Lihat dan perhatikanlah hikmah Allah al-Lathif al-Khabir ketika menjadikan daun sebagai hiasan bagi pepohonan, penutup dan pakaian bagi buah-buahan serta pelindung baginya dari bahaya-bahaya yang mengahalangi kesempurnaan buah itu. Oleh sebab iu apabila pepohonan (pohon buah) dihilangkan dedaunannya, maka akan rusaklah buah tersebut dan tidak bermanfaat.

Dan lihatlah bagaimana daun dijadikan sebagai pelindung bagi tempat tumbuh/munculnya buah (kuncup buah) yang masih lemah dari kekeringan. Maka apabila buah telah dipetik tinggallah dedaunan itu sebagai pelindung bagi cabang-cabang (ranting-ranting) yang lemah itu dari kepanasan, sehingga apabila panas tersebut telah reda dan tidak membahayakan ranting-ranting tersebut, maka daun-daun terlepas dari ranting-rantingnya dan akan berguguran supaya dia bisa berganti dengan pakaian yang baru (daun-daun yang baru) yang lebih bagus dainya. Maka Mahasuci dan Mahatinggi Allah Rabb semesta alam yang mengetahui kapan berguguran dan kapan tumbuh daun-daun tersebut. Maka tidaklah keluar (tumbuh) dedaunan kecuali dengan izin-Nya dan tidaklah berguguran kecuali dengan ilmu-Nya.

Namun demikian seandainya hamba-hamba (manusia) Allah melihtnya (dedaunan tersebut) dengan jumlah dan macamnya yang banyak dan ia (dedaunan tersebut) bertasbih bersama dengan buah-buahan, ranting-ranting dan pohon dengan pujian kepada Rabbnya, niscaya mereka akan menyaksikan keindahannya yang lain, dan niscaya dia akan melihat makhluk cipataan-Nya dengan pandangan yang lain, dan akan mengetahui bahwasanya ia (daun dan pohon) diciptakan untuk sebuah tujuan yang agung. Dan ia (daun dan pohon) tidak diciptakan sia-sia tanpa tujuan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

والتجم والشجر يسجدان (6)

“Dan an-Najm dan asy-Syajar keduanya bersujud.”(QS. Ar-Rahman: 6)

Maka an-Najm adalah sejenis tumbuhan yang tidak memiliki batang (seperti semak belukar dan rerumputan) dan asy-Syajar adalah jenis tumbuhan yang memiliki batang (pepohonan) kesemuanya itu bersujud kepada Allah menyucikan dan memujinya.

(Sumber: تأملات ابن القيم في الأنفس و الآفاق oleh Anas ‘Abdul Hamid al-Qauz, hal. 297-298)