3.Larangan merasa tak mampu dan malas berdo`a. Alangkah kasihannya orang yang bermalas-malasan untuk berdo`a. Sungguh, dia telah menutup bagi dirinya sendiri banyak sekali pintu kebaikan dan karunia. Terdapat hadîts Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجَزَ عَـنِ الدُّعَاءِ، وَأَبْخَلُهُمْ مَنْ بَخِلَ باِلسَّلاَمِ.

Selemah-lemahnya manusia adalah orang yang tidak mampu berdo`a, dan sekikir-kikirnya mereka adalah orang yang kikir untuk memberi salam.” (HR. Abu Ya’la, ath-Thabrani dan Ibnu Hibban dari jalur Abu Ya’la, dan diriwayatkan pula oleh Abdulmughni al-Maqdisi di dalam kitabnya ‘Ad-Du’â’). Dalam redaksi lain, dikatakan: “Sesungguhnya manusia yang paling bakhil adalah orang yang bakhil untuk mengucapkan salam, dan manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu berdo`a.”

4.Larangan melakukan pelanggaran dalam berdo`a. Allah ta’ala berfirman,

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَيُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Berdo’alah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (al-A’raf: 55). Hal ini mencakup semua bentuk pelanggaran dan sikap berlebih-lebihan dalam berdo`a. Di antaranya memunculkan bid’ah dalam do`a berdasarkan waktu, tempat, jumlah, dan cara pelaksana-annya.[1]

Dari Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya dia pernah mendengar anaknya mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu istana berwarna putih di sebelah kanan surga tatkala aku memasukinya, Lalu dia menegurnya: “Wahai anakku, mintalah surga kepada Allah ta’ala, dan berlindunglah kepada-Nya dari api neraka. Karena, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

سَيَكُوْنُ فِيْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُوْنَ فِيْ الطُّهُوْرِ وَالدُّعَاءِ.

Di dalam umat (Islam) ini akan terdapat suatu kaum yang berbuat pelang-garan (berlebih-lebihan) dalam bersuci dan berdo`a.” (HR. Ahmad, (4/87); Abu daud, (1/169); dan Ibnu Majah, (2/1271). Ibnu Katsir di dalam tafsirnya (2/222), berkata, Isnadnya hasan dan tidak apa-apa.)

Diriwayatkan dari Ibnu Sa’ad bin Abi Waqqash, dari bapaknya radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Bapakku pernah memperdengarkan kepadaku, sementara aku berdo`a: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu surga beserta kenikmatan dan kesenangannya, juga ini dan itu, dan aku berlindung kepada-Mu dari api neraka beserta rantai-rantai dan belenggu-belenggunya, juga ini dan itu.” Lalu, beliau berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

سَيَكُوْنُ فِيْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُوْنَ فِيْ الدُّعَاءِ.

Akan terdapat suatu kaum yang berbuat melampaui dalam berdo`a.

Maka hindarilah untuk menjadi golongan mereka. Jika kamu dikaruniai surga, maka kamu diberi surga beserta kebaikan yang ada di dalamnya, dan jika kamu dilindungi dari api neraka, maka kamu dilindungi darinya beserta kejelekan yang ada di dalam-nya.” (HR. Abu Daud, 2/161; dan Ahmad, 1/183).

5.Berdo`a kepada selain Allah ta’ala , baik do`a ibadah maupun do`a permintaan:

Yang semacam ini adalah bentuk pelanggaran terburuk dan terkeji dalam berdo`a. Ia merupakan perbuatan kufur nyata yang bisa mengeluarkan si pelaku dari Islam, menyebabkannya murtad dan harus diminta bertaubat. Dan jika dia tidak mau bertaubat, maka dia harus dibunuh.

Kaidahnya: Melakukan satu macam jenis ibadah untuk selain Allah ta’ala, adalah tindakan syirik kepada Allah ta’ala dan bentuk pengingkaran terhadap-Nya, dan pelakunya dinyatakan musyrik dan kafir. Allah ta’ala berfirman,

‏ إِن تَدْعُوهُمْ لاَيَسْمَعُوا دُعَآءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَااسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلاَيُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu. (Fathir: 14).

قُلْ إِنَّمَآ أَدْعُوا رَبِّي وَلآ أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا

Katakanlah, Sesungguhnya aku hanya menyembah Rabbku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya. (al-Jin: 20).

وَمَن يَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ لاَبُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ إِنَّهُ لاَيُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

Dan barangsiapa menyembah ilah yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhi-tungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhgnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. (al-Mukminun: 117).

وَمَنْ أَضلَُّ مِمَّن يَدْعُوا مِن دُونِ اللهِ مَن لاَّيَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن دُعَآئِهِمْ غَافِلُونَ

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do’anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do’a mereka.. (al-Ahqaf: 5).

Kaum Muslimin (para ulama) telah bersepakat akan hukum haramnya hal tersebut, dan perbuatan itu merupakan jenis syirik besar. Insya Allah, Anda akan melihat dalam bahasan ‘Pelurusan Tauhid’ penjelasan yang lebih komplit berkaitan dengan masalah ini, serta peringatan terhadap do`a yang bisa merusak tauhid yang dilakukan oleh sebagian orang.

6.Memperinci permintaan dalam do`a adalah pelanggaran.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْـتَحِبُّ اْلجَوَامِعَ مِنَ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَى ذَلِكَ.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyukai do`a yang singkat tapi padat dan beliau meninggalkan yang selain itu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud). Hal ini, juga berdasarkan hadîts Abdullah bin Mughaffal dan hadîts Sa’ad bin Abu Waqqash terdahulu.

[Sumber: Dinukil dari kitab Tashhîh ad-Du’â`, karya Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, edisi bahasa Indonesia: Koreksi Doa dan Zikir, pent. Darul HaqJakarta]


[1]  Lihat kaidah ketiga dari pasal kedua.