Dengan nama Allah Subhanahu wa ta’ala dan segala puji senantiasa bagi Allah Subhanahu wa ta’ala. Shalawat dan salam tetap tercurah atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Saya telah menulis dan berceramah sejak enam puluh tahun lalu, saya sudah terbiasa dengan aktivitas berceramah dan menulis. Banyak makalah yang telah saya tulis, akan tetapi dari sekian banyak makalah itu, hanya ada dua artikel saya,[1] yang Allah Subhanahu wa ta’ala takdirkan laris manis di pasaran, salah satunya berjudul “Ya Binti” (dalam versi terjemahan ini diberi judul, “Ungkapan Cinta Untuk Putri Tersayang”, pent). Artikel itu saya tulis setelah memasuki usia 50 tahun, sementara sekarang (yakni tahun 1986 M, pent.) usiaku sudah 80 tahun. Kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, saya memohon agar senantiasa dianugerahi kesehatan dan husnul khatimah (akhir hidup yang baik), serta mudah-mudahan pula Dia membalas dengan kebaikan kepada setiap pembaca yang sudi menengadahkan kedua tangannya mengamini.

Sepengetahuan saya, artikel “Ya Binti” ini telah dicetak sebanyak 46 kali.[2] Bisa jadi di luar pengetahuan saya, ada penerbit lain yang juga menerbitkannya. Saya pun telah memberikan rekomendasi kepada siapa saja yang ingin mencetaknya untuk tujuan dibagikan secara cuma-cuma atau boleh menjualnya asalkan tidak mengambil untung yang berlebihan.

Sungguh, saat ini kita diserang melalui dua jalan; jalan syubhat dan jalan syahwat. Jalan pertama, syubhat (kesamaran antara kebenaran dan kebatilan), bencana yang diakibatkannya jauh lebih besar dan berbahaya, tetapi ia bergerak secara perlahan, sebab tidak semua orang yang anda sodori syubhat serta-merta akan menerimanya. Sebaliknya, setiap pemuda yang anda sodori kenikmatan syahwat (hawa nafsu), maka serta-merta ia akan menerimanya. Jalan kedua, Syahwat merupakan penyakit yang gampang menyebar dan cepat menular, meskipun tidak menghancurkan tetapi ia merusak, meskipun tidak mematikan tetapi ia menyakitkan. Jalan pertama (syubhat) mengakibatkan kekufuran, sedang jalan yang kedua (syahwat) mengakibatkan kefasikan.

Pasca penulisan makalah ini, saya masih tetap aktif menulis, mengisi ceramah, beraudiensi dan menghadiri dialog. Akan tetapi berkat karunia Allah Subhanahu wa ta’ala, tulisan ini masih terus menyisakan pengaruhnya di dalam jiwa para pembacanya. Karena itu, saya memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar menjadikan tulisan ini tetap bermanfaat, dan semoga Dia memberikan pahala kepadaku, kepada kedua orang tuaku dan menantuku yang mempublikasikan tulisan ini.

Terkait dengan materi yang ada dalam makalah “Ya Binti” maupun “Ya Ibni”, maka tidak satu huruf pun yang saya ubah. Mungkinkah saya mengubahnya padahal makalah tersebut sudah dibaca di belahan Barat dan Timur Dunia serta dicetak di banyak negara. Bahkan sudah diterjemahkan ke dalam dua bahasa asing; bahasa Inggris dan Urdu, yang artinya bahwa ia telah menjadi milik para pembacanya?

Akhirnya saya tutup mukaddimah ini, dan memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang Maha Agung.

Makkah al-Mukarramah,
12 Rabi’ul Awwal 1406 H.

Ali Thanthawi