Apakah seseorang dihukumi mukmin hanya dengan mengakui Tauhid Rububiyah?

Tidak, jika seseorang hanya beriman atau mengakui jenis tauhid ini maka pengakuannya tidak memberinya nama muslim atau mukmin, seseorang belum masuk Islam hanya dengan Tauhid Rububiyah. Dalil paling akurat dalam perkara ini adalah apa yang terjadi antara Nabi saw dengan kaumnya. Kaum Nabi saw adalah orang-orang yang mengakui Rububiyah Allah sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya berikut dalil-dalilnya, akan tetapi pengakuan mereka ini tetap membuat mereka menentang ajakan beliau, pengakuan mereka ini tidak membuat mereka menerima dakwah beliau, sehingga terjadilah apa terjadi di antara mereka di satu pihak dengan Rasulullah saw dan para sahabat di lain pihak. Rasulullah saw memerangi mereka, menghalalkan darah dan harta mereka dan hal ini berlaku bukan atas orang-orang mukmin akan tetapi orang-orang kafir.

Di samping itu, seandainya Tauhid Rububiyah cukup untuk memasukkan mereka ke dalam Islam niscaya Allah tidak perlu mengutus para nabi dan rasul yang berseru, “Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan yang haq bagi kalian selainNya.â€‌ Ya tidak perlu, karena manusia seluruhnya telah berada di atas tauhid yang seharusnya. Seandainya Tauhid Rububiyah cukup, niscaya Allah tidak menurunkan kitab-kitabNya –terutama al-Qur`an- yang menetapkan kewajiban penghambaan secara murni dan ikhlas hanya kepada Allah.

Dari sini maka tidak tepat kalau kita hanya memfokuskan diri dalam membahas dan menetapkan tauhid hanya pada tauhid ini, seperti yang dilakukan oleh beberapa kalangan, di mana dalam pandangan mereka, jika seseorang telah mengakui bahwa Sang Pencipta, Sang Pemberi rizki, Sang Pengatur alam semesta adalah Allah maka dia adalah muslim. Ini keliru, Tauhid Rububiyah bukan target.

Lalu apa fungsi Tauhid Rububiyah?

Sebagai dalil yang menunjukkan kepada Allah dan sebagai bukti bahwa hanya Dia semata yang berhak dipertuhankan dan disembah. Apabila kita memperhatikan ayat-ayat al-Qur`an maka kita mendapatkan bahwa pada saat Allah memerintahkan manusia untuk beribadah kepadaNya, Dia mengingatkan mereka kepada Tauhid yang mereka akui ini.

Firman Allah, “Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.â€‌ (Al-Baqarah: 21-22). Dalam dua ayat ini Allah memerintahkan manusia agar menyembahNya dan melarang mereka menyekutukanNya dan Dia mengetengahkan bukti-bukti rububiyahNya atas hal itu.

Firman Allah, “Demikian itu ialah Allah Tuhanmu, tidak ada Tuhan yang haq selain Dia, pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia.â€‌ (Al-An’am: 102). Di sini Allah menyodorkan bukti uluhiyahNya yang haq yakni, “Dia pencipta segala sesuatu.â€‌ Dan ayat-ayat senada dalam al-Qur`an berjumlah banyak.

Hal ini artinya bahwa siapa yang mengakui Tauhid Rubuiyah maka semestinya dia mengakui bahwa tidak ada yang berhak menerima ibadah dengan segala macamnya selain Allah semata. Tauhid Rububiyah merupakan bukti wajib ibadah hanya kepada Allah semata, seringkali Allah membantah orang-orang yang mengingkari uluhiyahNya dengan Tauhid Rububiyah yang mereka akui dan yakini. Karena manusia pertama kali sangat bergantung kepada asal-usul kejadiannya, sumber manfaat dan mudharatnya, maka cara yang sejalan dengan fitrah untuk menetapkan uluhiyah Allah adalah dengan Tauhid Rububiyah. Wallahu a’lam.

Dari Syarah al-Aqidah ath-Thahawiyah, Ibnu Fauzan dan Kitab Tauhid 1, Ibnu Fauzan