Prinsip kebaikan adalah hendaknya ia disegerakan, masalahnya menikah itu kebaikan bukan? Saya yakin tidak ada perdebatan dalam hal ini, bahwa menikah merupakan kebaikan, karena prinsip kebaikan adalah menyegerakannya, maka menikah pun patut disegerakan, bukan diundur-undur alias ditunda-tunda lebih-lebih diemohi dan akhirnya memilih menjadi bujang atau perawan abadi.

Faktor persiapan biasanya menjadi alasan, belum siap mental, belum siap ilmu, belum siap meteri dan belum siap lain-lainnya. Kalau mau jujur, di antara alasan belum siap tersebut, saya yakin ada yang beralasan, maksud saya memang demikian, namun tidak jarang mengada-ada, menjadikan alasan belum siap sebagai tameng untuk menyembunyikan ketakutan terhadap kebaikan ini, saya heran kok ada orang yang takut kepada kebaikan? Lebih heran lagi kepada kesenangan dan kenikmatan halal macam menikah?

Bahwa materi secara umum menjadi alasan utama, ia ibarat hantu yang menakut-nakuti para pemuda untuk masuk ke gerbang pernikahan. Saya memahami bahwa pernikahan memang menuntut tanggung jawab di mana salah satu yang utama adalah tanggung jawab nafkah. Mulai dari mahar, bea proses pernikahan, walimah, sakan(tempat tinggal) berikut hal-hal lain yang mengikutinya, semua itu harus dipikul sebagai tuntutan kewajiban, namun hal itu tidak mengharuskan Anda takut, mengapa? Anda percaya kan dengan ungkapan, “Di mana ada kemauan di situ ada jalan.” Kalau Anda percaya, maka tinggal tanamkan kemauan pada diri, biarkan Allah yang menemukan jalannya untuk Anda.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga orang yang akan ditolong oleh Allah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan salah satunya, “Orang yang menikah untuk menjaga kehormatannya.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi.

Itulah janji Allah melalui lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, menolong pemuda yang menikah demi menyelamatkan kehormatan dan agamanya, bagi seorang pemuda beriman hadits ini merupakan motivator untuk meneguhkan langkah, memilih lahan pernikahan sebagai pilihan hidupnya, tentu hal tersebut harus diiringi dengan kebenaran janji Allah, karena kapan sih Allah ingkar janji? Cuma kitanya saja yang kadang-kadang gak percaya.

Allah akan menolong siapa yang menikah demi menjaga kehormatannya, ini sebuah keyakinan yang patut ditanamkan dalam diri seorang pemuda yang takut menikah, menikah bukan untuk sekedar senang-senang atau mendapatkan harta, tetapi menjaga kehormatan, inilah yang akan ditolong oleh Allah.

Tapi modal keyakinan tok tidak cukup, perlu persiapan juga. Selain fisik dan mental, ada persiapan mendidik diri memikul tugas sebagai pemimpin dan penanggung jawab dalam keluarga, maka bekerja sekalipun hanya nyukup buat beli beras doang, merupakan keharusan dan selanjutnya serahkan kepada Allah seraya berikhtiar dengan tekun dan rajin, biarlah Dia yang membuka jalannya bagi Anda. Sama dengan masalah jodoh, masalah penghasilan telah diatur olehNya, siapa tahu Anda yang serba cekak uangnya, tiba-tiba setelah menikah uang Anda menjadi panjang? Karena masing-masing orang membawa rizkinya sendiri-sendiri, pemberi rizki kepada istri dan anak Anda bukan Anda kan?

Wah, bagimana ya? Biasanya kan wanita mencari laki-laki yang rizkinya mapan? Bisa menyurutkan tekad ini. Saya katakan, pede saja, tidak perlu kehilangan pede, karena tidak semua wanita demikian, masih ada peluang, kan setiap orang memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain, jadi buat apa ngeper sebelum bertanding?

Tapi memang harus realistis, berani menerima kenyataan dan tahu diri, bila suatu kali ditolak. Kecewa tentu saja, ah itu sih biasa, manusiawi, tapi tidak sampai patah hati kan? Cari lagi, yakin bahwa Allah akan memilihkan yang terbaik. Sudah menjadi resiko orang yang meminang, kalau tidak ditolak, ya tidak diterima bukan? Eit, maksud saya diterima. Wassalam.