Dari Malik bin Anas berkata, Said bin al-Musayyib berkata, “Tidak ada orang mulia, ulama dan pemilik keutamaan kecuali dia memiliki aib, hanya saja di antara manusia ada yang tidak patut disebut aib-aibnya, orang yang keutamaannya lebih banyak dari kekuarangannya.”

Abdullah bin al-Mubarak berkata, “Bila kebaikan seseorang mengalahkan keburukannya maka keburukannya tidak disebut. Bila keburukannya mengalahkan kebaikannya maka kebaikannya tidak disebut.”

Urwah bin az-Zubair berkata bahwa al-Miswar bin Makhramah mengabarkan kepadanya bahwa dirinya datang kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Mu’awiyah menunaikan hajat al-Miswar, kemudian memanggilnya dan berbincang dengannya empat mata. Mu’awiyah berkata, “Wahai Miswar, mengapa kamu masih mengkritik para pemimpin?” Al-Miswar menjawab, “Jangan membicarakan hal ini. Tunaikanlah hajat yang karenanya kami datang kepadamu.” Mu’awiyah menjawab, “Tunggu dulu, demi Allah, kamu harus mengatakan apa yang ada pada dirimu. Apa yang membuatmu mengkritikku?”

Al-Miswar berkata, “Aku tidak meninggalkan apa pun yang karenanya aku mengkritiknya kecuali aku mengucapkannya kepadanya.” Mu’awiyah menjawab, “Tidak ada orang yang bebas dari salah. Wahai Miswar, adakah engkau memperhitungkan perbaikan masyarakat yang aku lakukan? Bukankah kebaikan itu dengan sepuluh kali lipatnya? Atau engkau hanya menghitung kesalahan dan menutup mata dari kebaikan-kebaikan?” Al-Miswar berkata, “Tidak demi Allah, kami tidak menyinggung kecuali kesalahan-kesalahan yang kami lihat.”

Mu’awiyah berkata, “Kami mengakui semua dosa yang kami lakukan kepada Allah. Adakah engkau wahai Miswar memiliki dosa pada dirimu sendiri di mana engkau khawatir Allah akan membinasakanmu karenanya bila Dia tidak mengampunimu?” Al-Miswar menjawab, “Ya.” Mu’awiyah berkata, “Lalu apa yang membuatmu merasa lebih berhak untuk meminta ampun kepada Allah untuk dirimu dan meninggalkanku? Demi Allah, perbaikan yang telah aku wujudkan pada masyarakat lebih besar daripada apa yang engkau lakukan. Demi Allah, aku tidak diminta untuk memilih antara dua perkara: antara Allah dan selainNya kecuali aku memilih Allah atas selainNya. Aku beragama di mana Allah menerima amal kebaikan dengannya, dengannya Dia membalas kebaikan-kebaikan, Dia juga membalas dosa-dosa kecuali bila Dia memaafkan siapa yang dikehendakiNya. Aku berharap kepada Allah agar membalas setiap kebaikan dengan berlipat ganda, di samping aku melakukan hal-hal besar yang disyariatkan oleh Allah yang tidak bisa aku dan engkau sebutkan satu per satu, menegakkan shalat kaum muslimin, jihad di jalan Allah Azza wa Jalla, menetapkan hukum berpijak kepada apa yang diturunkan Allah dan masih banyak hal lain yang tidak bisa engkau sebutkan sekalipun aku menghitungnya kepadamu.”

Al-Miswar berkata, “Saat itu aku sadar bahwa argumentasi Mu’awiyah mengalahkanku manakala dia menyebutkan apa yang dia sebutkan.” Urwah berkata, “Setelah itu setiap kali menyebut nama Mu’awiyah maka dia selalu memohon ampun kepada Allah untuknya.”

Mata cinta buta terhadap segala aib
Sebagaimana mata benci membuka keburukan.

Maka hendaknya Anda bersikap adil, jangan mencurangi hak-hak manusia, sebagaimana hal itu engkau ingin dari mereka terhadap dirimu. Wallahu a’lam.