Keutamaan dan Ucapan Nabi Dawud ‘Alaihissalam

Dawud ‘alaihissalam merupakan panutan bagi semua orang di masa itu dalam hal keadilan, banyaknya ibadah, serta berbagai upaya mendekatkan diri kepada Allah. Sampai-sampai tidak ada waktu yang berlalu, baik siang maupun malam, melainkan keluarganya selalu dalam keadaan beribadah, sebagaimana yang diifirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:

… اعْمَلُوا ءَالَ دَاوُدَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ {13}

” …Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah).Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.”(QS. Saba’: 13)

Dalam mengupas biografi Dawud ‘alaihissalam, al-Hafizh Ibnu ‘Asakir rahimahullah menyebutkan banyak hal, di antaranya adalah beberapa ucapan Nabi Dawud ‘alaihissalam:”Jadilah engkau bagi anak yatim seorang ayah yang penyayang. Dan ketahuilah bahwa sebagaimana engkau menanam, seperti itu pula engkau akan memanen.”(Tarikh Dimasyq 24/47)

Ucapan Dawud ‘alaihissalam yang lain:”Perumpamaan seorang Khatib yang dungu di tempat berkumpulnya suatu kaum seperti seorang penyanyi (yang menyanyi) di kepala jenazah.” Dan ia ‘alaihissalam juga berkata:”Betapa buruk kemiskinan setelah kaya, dan lebih buruk dari itu adalah kesesatan setelah petunjuk.”

Dan Dawud ‘alaihissalam juga berkata:”Lihatlah kepada sesuatu pada dirimu yang engkau benci untuk diperbincangkan di dalam pertemuan banyak orang. Maka janganlah engkau melakukannya ketika sedang sendirian.” Ia juga berkata:”Janganlah engkau mengategorikan saudaramu pada apa yang tidak sepantasnya, karena hal itu merupakan permusuhan antara dirimu dan dirinya.”

Masa Hidup Nabi Dawud ‘alaihissalam

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, tentang beberapa hadits yang berkenaan dengan peenciptaan Nabi Adam ‘alaihissalam pada saat anak cucunya dilahirkan dari tulang rusuknya. Lalu, ia melihat di antara mereka ada beberapa orang Nabi ‘alaihimussalam, dan melihat di antara mereka ada seseorang yang cahayanya sangat terang, maka Adam ‘alaihissalam pun bertanya:”Siapakah orang ini?” Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawab:”Dia adalah anakmu, Dawud ‘alaihissalam.” Lalu ia (Adam) bertanya lagi:”Berapa lama umurnya?”Dia menjawab:”Enam puluh tahun.” Maka dia berkata:”Ya Rabbku, tambahkanlah umurnya.” Dia (Allah Subhanahu wa Ta’ala) menjawab:”Tidak, kecuali jika Aku menambahkannya dengan mengambil dari umurmu.” Sedangkan umur Adam ‘alaihissalam adalah seribu tahun. Ketika Umur Adam berakhir, Malaikat maut mendatanginya, maka Adam ‘alaihissalam berkata:”Bukankah umurku masih tersisa empat puluh tahun?” Adam ‘alaihissalam lupa yang telah diberikan kepada anaknya, Dawud ‘alaihissalam.

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi. Pustaka Imam Syafi’i hal 413-415 dengan sedikit perubahan. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)