Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dalam kitab Shahihnya, bab Wafatu Musa ‘alaihissalam, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia bercerita:

Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam telah bersabda:”Malaikat Maut pernah diutus Nabi Musa ‘alaihissalam. Pada saat mendatanginya, Musa ‘alaihissalam menampar muka Malaikat Maut hingga keluar matanya. Kemudian, Malaikat Maut kembali kepada Rabbnya Subhanahu wa Ta’ala dan berkata :’Sesungguhnya Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba yang tidak ingin mati.’ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :’Kembalilah kepadanya kemudian katakanlah supaya dia meletakkan tangannya di atas punggung sapi. Maka setiap bulu sapi yang tertutup oleh tangannya itu dihitung satu tahun.’ Musa bertanya:’ Ya Rabbku, lalu sesudah itu?’ Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ’Kemudian engkau mati.’ Maka Musa pun berkata:’Jika demikian, sekarang (waktunya)!'”

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bercerita:“Kemudian Musa ‘alaihissalam meminta kepada Allah supaya didekatkan dengan tanah suci sejauh jarak lemparan batu.” Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Demi Allah, seandainya aku di sana, niscaya aku perlihatkan kepada kuburannya kepada kalian, di sebelah sisi di bukit pasir merah.”(HR. Al-Bukhari no. 1339, 3307; Muslim no. 2372)

Sebagian orang beranggapan bahwa Musa ‘alaihissalam adalah orang yang keluar bersama Bani Israil dari Tih (padang pasir) dan masuk bersama mereka ke tanah suci. Yang demikian itu bertolak belakang dengan pendapat Ahlul Kitab dan jumhur (mayoritas) kaum muslimin. Di antara dalil yang menunjukkan hal itu adalah ucapan Musa ‘alaihissalam ketika dia memilih mati:“Ya Rabbku, dekatkanlah aku dengan tanah suci sejauh lemparan batu.” Seandainya dia telah memasuki tanah suci itu, niscaya dia tidak akan meminta hal tersebut. Kenyataannya, dia masih bersama kaumnya di padang pasir hingga akhirnya dia meminta agar meninggal dekat dengan tanah suci tempat ia berhijrah. Dia memerintahkan kaumnya untuk berhijrah di sana, -tetapi ada dinding penghalang antara dirinya dengan taqdir- sejarak lemparan batu. Oleh karena itu, pemuka ummat manusia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada para Shahabat radhiyallahu ‘anhum:‘Seandainya aku berada di sana, niscaya aku akan memperlihatkan kepada kalian kuburannnya berada di bukit pasir merah.”

Sebagaimana yang telah kami kemukakan sebelumnya bahwasanya tidak ada seorang pun dari pengikut Musa ‘alaihissalam yang keluar dari padang pasir kecuali Yusya’ bin Nun dan Kalib bin Yafnah, yaitu suami Maryam, saudara perempuan Musa dan Harun ‘alaihimassalam. Keduanya adalah dua orang yang disebutkan pada pembahasan sebelumnya, yang masih bersama mereka ke Baitul Maqdis.

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi, Syaikh Salim al-Hilali hafizhahullah, edisi Indonesia. Pustaka Imam asy-Syafi’i hal 331-332 dengan sedikit gubahan. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)