Banyak kita dengar sebagian ibu-ibu menyaringkan suara-suara mereka, mewanti-wanti dan memberikan ancaman kepada anak dengan ungkapan “Kalau kamu begitu, Rabb-ku tidak akan mencintaimu, … Kalau kamu begitu Allah akan menyiksamu, … Jika kamu terus begitu Allah akan mengadzabmu, Allah akan memarahimu, … Allah akan menempatkanmu dalam api neraka yang sangat panas”

Model demikian terkadang bisa menumbuhkan dalam jiwa sang anak gambaran yang jelek. Benar, memang kita harus mengingatkan sang anak dengan keagungan dan kemahakuasaan Allah, surga dan neraka sehingga tumbuh dalam qalbu sang anak pengagungan terhadap Allah, takut kepadanya, hingga terkumpullah padanya dua hal berharap sekaligus takut kepada-Nya.

Akan tetapi, tidak semestinya orang tua lebih banyak mewanti-wanti, menakut-nakuti, kaitkanlah anakmu dengan Allah, ingatkan ia akan luasnya rahma-Nya, keutamaan, dan kebaikan. Jika engkau ingin memotivasi sang anak untuk berjiwa tulus, maka ingatkan kepadanya akan keutamaan sifat tulus, Allah ta’alaa cinta kepada orang-orang yang tulus, suruhlah sang anak untuk menjadi baik sebab Allah cinta kepada orang-orang yang baik, dan maafkanlah kedhaliman yang menimpamu dari orang lain maka Allah akan mengampunimu. Ingatkan ia dengan keutamaan Allah bahw ajika kita berbuat satu kebaikan, Allah akan lipatgandakanmenjadi 10 kebaikan, motivasilah dia dengan surga, kenikmatan dan segala hal yang berkaitan dengan surga. Dan ungkapkan kepadanya bahwa kalau kamu ingin masuk surga, maka berbuatlah sesuatu yang menjadi syarat dan tuntutannya.

Ada satu hal yang mesti digarisbawahi; sebagian ibu-ibu tidak tega untuk menyuruh anak-anaknya untuk mengerjakan sejumlah amalan shalih yang terkesan berat, seperti shalat di waktu musim dingin, puasa, shalat shubuh. Bahkan mereka mengatakan, “Selama belum diwajibkan kepadanya, maka aku tidak perlu menyuruhnya untuk melakukan hal-hal itu.”

Saya katakan, “Ketahuilah bahwa setiap amalan shalih yang dikerjakan sang anak akan ditulis sebagai kebaikan baginya dan ia akan menerima pahalanya; selama ia belum baligh maka setiap kebaikan dicatat dan keburukan yang ia lakukan tidak dicatat. Dan motivasimu kepada anak-anak untuk berbuat shalih, santun maka itupun akan membuahkan hasil yang banyak, diantaranya:

    Menambah tabungan kebaikan, sebab setiap kebaikan oleh Allah dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan;

    Membiasakan anak-anak dengan aktivitas ibadah dengan cara yang lembut, hal ini dibutuhkan sebab sang anak masih kecil, maka jika dari kecil dibiasakan maka tidak sulit untuk mengarahkan ketika sudah besar. Berbeda keadaannya dengan anak yang tidak pernah dididik untuk itu. Misalnya anak yang dari kecil didik untukshalat shubuh tepat waktu maka tidak berat ketika sudah dewasa. Maka, siapa yang membiasakan sang anak untuk memakai gamis sejak kecil, maka ia tidak risih ketika sudah dewasa;

    Ketahuilah bahwa engkau akan mendapatkan pahala sebagaimana kisah seorang perempuan yang anaknya meninggal dibawa kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sang perempuan berkata, “Apakah untuk yang ini aku berhaji. Rasulullah menjawab, “Ya, dan engkau mendapat pahala.” Imam Ibn Qayyim berkata, “Dan bila engkau memperhatikan kerusakan yang menimpa anak-anak, maka engkau akan mendapati bahwa mayoritas kerusakan itu berawal dari kedua orang tua.”

Semoga Allah memperbaiki keadaan kami dan anda semua, melimpahkan anak keturunan, isteri-isteri yang menyejukkan hati. Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad.
Sumber: Majalah Al-Da’wah (Riyadh-KSA) No. 1923/02121424H/25122003M