VI. TAQDIR

  • 1 & 2. Hadits rukun Iman adalah Hadits Jibril yang sudah masyhur. Selanjutnya, perhatikan kembali foot note no. (22) (23) dan (24).

    Makhluk memang mempunyai keinginan dan kehendak, sebagaimana Firman Allah: “Maka barangsiapa menghendaki (beriman), maka hendaklah ia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) maka biarlah ia kafir”. (QS. Al-Kahfi 18: 29).

  • 3. Firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya engkau tidak akan memberi hidayah (hidayah Taufiq) kepada orang yang kamu kasihi, akan tetapi Allahlah yang memberi hidayah kepada orang yang dikehendaki-Nya…”. (QS. Al-Qashash 28: 66).

    Di dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim disebutkan kisah wafatnya Abu Thalib (paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) dan usaha Rasulullah untuk mengislamkan pamanya itu, namun ternyata pamanya mati dalam keadaan kafir. Maka sesungguhnya dengan itu turunlah ayat di atas. (Fathul Majid…bab-ayat tersebut di atas yakni QS. Al-Qashash 28: 66, hal. 177 dan seterusnya).

    Kemudian periksa pula Syarhut-Thahawiyah…hal. 92-93.

  • 4. Lihat penjelasannya dalam Syarhut-Thahawiyah…hal. 389-392, dan hal. 397.

  • 5. Syarhut –Thahawiyah, tentang Iradah kauniyah dan iradah Syar’iyah…hal 59-61, dan tentang taqdir & sebab hal. 87-88.

  • 6. Hadits dari Shahih Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu.

    “Telah menceritakan kepada kami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam -sedangkan beliau adalah seorang yang benar dan dapat dipercaya-: (Sesungguhnya masing-masing kamu dikumpulkan penciptannya di perut ibunya selama empat puluh hari dalam keadaan (berbentuk) nutfah (sel-sel sperma), kemudian menjadi segumpal darah beku seperti itu juga (empat puluh hari pula-pent.), kemudian menajadi segumpal daging seperti itu juga, kemudian diutuslah malaikat kepadanya lalu ditiuplah ke dalam ruh (nyawa), dan malaikat itu diperintahkan untuk menuliskan emapt hal: ditulis rizqinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan sengsara atau bahagianya. Demi Dzat yang tiada Ilah melainkan Dia, seseungguhnya seorang dia ntara kamu sungguh-sungguh melakukan amal ahli surga, hingga sampilah antara diirnya dengan surga tinggal hasta, tetapi ia telah terdahulu oleh tulisan (taqdir), maka ia melakukan perbuatan ahli neraka, akhirnya ia masuk kedalamnya. Dan sesungguhnya seseorang di antara kamu sungguh-sungguh melakukan amal ahli neraka, hingga sampilah antara diirnya dengan Neraka tinggal sehasta, tatapi ia telah didahului oleh tulisan (taqdir), maka ia melakukan amalan ahli Surga, akhirnya ia masuk di dalamnya).”

    Masih banyak lagi hadits-hadits tentang ini.

    Penjelasan lebih lengkapnya, lihat Syarhut-Thahawiyah hal. 200-201, dan 271 yang menukil dari sahhih Muslim tentang penulisan taqdir sebelum makhluk diciptakan. (baca: Lauh Mahfudh).

  • 7. Lihat Syarhut-Thahawiyah hal. 91-92, tentang Hujjah yang dikemukakan oleh Adam kepada Musa (di akhirat) adalah hujjah tentang taqdir mushibah yang meninpanya hingga turun dari surga ke dunia, bukan berhujjah dengan “taqdir” atas kesalahannya. Atau simak lebih jauh hal. tersebut.

  • 8. Simak kembali Syarhut-Thahawiyah…hal 413-414.

    • Mengembalikan (suatu kejadian) kepada sebab: Syirik, karena berarti “sebab’ dijadikan sandaran.

    • Berpaling dari sebab: tercela dalam syari’at karena bertentangan dengan sunnatullah dan seterusnya….

    Perhatikan pula hal. 87-88.