Allah Ta’ala berfirman tentang beliau, “Sesungguhnya kamu benar-benar di atas akhlak yang agung.” (Al-Qalam: 4).

Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang yang terbaik kepada keluarganya dan aku adalah orang terbaik bagi keluarganya.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari hadits Aisyah, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 258.

Rasulullah saw sangat menjaga kesetiaan istrinya, Khadijah binti Khuwailid. Aisyah berkata, “Aku tidak cemburu kepada seorang istri Nabi saw seperti aku cemburu kepada Khadijah, aku tidak melihatnya akan tetapi Nabi saw sering menyebut namanya, terkadang beliau menyembelih domba, kemudian beliau memotong-motongnya kemudian mengirimnya kepada kawan-kawan Khadijah, terkadang aku berkata kepadanya, ‘Seolah-olah di dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah.’ Maka Nabi saw menjawab, ‘Dia adalah, dia adalah dan aku mempunyai anak darinya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Aisyah berkata, “Halah binti Khuwailid saudara perempuan Khadijah meminta izin untuk menghadap Rasulullah saw, beliau teringat Khadijah, maka beliau tersentak gembira karena itu, beliau bersabda, ‘Ya Allah, Halah.’ Aisyah berkata, “Maka aku cemburu, aku berkata, ‘Mengapa engkau masih mengenang wanita tua Quraisy yang giginya tanggal karena tua dan dia telah wafat beberapa lama padahal saat ini Allah telah memberimu ganti dengan yang lebih baik darinya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Aisyah berkata, “Maka wajah Nabi saw memerah, aku tidak pernah melihatnya demikian kecuali pada saat wahyu turun atau ketika awan yang hendak menurunkan hujan yang bisa rahmat dan bisa pula adzab.” Diriwayatkan oleh Ahmad dalam al-Musnad no. 52171, al-Arnauth berkata, “Sanadnya shahih di atas syarat Muslim.”

Kesetiaan Nabi saw kepada Khadijah buka sesuatu yang dipaksakan atau sesuatu yang sesaat lalu pergi menghilang, akan tetapi kesetian yang berasal dari cinta yang besar dan kesetiaan yang utuh, sehingga beliau tersentak dan berubah manakala seseorang mengingatkannya kepadanya, aku korbankan bapak dan ibuku demi dirinya, seolah-olah aku bisa merasakan bagaimana beliau tersenyum karena kebahagiaan dan kesenangan, hati beliau yang suci berkibar-kibar merindukan masa-masa kehidupan dengan Khadijah dan segala kenangan bersamanya.

Dari Aisyah bahwa seorang wanita tua datang kepada Nabi saw, beliau menerimanya dengan sangat baik, maka Aisyah berkata, “Engkau menerima wanita tua ini dengan begitu baiknya?” Maka Nabi saw menjawab, “Wanita tersebut sering datang kepada kami semasa Khadijah masih hidup, sesungguhnya kesetiaan menjaga perjanjian termasuk iman.” Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak no. 40 dan dia menshahihkannyanya, disetujui oleh adz-Dzahabi, diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syua’bul Iman no. 9122, dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 216.

Begitulah kesetian Nabi saw kepada istrinya yang telah terkubur di dalam tanah sejak beberapa tahun lalu, namun beliau belum melupakannya dan tidak melupakan kepadaikannya sesaat pun.

Beliau sangat setia kepada istri-istrinya yang lain, manakala Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat pilihan, Yaitu firman Allah Ta’ala, “Wahai Nabi, katakan kepada istri-istrimu, jika kalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasaannya maka kemarilah niscaya aku akan memberikannya kepada kalian dan aku akan menceraikan kalian dengan sebaik-baiknya. Namun jika kalian menginginkan Allah, RasulNya dan kehidupan akhirat maka sesungguhnya Allah telah menyiapkan bagi siapa yang berbuat baik di antara kalian pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 28-29).

Beliau mengawali berbicara dengan Aisyah, beliau bersabda kepadanya, “Wahai Aisyah, sesungguhnya aku ini mengatakan sesuatu kepadamu, aku ingin kamu jangan terburu-buru memutuskan sebelum kamu meminta pendapat bapak ibumu.”

Ungkapan kesetiaan beliau kepada istri yang masih berusia muda ini, karena wanita dalam usianya mungkin lalai dari kemaslahatannya yang sempurna, beliau membacakan ayat ini kepadanya, akan tetapi Aisyah yang telah hidup bersama Nabi saw, melihat keagungan akhlak-akhlak beliau dan kebesaran tabiat-tabiatnya tidak akan pernah memilih selain beliau, sekalipun yang selain itu berupa dunia dan seluruh kenikmatannya, maka Aisyah langsung memutuskan dengan tegas dan terbuka tanpa keraguan, “Ya Rasulullah saw, apakah terkait dengan dirimu aku meminta pendapat bapak ibuku? Tidak, karena aku memilih Allah, RasulNya dan kehidupan akhirat.”

Kemudian Aisyah berkata, “Aku mohon kepadamu jangan mengatakan kepada seorang pun dari istri-istrimu tentang apa yang aku katakan.” Maka Nabi saw menjawab, “Tidak ada seorang wanita pun dari mereka yang bertanya kepadaku kecuali aku akan mengatakannya, sesungguhnya Allah tidak mengutusku untuk mempersulit orang lain dan mempersulit diri, akan tetapi dia mengutusku sebagai pendidik yang memudahkan.” Diriwayatkan oleh Muslim.

Nabi saw tetap akan mengabarkan kepadapara istrinya tentang apa yang diucapkan oleh Aisyah karena ia adalah kebaikan, beliau tidak menginginkan untuk mereka kecuali kebaikan, karena beliau menjaga kesetiaan mereka yang bersabar di atas kesulitan hidup yang mereka alami bersama beliau dalam waktu yang tidak sebentar.

Sungguh telah ada pada diri Rasulullah saw itu suri tauladan yang baik bagimu, bagi siapa yang berharap Allah dan hari Kiamat dan dia banyak mengingat Allah.” (Al-Ahzab: 21).
(Izzudin Karimi)