Peperangan yang pertama kali dijalani oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, antara kekafiran dan Islam adalah perang Badar Kubra, ketika kaum Muslimin keluar dari Madinah dalam rangka menghadang rombongan dagang kaum Quraisy (supaya tidak masuk Madinah). Ternyata yang terjadi di sana –tanpa diduga-duga- mereka berhadapan dengan pasukan besar dan kuat yang jumlah mereka berlipat ganda dari jumlah kaum muslimin. Dan terjadilah peperangan, dengan keyakinan dari orang kafir bahwa mereka akan memenangkan peperangan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

( وَإِذْ يُرِيكُمُوهُمْ إِذِ الْتَقَيْتُمْ فِي أَعْيُنِكُمْ قَلِيلاً وَيُقَلِّلُكُمْ فِي أَعْيُنِهِمْ لِيَقْضِيَ اللّهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُولاً )

” Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada kamu sekalian, ketika kamu berjumpa dengan mereka berjumlah sedikit pada penglihatan matamu dan kamu ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mata mereka, karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan.” (QS. Al-Anfaal: 44)

Maka orang-orang kafir merasa yakin dengan kemenangan. Sesungguhnya jumlah kaum muslimin sedikit yaitu tiga ratus lebih, adapu norang kafir maka jumlah mereka seribu, di antara mereka ada dua ratus penunggang kuda, dan satu penunggang kuda setara dengan sepuluh tentara. Ketika orang-orang kafir melihat kaum muslimin dan mereka melihat jumlah mereka lebih banyak dari kaum muslimin maka mereka semakin yakin kalau kemenangan ada di pihak mereka. Maka mereka menginginkan untuk menggabungkan kemenangan dalam bidang Aqidah (keyakinan agama) dengan kemenangan dalam medan peperangan. Maka mereka (orang-orang kafir) pun menuju medan peperangan dan meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sambil berkata:

اللهم من كان منا على حق فانصره ..

”Ya Allah siapa di antara kami (orang-orang kafir dengan orang muslim) yang berada di atas kebenaran maka menangkanlah dia….

Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan hamba-hamba-Nya, dan tidak menyia-nyiakan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengetahui bahwa peperangan tersebut adalah pemisah (antara kebenaran dan kebathilan), maka beliau ber-Istighatsah– (meminta pertolongan ketika tertimpa kesulitan) kepada Rabbnya. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firman-Nya:

( إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلْفٍ مِّنَ الْمَلآئِكَةِ مُرْدِفِينَ * وَمَا جَعَلَهُ اللّهُ إِلاَّ بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ ) الأنفال – 9 -10

”(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu :”Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut-turut”. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimua menjadi tentram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Anfaal: 9-10)

Maka ketika kaum muslimin melihat tentara Allah (para Malaikat) bersama mereka maka tenanglah hati-hati mereka, dan tidak ada pertolonganan kecuali dari sisi Allah, bukan dari Malaikat dan juga bukan dari manusia, lalu apa yangterjadi? Rasa kantuk ini, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala timpakan sebagai nikmat bagi manusia, apabila mereka tidur maka kembalilah kekuatan badan mereka setelah tadinya kelelahan dan kepayahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak untuk menanamkan rasa kantuk kepada kaum muslimin yang takut pada malam peperangan itu, maka turunlah rasa kantuk menyelimuti mereka semua dalam waktu.sekejap.Maka tidurlah mereka semua sesuai kondisinya masing-masing dan dengan rasa kantuk yang menyelimuti mereka semua, dan tidur mereka memberikan rasa aman pada mereka dan mengembalikan kekuatan mereka.

Lalu sebagian kaum muslimin mimpi basah, dan mereka bangun pagi dalam kondisi junub. Lalu datanglah syetan memberikan petuah kepada mereka”Bagaimana kalian masuk medan peperangan, sedangakn kalian dalam keadaan junub?!!” Bagaimana kalau kalian terbunuh dan menghadap Allah, dan kalian dalam keadaan junub?!!”Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala segera membantah tipu daya syetan, maka Dia menurunkan hujan dari langit supaya kaum muslimin bersuci dengannya, dan menghilangkan kotoran syetan dari mereka.

Para dokter berkata:”Ketika berada dalam ketakutan, di dalam darah muncul zat tertentu yang membuat jari-jemari gemetar karenanya, dan salah satu cara untuk mengkokohkan jari-jemari tersebut (agar tidak gemetar) adalah dengan mengurangi zat tersebut dengan cara menyiram orang yang tersebut dengan air. Dan juga turunnya air hujan adalah salah satu sebab yang Allah jadikan untuk mengkokohkan kaki kaum muslimin, dengan cara mengurangi zat yang muncul dalam darah tersebut, di samping kokoh/padatnya tanah yang para Mujahidin bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan di atasnya, maka jadilah buki itu kokoh di bawah kaki mereka. Karena pasir apabila basah akan merekat satu sama lain, dan orang-orang yangberjalan di atasnya berjalan dengan mantap dan kokoh, dan kaki pun ketika melangkah tidak terbenam kedalamnya (pasir).

Dan turunnya hujan bagi orang-orang kafir menghalangi langkah mereka untuk maju. Kalian lihat ketika bertemunya dua pasukan (muslim dan kafir) apa yang terjadi? Setelah peperangan berlangsung dan setelah dua pasukan bertemu, para Malaikat berbaris bergabung dengan barisan kaum muslmin, yang akhirnya jumlah mereka bertambah banyak dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka melihat kaum muslimin dua kali lipat dari jumlah mereka, setelah sebelumnya jumlah mereka sedikit dalam pandangan orang-orang kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

( قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَأُخْرَى كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُم مِّثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْن )

”Sesungguhnya telah ada tand Al-Hasan bin ‘Ali radhiyallahu’anhuma ditanya tentang bakhil/pelit, maka beliau menjawab :”Yaitu seseorang menganggap bahwa apa yang dia infakkan adalah sirna (tidak mendapat pahala) dan apa yang dia tahan (tidak diinfakkan) adalah kemuliaan.”(Al-Adab asy-Syar’iyah Ibnu Muflih)
a bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka ….”
(QS. Ali Imron :13)

(Sumber:”العلم طريق الإيمان” karya Syaikh Abdul Majid az-Zindani hafizhahullah, diterjemahkan oleh Abu Yusuf Sujono)