Tanya :

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh

Ustadz, “Saya kan bekerja pada sebuah perusahaan, kemudian tiap kali ada telepon masuk dan menanyakan atasanku, atasanku seringkali bilang; ‘Bilang saja saya nggak ada’. Lalu bagaimana pak ustadz, apakah saya berdosa juga?” Syukron

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hormat Saya : A.Romli

Jawab
Ykh.Sdr/Ari Romli
Wa’alaikum Salam Warahmatullahi Wabarokaatuh

Memang dilihat dari posisi anda, anda berada dalam kondisi yang serba sulit dan menyulitkan. Tetapi, bila anda ingin mendapatkan jawabannya dalam sudut pandang Islam; maka Islam sudah jelas sekali sikapnya. Dusta merupakan perbuatan tercela, dosa dan tidak dibolehkan. Tidak ada dispensasi dalam dusta kecuali dalam tiga hal; pertama, dalam perang (terkait dengan taktik perang), kedua, ucapan suami terhadap isterinya (dalam hal yang tujuannya ingin menyenangkan hati isteri), ketiga, dalam kondisi mendamaikan manusia (orang-orang yang berselisih dalam suatu masalah di mana dengan cara dusta itu dapat mengakurkan mereka). (Lihat: hadits Ummu Kultsum binti ‘Uqbah, riwayat Imam Ahmad). Karena itu, posisi anda saat ini haruslah dalam koridor ‘AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR’ sesuai kemampuan anda.

Anda bisa memberitahukan kepada atasan anda itu dengan cara yang baik dan buatlah seolah-olah hanya perbincangan biasa dan obrolan santai/lepas; bahwa berdusta itu tidak boleh dan anda tidak mau memikul dosa itu sebab agama melarangnya. Bahwa bila anda menyetujui tindakan tersebut sementara anda tahu bahwa hal itu tidak benar; maka anda akan termasuk ikut dalam bertolong- tolong dalam berbuat dosa…Anda minta ia menyebutkan saja alasan sebenarnya seperti sedang memang sibuk/tidak mau diganggu (atau hal- hal yang memang demikian adanya)… .Anda minta izin kepadanya untuk mengatakan seperti itu, di mana ia memang sedang tidak mau diganggu bila ada telepon dari si fulan dan fulan yang tidak diinginkannya. Anda tegaskan; bahwa anda tidak ingin berdusta karena berdusta itu dosa (anda jelaskan kepadanya dengan cara yang baik)….

Dalam hal ini, sikap anda ini didasarkan kepada hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menyatakan, “Tidak ada keta’atan terhadap makhluk (manusia) di dalam berbuat maksiat kepada Allah.” “Tidak ada keta’atan kecuali dalam berbuat ma’ruf (kebajikan).” Demikian juga berdasarkan firman Allah Ta’ala, “Bertolong-tolonglah dalam berbuat kebaikan dan ketakwaan dan janganlah bertolong- tolongan di dalam berbuat dosa dan hal yang melampaui batas.” (al-Maidah:2)

Semua ini harus anda tegaskan dan seharusnya anda pun siap menerima resiko apa pun sebab berdusta jelas berdosa dan anda tahu bahwa dusta itu berdosa, ucapan atasan anda itu jelas berdosa; maka bila anda menyetujuinya, itu artinya anda ikut bertolong-tolongan di dalam berbuat dosa dan hal yang melampaui batas.

Anda juga perlu jelaskan kepadanya; bahwa betapa pun kita berdusta, pasti suatu saat akan ketahuan juga. Bisa jadi, nanti akan mengurangi jumlah pelanggan (bila berupa perusahaan yang bergerak di bidang jasa) dan rasa kepercayaan mereka. Bila memang ada di kantor, kenapa mesti berdusta dengan mengatakan ‘tidak ada’; bukankah pekerjaan itu dilakukan di kantor? bila sudah di kantor, bukankah harus dikatakan ‘sedang berada di kantor’…Bila memang tidak ingin bertemu atau dihubungi siapa pun; katakan saja sejujurnya, jangan korbankan diri masuk dalam ‘dosa’ dusta…

Anda juga perlu sebutkan dampak dari tindakan atasan itu; bisa jadi bila sering terjadi dan itu didengar para karyawan bawahannya; mereka pun tidak segan-segan untuk meniru/melakukan hal yang sama nantinya….Na’udzu Billahi Min Dzaalik. Dan, ini tentunya amat berbahaya. Anda katakan; bukankah bapak tidak mau kalau saya berdusta? Kalau saya sering dengar begini dari bapak, nanti bisa menjadi ketularan pada saya dan saya terbiasa melakukan hal yang sama terhadap bapak….(Ini dibuat dalam obrolan santai saja untuk memberikan masukan kepadanya agar ia dapat sadar)…

Semoga anda bisa melakukan yang terbaik; janganlah takut mendapatkan celaan manusia, bilamana apa yang dilakukan itu semata-mata ingin mendapatkan keridlaan Allah…

Kami berharap, anda dapat menunjukkan sikap anda, apa pun resikonya sebab pasti Allah akan memberikan kemudahan kepada para hamba-Nya yang jujur dan ta’at hanya kepada-Nya…mudah-mudahan saja hatinya terbuka dan semakin menambah kepercayaannya kepada anda…Wallahu A’lam.

Demikian pertimbangan yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfa’at. Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh