Setelah berita itu disampaikan kepada mereka oleh Nabi Allah (Sulaiman ‘alaihissalam) maka tidak ada kata lain bagi mereka kecuali untuk mendengar dan mentaatinya. Mereka pun bersegera untuk memenuhi himbauan tersebut saat itu juga. Maka seluruh pendamping (penasehat) ratu Bilqis menghadap Sulaiman ‘alaihissalam dengan penuh ketundukkan dan ketaatan.

Ketika Sulaiman ‘alaihissalam mendengar kedatangan mereka, dia berkata kepada semua orang yang berada di hadapannya, termasuk di dalamnya bangsa jin, sebagaimana yang dikisahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al-Qur’an:

قَالَ يَآأَيُّهَا الْمَلَؤُا أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَن يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ {38} قَالَ عِفْرِيتٌ مِّنَ الْجِنِّ أَنَا ءَاتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن تَقُومَ مِن مَّقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ {39} قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا ءَاتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ قَالَ هَذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ {40} قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونَ مِنَ الَّذِينَ لاَيَهْتَدُونَ {41} فَلَمَّا جَآءَتْ قِيلَ أَهَكَذَا عَرْشُكِ قَالَتْ كَأَنَّهُ هُوَ وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِن قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ {42} وَصَدَّهَا مَاكَانَتْ تَعْبُدُ مِن دُونِ اللهِ إِنَّهَا كَانَتْ مِن قَوْمٍ كَافِرِينَ {43} قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُّمَرَّدٌ مِّن قَوَارِيرَ قَالَتْ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ {44}

”Berkata Sulaiman:”Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin:”Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat membawanya lagi dapat dipercaya”. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab:”Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”.Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata:”Ini termasuk kurnia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. Dia berkata:”Robahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya)”. Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya:”Serupa inikah singgasanamu” Dia menjawab:”Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”.Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. Dikatakan kepadanya:”Masuklah ke dalam istana”.Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya.Berkatalah Sulaiman:”Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”.Berkatalah Balqis:”Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.” (QS. An-Naml: 38-44)

Setelah Sulaiman ‘alaihissalam meminta bangsa jin untuk menghadirkan singgsana ratu Bilqis –yaitu kursi kebesaran yang menjadi tempat duduknya saat memerintah- di hadapannya sebelum kedatangan Bilqis kepadanya, maka:

قَالَ عِفْرِيتٌ مِّنَ الْجِنِّ أَنَا ءَاتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن تَقُومَ مِن مَّقَامِكَ … {39}

”Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin:”Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; ….”(QS. An-Naml:39)

Yakni, sebelum pertemuan yang engkau adakan ini selesai. Ada di antara pendapat yang menyatakan:”Yakni, dari permulaan siang sampai sebelum matahari tergelincir.”
…. وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ {39}

”….Dan sesungguhnya aku benar-benar kuat membawanya lagi dapat dipercaya.”(QS. An-Naml:39)

Maksudnya, aku mempunyai kemampuan untuk menghadirkannya kepadamu, dan membawa berbagai barang berharga yang terdapat padanya dengan penuh rasa amanah.

قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ….{40}

”Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab:”…..”(QS. An-Naml: 40)

Yang masyhur, orang itu adalah Ashif bin Barkhiya.

… أَنَا ءَاتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ … {40}

”….Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip….”(QS. An-Naml: 40)

Ada yang menyatakan:”Maksudnya adalah, sebelum engkau mengutus seseorang ke suatu tempat tertentu yang masih dalam jangkauan kedipan matamu, kemudian utusan itu kembali lagi.”

Ada juga yang berpendapat:”Yaitu sebelum dia sampai padamu dalam posisi orang yang paling jauh dari jangkauan pandanganmu.” Ada juga yang mengemukakan:”Artinya, yakni sebelum matamu berkedip” Ada juga pendapat yang mengatakan:”Maksudnya, sebelum matamu berkedip dari pandangan terhadap suatu benda yang paling jauh darimu, lalu anda berkedip.”Pendapat terakhir inilah yang lebih mendekati kebenaran.

… فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ … {40}

”…Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya….”(QS. An-Naml: 40)

Yakni, ketika Sulaiman ‘alaihissalam melihat singgasana Bilqis sudah berada di hadapannya dalam waktu yang sangat singkat, dari negeri Yaman ke Baitul Maqdis dalam jangka waktu satu kedipan mata. Maka:

…قَالَ هَذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ …{40}

”…Dia berkata:”.Ini termasuk kurnia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)….”(QS. An-Naml: 40)

Maksudnya, yang demikian ini merupakan anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dilimpahkan kepadaku, dan kepada para hamba-Nya untuk menguji mereka apakah mereka akan bersyukur atau sebaliknya (mengingkari).

… وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ …{40}

”…Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri ….”(QS. An-Naml : 40)

Artinya bahwa manfaat itu akan kembali kepada dirinya sendiri.

… وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ {40}

”…Dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”(QS. An-Naml: 40)

Maksudnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memerlukan rasa syukur mereka, dan Dia tidak akan celaka dengan kekafiran orang-orang kafir tersebut.

Kemudian Sulaiman ‘alaihissalam menyuruh agar mengubah hiasan singgasana itu untuk menguji apakah Bilqis masih mengingatnya, sekaligus menguji akal pikirannya. Oleh karena itu, dia berkata:

… نَنظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونَ مِنَ الَّذِينَ لاَيَهْتَدُونَ {41}

”Dia berkata:”Robahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya).”(QS. An-Naml: 41)

Ketika Bilqis datang, ditanyakan kepadanya:

… أَهَكَذَا عَرْشُكِ قَالَتْ كَأَنَّهُ هُوَ … {42}

…Serupa inikah singgasanamu?” Dia menjawab:”Seperinya singgasana ini singgasanaku, ….”(QS. An-Naml: 42)

Yang demikian itu merupakan bentuk dari kecerdasan dan kepandaian Bilqis, karena dia menganggap mustahil kalau itu adalah singgasananya, sebab dia telah mengamanatkannya kepada orang-orang kepercayaannya di negeri Yaman. Dia tidak mengetahui bahwa ada seseorang yang mampu melakukan hal yang sangat menakjubkan tersebut (pemindahan singgasananya).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menceritakan tentang ucapan Sulaiman ‘alaihissalam dan kaumnya:

… وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِن قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ {42} وَصَدَّهَا مَاكَانَتْ تَعْبُدُ مِن دُونِ اللهِ إِنَّهَا كَانَتْ مِن قَوْمٍ كَافِرِينَ {43}

…Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”.Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.” (QS. An-Naml: 42-43)

Maksudnya, dia melarang penyembahan terhadap matahari yang dahulu dia (Bilqis) dan kaumnya menyembahnya sebagai sesembahan selain Allah, dikarenakan mereka mengikuti agama nenek moyang dan pendahulu mereka, bukan dengan dail yang mengantarkan mereka kepada hal tersebut.

Sulaiman ‘alaihissalam memerintahkan kaumnya untuk membangun istana dari kaca dan membuat aliran air yang mengalir padanya, dengan diberi atap dari kaca juga. Selanjutnya diberi aneka ragam ikan dan binatang air lainnya. Setelah itu, Sulaiman ‘alaihissalam menyuruh Bilqis masuk ke istananya sedang dia tengah duduk di atas singgasananya yang juga berada dalam istana tersebut.

… فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُّمَرَّدٌ مِّن قَوَارِيرَ قَالَتْ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ {44}

….Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya.Berkatalah Sulaiman:”Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”.Berkatalah Balqis:”Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.” (QS. An-Naml: 44)

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi. Pustaka Imam Syafi’i hal 434-439 dengan sedikit perubahan. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)