Islam mengaitkan pribadi dengan keluarga dan mengaitkan keluarga dengan masyarakat untuk membentuk kesatuan tatanan sosial yang baik dan selaras, Islam mengetahui mengaitkan pribadi dengan rumah dan rumah dengan masyarakat melalui jalinan ikatan dan hubungan di antara rumah-rumah di satu lingkunagn. Islam mengaitkan satu rumah dengan rumah lainnya, satu keluarga dengan keluarga lainnya sebagaimana ia mengaitkan pribadi dengan pribadi, dasar-dasar di mana Islam menjadikannya sebagai pijakan dalam hubungan ini adalah dasar-dasar di mana ia menjadikannya sebagai pijakan dalam hubungan seorang muslim dengan saudaranya muslim, dasar-dasar terpenting tersebut adalah:

Pertama: Tidak memata-matai

Ini adalah noktah penting, ada beberapa tetangga keluarga yang anggotanya berusaha mengetahui segala hal sampai perkara-perkara khusus lagi rahasia pada keluarga yang lain, kemudian jika mereka menemukan sesuatu maka mereka mengumumkannya di depan khalayak umum, seolah-olah mereka menemukan sesuatu yang penting sehingga karenanya mereka pantas mendapatkan penghargaan atasnya, atau seolah-olah mereka telah berjasa sehingga patut dibanggakan.

Padahal perbuatan semacam ini memicu kebencian, fitnah dan percekcokan antara sesama keluarga, oleh karena itu Islam melarang memata-matai, Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha menerima taubat lagi Maha penyayang.” (Al-Hujurat: 12).

Islam juga melarang melihat aurat keluarga lain, memandang ke rumah mereka untuk mengetahui apa yang Allah haramkan melihat kepadanya, ini termasuk prilaku buruk, oleh karena itu Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa melongok ke rumah suatu kaum tanpa izin dari mereka maka telah halal bagi mereka untuk merusak matanya.” Diriwayatkan oleh Muslim. Yakni tidak ada tanggung jawab (hukuman) atasnya.

Kedua: Tidak mengganggu

Islam melarang mengganggu lingkungan meskipun hanya dengan suara bejana atau aroma makanan yang menggugah, seorang muslim harus menutupinya dari mata mereka, jika tidak maka dia wajib memberikan sebagian darinya kepada mereka, oleh karena itu seorang muslim patut tidak membiarkan anak-anak mereka makan di luar rumah, agar mata lingkungan tidak memandang makanan anak, akibatnya mereka menginginkannya tetapi mereka tidak mampu membelinya, selanjutnya mereka merasa miskin dan akhirnya hasad terhadap karunia yang telah Allah berikan kepada mereka. Oleh karena itu Rasulullah saw yang mulia bersabda, “Barangsiapa siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah menyakiti tetangganya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Ketiga: Berpartisipasi dalam suka dan duka

Partisipasi seperti ini menambah hubungan semakin akrab, cinta kasih dan perasaan kemanusiaan yang luhur, oleh karena itu seorang muslim wajib ikut serta dalam kebahagiaan dan kedukaan mereka. Memberi ucapan selamat pada saat berbahagia, menghibur jika tetangga tertimpa kesulitan, menjenguk jika mereka sakit, memberi makan jika mereka lapar, karena semua ini Rasulullah saw selalu mewasiatkan berbuat baik kepada tetangga, beliau bersabda, “Jibril terus mewasiatkan kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga sampai aku mengira dia akan memberinya warisan.” Diriwayatkan oleh Muslim.

Keempat: Saling memberi hadiah, mengunjungi dan menyambut dengan senyum dan wajah berseri

Saling memberi hadiah menimbulkan cinta, sebagaimana Rasulullah saw bersabda, “Hendaknya kalian saling memberi hadiah niscaya kalian saling menyintai.” Disebutkan dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir 1/577. Oleh karena itu beliau mengajak tidak meremehkan hadiah sekecil apa pun, karena ini dan itu Rasulullah saw bersabda, “Kalau aku diberi hadiah telapak kaki domba niscaya aku menerimanya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Saling mengunjungi adalah sunnah, karena bisa saja tetangganya sedang dalam keadaan memerlukan bantuan maka dia bisa membantunya, atau mereka tidak mampu melakukan sesuatu sehingga dia bisa menolongnya, begitu pula bertemu mereka dengan senyum dan muka ceria memiliki pengaruh terhadap keakraban dan menyusupkan kebahagiaan ke dalam hati mereka, dari sini maka Rasulullah saw bersabda, “Senyummu di depan wajah saudaramu adalah sedekah.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi. Wallahu a’lam.