuh”,

Sebagaimana Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Hadits ini tidak ada asal usulnya dan tidak memiliki isnad (jalan) yang jelas.”

Dan adapun hadits yang menjelaskan keuatamaan bercelak, berhias dan memakai harum-haruman, maka itu berasal dari orang-orang pendusta.” (Lihat Na’dul Manquul, hal. 101)

Hadits Ketiga :

مَنْ اكْتَحَلَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ يَرْمَدْ ذلك العام وَمَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ يَمْرَضْ ِتلك سنة كلها

Diriwayatkan, “Barangsiapa yang memakai celak pada hari Asyura’, maka ia tidak akan mengalami sakit mata pada tahun itu. Dan barangsiapa mandi pada hari Asyura’, ia tidak akan sakit selama tahun itu.” (Hadits ini palsu menurut As-Sakhawi, Mulla Ali Qari dan Al-Hakim) (Al-Ibda’, hal. 150-151)

Hadits Keempat:

Diriwayatkan, “Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura’ dari bulan Muharram, maka Allah memberinya (pahala) sepuluh ribu malaikat, sepuluh ribu haji dan umrah dan sepuluh ribu orang mati syahid. Dan barangsiapa memberi buka seorang mukmin pada malam Asyura’, maka seakan-akan seluruh umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berbuka di rumahnya sampai kenyang.” (Hadits palsu dinisbatkan kepada Ibnu Abbas, dan dinyatakan oleh imam As-Suyuthi dan Asy-Syaukani, no. 34, lihat Tanbihul Ghafilin, 1/366).

Hadits Kelima:

Diriwayatkan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengagungkan hari itu dan memanggil bayi-bayi yan menyusui milik beliau dan Fathimah, kemudian beliau meludah di mulut mereka dan memerintahkan ibu mereka agar tidak menyusuinya sampai malam.”

Hadits ini dhaif, sebagaimana disebutkan di dalam kitab Shahih Ibnu Khuzaimah no. 2089.

Demikian diantara hadits dha’if (lemah) dan maudhu’ (palsu) yang menjelaskan keuatmaan hari ‘Asyura, yang banyak diamalkan oleh sebagian kaum Muslimin. Maka tidak ada jalan lain bagi kaum Muslimin, melainkan mengikuti contoh dan suritauladan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap bentuk amalan ibadah, termasuk ketika menyambut bulan yang mulia yaitu bulan al-Muharram dengan sekian macam amalan-amalan sunnah sebagaimana yang telah kami paparkan dalam rubrik analisa “Bulan Muharran Akan Tiba” [www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatmaklumat&id=138] dan selalu hati-hati dengan segala bentuk amalan yang justru menyalahi sunnah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, baik yang dilakukan oleh Syi’ah, ataupun orang-orang kejawen dan selain mereka [Lihat: www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatannur&id=552]

Semoga kita semua dapat menghindari setiap amalan ibadah yang tidak bersumber dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan hanya melakukan amalan yang berkaitan dengan keutamaan bulan Muharram yang bersumber dari beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dan semoga Allah Ta’ala selalu memberikan petunjuk kepada kita dalam menitih kebenaran. Amin Allahumma Amin. Wallaahu a’lamu bish shawab.

[Sumber: Artikel pada situs http://saaid.net/Doat/naif/11.htm, oleh Syaikh Nayif bin Ahmad al-Hamd, al-Maktabah asy-Syamilah, Buletin an-Nur dan majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun V/1421H-2001M. Disadur oleh Husnul Yaqin Arba’in]