Dia ‘alaihissalam adalah seorang hamba, Nabi, sekaligus khalifatullah di muka bumi Baitul Baqdis.

Setelah Dawud ‘alaihissalam berhasil membunuh Jalut, Bani Israil semakin menyukainya dan cenderung kepadanya. Bahkan, mereka ingin mengangkatnya sebagai pemimpin mereka. Atas perkenan Thalut,akhirnya Dawud ‘alaihissalam bisa ikut aktif dalam pemerintahan hingga akhirnya, dia menjadi raja. Dengan demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menganugerahkan kerajaan (kekuasaan) dan kenabian kepadanya. Dia karuniakan kepadanya kebaikan dunia dan akhirat. Sebelumnya, kerajaan itu hanya boleh dijabat oleh orang-orang dari keturunan tertentu dan kenabian dari keturunan yang lain lagi. Pada saat itu, keduanya menyatu dalam diri Dawud ‘alaihissalam.

Yang demikian itu sama seperti yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagai berikut:

… وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَءَاتَاهُ اللهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَآءُ وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ اْلأَرْضُ وَلَكِنَّ اللهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ {251}

”…Dan Dawud berhasil membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Dawud) kerajaan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebagaian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) kepada semesta alam.”(QS. Al-Baqarah: 251)

Maksudnya, seandainya kerajaan itu didirikan untuk mengatur ummat manusia, niscaya orang ynag kuat akan memakan orang yang lemah. Oleh karena itu, di dalam beberapa atsar disebutkan:”Penguasa itu adalah naungan Allah di bumi-Nya.” Amirul Mukminin ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata:”Sesungguhnya Allah memberikan melalui penguasa apa yang tidak Dia berikan melalui al-Qur’an.”

Nabi Dawud ‘alaihissalam Makan dari Hasil Jerih Payahnya Sendiri

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا دَاوُودَ مِنَّا فَضْلاً يَاجِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ {10} أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ {11}

”Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami.(Kami berfirman):”Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh.Sesungguhnya Aku melihat apa yang Kamu kerjakan.” (QS. Saba’:10-11)

Dia Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ وَكُلاًّ ءَاتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُدَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ وَكُنَّا فَاعِلِينَ {79} وَعَلَّمْنَاهُ صَنْعَةَ لَبُوسٍ لَّكُمْ لِتُحْصِنَكُم مِّن بَأْسِكُمْ فَهَلْ أَنتُمْ شَاكِرُونَ {80}

”Maka Kami telah memberikan pengertian (pemahaman) kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat): dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya.
Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperangan; Maka hendaklah kamu bersyukur(kepada Allah).”
(QS. Al-Anbiyaa’: 79-80)

Allah Subhanahu wa Ta’ala membantu Dawud ‘alaihissalam untuk membuat baju besi guna melindungi para tentara dari serangan musuh, dan Dia mengarahkan dan menunjukkan cara pembuatannya sekaligus cara penggunaannya, di mana Dia berfirman:

… وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ … {11}

”…Dan ukurlah anyamannya; ….” (QS. Saba’: 11)

Artinya, janganlah kamu menggunakan paku dalam pembuatannya, karena hanya akan menyebabkan pecah. Demikian yang dikemukakan oleh Mujahid, Qatadah, al-Hakim, dan ‘Ikrimah rahimahumullah. Al-Hasan al-Bashri, Qatadah, dan al-A’masy rahimahumullah mengemukakan:

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melunakan besi bagi Dawud ‘alaihissalam sehingga besi itu dapat dibentuk dengan tangannya sendiri, tanpa menggunakan api dan pukulan.”

Qatadah rahimahullah mengatakan:”Dawud ‘alaihissalam adalah orang yang pertama kali membuat baju besi dari besi batangan. Karena sebelumnya baja besi dibuat dari lempengan.” Ibnu Syaudzib berkata:”Setiap hari dia dapat membuat satu baju besi dan menjualnya dengan harga enam ribu dirham.”

Dalam sebuah hadits ditegaskan:”Sesungguhnya, sebaik-baik apa yang dimakan oleh seseorang adalah apa yang dusahakan oleh kedua tangannya sendiri. Dan, nabi Dawud ‘alaihissalam makan dari hasil jerih payah dan usahanya sendiri.”

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi. Pustaka Imam Syafi’I hal 401-404. diposting oleh Abu Yusuf Sujono)