Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa:

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ … (83)

“… Negeri akhirat itu ….”(QS. Al-Qashash: 83)

Yaitu alam keabadian, di mana orang-orang yang diberi akan benar-benar beruntung dan yang diharamkan (tidak diberi) akan benar-benar sengsara. Alam itu hanya diperuntukkan bagi:

… لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوّاً فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَاداً … (83)

“… orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. ….”(QS. Al-Qashash: 83)

Kata al-‘uluww berarti berbangga-bangga dan bertindak secara berlebihan. Sedangkan kata al-fasad berarti berbuat kemaksiatan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain, dalam bentuk pengambilan atau perampasan hak milik orang lain dan perusakan terhadap kehidupan mereka, serta perbuatan jahat dan tidak mau memberikan nasihat kepada mereka. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

… وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ (83)

“… Dan kesudahan yang baik (syurga) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Qashash: 83)

Kisah Qarun ini bisa saja terjadi sebelum mereka keluar dari Mesir, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ … (81)

“Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi….”(QS. Al-Qashash: 81)

Kata ad-daar secara lahiriyah sudah jelas, yaitu bangunan tempat tinggal. Setelah tenggelamnya mereka ke dalam bumi, mereka tinggal di padang pasir. Kata tersebut sebagai ungkapan tempat yang di dalamnya didirikan beberapa kemah.

Dengan nada mengejek dan mencaci Qarun, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfriman:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (23) إِلَى فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَقَارُونَ فَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ (24)

“Dan Sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Firaun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: ‘ (Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.'”(QS. Al-Mu’min: 23-24)

Di dalam surat al-Ankabuut, setelah menceritakan kisah kaum ‘Aad dan Tsamuud, Dia berfirman:

وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مُوسَى بِالْبَيِّنَاتِ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ (38) فَكُلا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (39)

Dan (juga) Karun, Firaun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Yang dibenamkan ke dalam bumi adalah Qarun, sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, dan yang ditenggelamkan ke dalam laut adalah Fir’aun, Haman dan bala tentara keduanya, karena mereka semua telah melakukan kesalahan dan perbuatan dosa.

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi, Syaikh Salim al-Hilali hafizhahullah, edisi Indonesia. Pustaka Imam asy-Syafi’i hal 304-306 dengan sedikit perubahan. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)