Edisi Th. XVIII No. 866/ Jum`at llI/Rajab 1433 H/ 15 Juni 2012 M.

Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syamsi bin Abdi Manaf bin Qushai al-Qurasyi al-Umawi. Menurut pendapat yang benar, beliau dilahirkan di Thaif 6 tahun setelah tahun gajah sekitar tahun 576 M. Beliau diangkat menjadi khalifah 3 hari setelah jenazah ‘Umar bin al-Khaththab dimakamkan.

Beliau berkunyah (gelar) “Abu Abdillah,” beristrikan Ruqayyah dan Ummu Kultsum putri Rasulullah, oleh karena itu beliau digelari “Dzunnurain”. Beliau mempunyai 16 anak, 9 laki-laki dan 7 perempuan. (Tarikh al-Umam wal-Muluk, ath-Thabari Juz 2, hal. 692,Taarikh al-Khulafa, as Suyuthi, hal.119 )

Banyak sekali keutamaan yang dimiliki oleh khalifah Utsman. Beliau adalah sosok yang suka sekali berderma dan berinfak untuk kepentingan kaum muslimin dalam jihad fii sabilillah (di jalan Allah). Kisah kedermawanan beliau sangat banyak. Berikut kami sebutkan sebagian saja, yaitu;

1. Membeli Sumur Rumah
Tatkala rombongan kaum Muhajirin sampai di Madinah, mereka sangat membutuhkan air. Di sana terdapat mata air yang disebut sumur rumah milik seorang laki-laki dari bani Ghifar. Laki-laki itu biasa menjual satu qirbah (kantong dari kulit) air dengan satu mud makanan. Melihat hal ini, Rasulullah bertanya kepadanya, “Sudikah kamu menjualnya dengan ganti satu mata air di Surga?” Laki-laki itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku tidak punya apa-apa lagi selain sumber air ini. Dan aku tidak bisa menjualnya memenuhi permintaan Anda.”

Pembicaraan tersebut didengar Utsman bin Affan. Tidak lama kemudian, ia membeli sumur tersebut dengan harga 35.000 dirham. Selanjutnya, dia menemui Nabi dan bertanya, “Akankah aku mendapatkan mata air di Surga seperti yang engkau janjikan kepada laki-laki dari bani Ghifar tadi?” Beliau menjawab, “Tentu” Utsman pun berkata, “Kalau begitu, biarlah aku yang membelinya, dan aku mewakafkan untuk kaum muslimin” (Siyar A’lamin Nubala, II/569)

2. Mendanai pasukan al-Usrah (Pasukan al-Usrah adalah pasukan kaum muslimin yang dipersiapkan Rasulullah untuk menyerang pasukan Romawi di Tabuk-red)
“Abdurrahman bin Samurah bercerita, suatu ketika Utsman bin Affan menemui Nabi dengan mambawa seribu dinar di dalam baju, dan saat itu beliau sedang mempersiapkan pasukan untuk menghadapi Perang Tabuk, lalu ia meletakkan uang dinar tersebut di pangkuan Rasulullah. Beliau lantas membolak-balikkan dinar-dinar itu dengan tangannya, seraya bersabda, “Setelah hari ini, apa pun yang dilakukan Utsman tidak membahayakan dirinya (di akhirat)” (HR. at-Tirmidzi, no. 3701)

Khalid bin Sufwan menuturkan dari al-Hasan al Bashri, ia menyatakan, “Utsman bin Affan menyiapkan 750 ekor unta dan 50 ekor kuda guna menghadapi Perang tabuk.” (Siyar A’lamin Nubala, II/569)

3. Membebaskan dan memerdekakan hamba Sahaya
Dari Abu Tsaur al-Fahmi, ia pernah menemui Utsman bin Affan pada suatu hari. Utsman berkata, “Aku mengharapkan Rabbku; (1) Aku adalah orang keempat dari empat orang pertama yang masuk Islam ; (2) Aku tidak pernah berdusta (3) Aku tidak mengharapkan dunia dan mendambakannya (4) Setelah berbaiat di hadapan Rasulullah, aku tidak pernah meletakkan tangan kananku di kemaluanku (5) Sejak memeluk Islam, aku tidak pernah melewatkan satu jum’at pun tanpa membebaskan seorang budak (hamba sahaya) (6) Jika pada hari Jum’at itu aku tidak mempunyai budak, maka aku memerdekakannya pada hari berikutnya (7) Aku tidak pernah berzina, baik itu pada masa Jahiliyah maupun pada masa Islam (8) Aku ikut menyediakan perbekalan pasukan Islam dalam menghadapi Perang Tabuk (9) Nabi menikahkanku dengan putrinya (Ruqayyah) hingga dia meninggal dunia, kemudian beliau menikahkanku dengan putri beliau yang lain (Ummu Kultsum) dan (10) Aku tidak pernah mencuri semasa Jahiliyah maupun semasa Islam.” (Tarikh ath-Thabari, IV/390)

Beliau juga seorang yang zuhud dan tawadhu’. Mubarak bin Fadhalah meriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri, ia bercerita, “Aku melihat Utsman bin Affan tidur di dalam Masjid dengan selendang yang terbentang di bawah kepalanya. Kemudian, seorang laki-laki datang dan duduk di atas selendang itu. Lalu, laki-laki yang lain datang dan duduk pula di atas selendang itu. Seolah-olah kedudukan Utsman (Sebagai Khalifah ummat) sama dengan mereka.”(Siyar A’lamin Nubala, II/572)

Yunus bin ‘Ubaid mengisahkan bahwa al-Hasan al-Bashri pernah ditanya tentang para sahabat yang tidur qailulah (istirahat di pertengahan siang) di dalam masjid. al-Hasan menjawab, “Aku melihat Utsman bin Affan tidur Qailulah di Masjid, padahal saat itu dia sudah menjadi Khalifah. Setelah bangkit, bekas kerikil terlihat menempel di pinggulnya. Kami pun berkata, Lihatlah, dia adalah Amirul Mukminin; lihatlah, dia adalah Amirul Mukminin.” (HR. Ahmad)

Walaupun demikian, khalifah kaum muslimin yang zuhud dan tawadhu’ ini tak luput dari tuduhan dusta atau batil yang dilontarkan oleh para tukang fitnah yang menjelek-jelekan khalifah yang shalih. Banyak tuduhan terhadap beliau, salah satunya yaitu: Bahwa beliau dituduh mempekerjakan anak-anak muda sebagai pejabat pemerintah; dan dia dituduh telah mengangkat kerabat-kerabat sendiri, bahkan mengutamakan mereka daripada orang lain. (Abdullah bin Saba’ wa Atsaruh fi Ahdatsil Fitnah fi Shadril Islam, hal.199)

Tuduhan ini tidak benar dan sang Khalifah menegaskan, “Aku hanya mempekerjakan seorang yang sudah dewasa, yang kuat mengemban jabatan, dan yang diridhai (kaum muslimin). Para pemimpin yang terpilih benar-benar kompeten dalam pekerjaan, silakan kalian selidiki sendiri; mereka penduduk asli wilayah yang dipimpinnya. Bahkan, Khalifah sebelumku pernah mengangkat pemimpin yang usianya lebih muda daripada orang-orang yang aku angkat. Sungguh, komentar orang-orang terhadap Rasulullah dalam hal ini lebih keras dari komentar mereka terhadap diriku, yaitu ketika beliau mengangkat Usamah bin Zaid (sebagai panglima perang pasukan muslim, padahal usianya belum mencapai 20 tahun).”

Ali bin Abi Thalib menyatakan, “Utsman selalu mengangkat orang yang punya sifat adil. Rasulullah sendiri mengangkat ‘Attab bin Usaid menjadi pejabat di Makkah, padahal ketika itu umur ‘Attab baru 20 tahun.”

Utsman tidak layak dikritik dalam pengangkatan orang-orang tertentu tanpa ada bukti kefasikan mereka dan pengakuan Khalifah tentang mereka. Akan tetapi, hal tersebut mungkin terjadi, tetapi mereka adalah orang-orang yang memiliki keberanian dan integritas yang kuat, mengetahui masalah pemerintahan dengan baik dan mampu mengemban amanah.

Selama kekhalifahan Utsman, beliau melaksanakan program-program yang mulia sebagai bentuk sumbangsih kepada Islam dan kaum muslimin. Di antara hasil kerja yang utama dan bermanfaat bagi ummat adalah; Memperluas areal Masjidil Haram(th.26 H), memperluas Masjid Nabawi dan dengan dinding-dinding dan tiang-tiangnya dari batu ukir, atapnya dari kayu jati, serta menjadikan panjang masjid 160 hasta dan lebarnya 150 hasta. (Tarikhur Rusul, ath-Thabari, IV/251 dan Tarikhul Khulafa, hal. 249), melipatgandakan jumlah pemberian yang jangkauannya sampai kepada kaum muslimin dengan nikmat-nikmat yang telah Allah berikan, menghidupkan kembali tanah yang mati, dan mengizinkan orang-orang untuk memanfaatkan dan mengolah tanah-tanah yang telah dibebaskan kaum muslimin, membangun Darul Qadha atau kantor pengadilan, menyatukan kaum muslimin dalam program satu mushaf.

Khalifah Utsman terbunuh pada bulan Haram pada 18 Dzulhijjah tahun 35 H, di Tanah Haram (Madinah). Saat terbunuh, beliau berusia 82 tahun. Beliau wafat terbunuh karena persekongkolan keji yang didalangi seorang Yahudi bernama ‘Abdullah bin Saba.

Semoga Allah membalas Utsman bin Affan dengan balasan terbaik atas perhatiannya terhadap kitabullah dan keteguhannya dalam menjaga persatuan umat Islam.

Itulah sekelumit kisah hidup tentang Khalifah kaum muslimin yang ke-3, ‘Utsman bin Affan. Umar bin al-Khatthab pernah berkata, “Rasulullah wafat sedang beliau ridha kepadanya.”(HR.al-Bukhari). Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq kepada kita untuk bisa meneladaninya, amin. Wallahu a’lam.  (Redaksi)

[Sumber: Al-‘Asyarah al-Mubasysyaruna bil Jannah, Muhammad Ahmad ‘Isa. Edisi Indonesia, 10 Sahabat Nabi Dijamin Surga, Pustaka Imam Syafi’i, dengan sedikit gubahan]