Tanya:

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wa barakatuh.

Saya adalah seorang pelajar, saya sering sekali bermimpi yang aneh aneh, seperti : Pada waktu itu mungkin saya pikir saya sedang bermimpi tentang hari kiamat, karena dalam mimpi saya, saya melihat ada se ekor ular raksasa yang keluar dari dalam tanah dan tanah pun terbelah menjadi dua yang manusia banyak yang jatuh kedalamnya, dan juga air laut yang membanjiri seluruh permukaan bumi. Saya juga selalu bermimpi tentang apa yang sudah dan yang akan saya lakukan. Dan sepertinya banyak mimpi yang saya alami itu menjadi kenyataan. Saya ingin bertanya termasuk mimpi apakah yang sering saya alami itu? Apakah itu mimpi dari Allah Subhanahu wa Ta’ala atau mimpi dari syaithan? Mohon saran dan nasihat dari Ustadz, Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warhamatullaahi wabarakatuh

Dari : Zulkifli

Jawab

Ykh.sdr/Zulkifli
Wa’alaikum Salam Warahmatullahi Wabarokaatuh

Secara umum, mimpi dibagi kepada tiga klasifikasi: Pertama, Ru’ya Shaadiqah (mimpi yang benar), yaitu mimpinya orang-orang yang shalih dan ahli taqwa. Mimpi seperti ini adalah mimpi yang memang sebenarnya, dan menjadi kenyataan serta berasal dari Allah, seperti mimpi Nabi Ya’qub mengenai makna mimpi anaknya Nabi Yusuf yang melihat sebelas buah bintang yang sujud terhadap- nya; mimpi Nabi Ibrahim mengenai perintah Allah untuk menyembelih anaknya, Ismail; mimpi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengenai akan dibukanya (ditaklukkannya) kerajaan Persia dan Romawi, dll.

Bila seseorang mengalami hal yang baik-baik maka hendaknya ia hanya menceritakannya kepada orang yang dia sukai, seperti orang yang ia percayai keagamaannya dan ketakwaan- nya. (Alias tidak semborono menceritakan kepada siapa saja).

Kedua, Adlghaatsu Ahlaam (bunga-bunga mimpi), yaitu mimpi yang datang dari syaithan untuk membuat manusia bersedih karenanya. Mimpi ini adalah mimpi buruk sehingga tidak perlu ditanggapi karena ia berasal dari syaithan. Karena itu, di dalam hadits; bagi orang yang mengalami mimpi buruk seperti itu, hendaknya merubah posisi tidurnya dari posisi semula, ke posisi sebaliknya sembari meludah kecil ke sebelah kirinya 3 kali, dengan membaca A’uudzu billahi Minasy Syaithaanir Rajiim serta tidak menceritakannya kepada siapa pun. Dalam hal ini, di khawatirkan bila dia bercerita kepada orang yang kurang wara’ dan bukan orang yang mengerti agama, lantas di dalam menakwilkannya, dia mengira-ngira saja bahwa akan terjadi dengan si orang yang mimpi itu begini dan begitu (dengan hal yang buruk-buruk, sekalipun secara bergurau), ternyata pas kebetulan taqdir Allah seperti itu, sehingga terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap orang yang bermimpi itu. Kejadian seperti ini pernah terjadi terhadap seorang wanita yang bertanya kepada ‘Aisyah. Kalau pun ingin menceritakannya; maka hendaknya ia menceritakan kepada orang yang wara’, shalih dan paham agama; sebab bila menceritakan kepada orang-orang seperti ini, sekali pun dalam firasat mereka akan terjadi hal yang buruk terhadap si orang yang bermimpi, mereka pasti mengarahkannya dengan baik…

Ketiga, Hadiitsun Nafs (kisah diri) yaitu bawaan kondisi physikologis / kejiwaan seseorang seperti orang yang dikejar-kejar oleh polisi, lantas ketika tidur seolah polisi itu terus mengejar- nya, dan lain-lain. Dalam hal ini, ada ulama yang memasukkan klasifikasi ketiga ini ke dalam klasifikasi kedua dengan menjadikannya hanya dua klasifikasi saja , selain klasifikasi ketiga.

Selama seseorang menjaga dirinya dari hal-hal yang dilarang Allah, mempergiat pendekatan diri kepada-Nya dengan cara yang benar sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, beraqidah yang lurus dan tidak disusupi oleh unsure riya’ apalagi syirik; maka tentu akan ada kelebihan pada dirinya, terutama mimpi yang di alaminya, insya Allah, akan menjadi RU’YA SHAADIQAH tersebut. wallahu a’lam.

Diantara hal yang perlu selalu dijaga dan diperhatikan (sebagai masukan) adalah:
a. Mengkondisikan jiwa anda agar dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala; banyak berdzikir, khususnya zikir pagi dan sore, membaca al-Qur’an, mentadabburi- nya atau mendengarkan tilawah al-Qur’an dan banyak belajar ilmu agama, khususnya ‘aqidah.
b. Selalu menjaga dzikir sebelum tidur yang diajarkan oleh Rasulullah, dan usahakan sebelum tidur harus dalam kondisi suci (berwudlu’);
c. Ketika menuju pembaringan dalam kondisi masih duduk, gabungkan kedua telapak tangan anda, lalu meniup kecil ke dalamnya setelah setiap membaca surat al-ikhlash (Qul huwallahu ahad),al-Falaq dan an-Naas sebanyak tiga kali dengan menyapu keduanya ke seluruh anggota tubuh sebisanya. (HR.Bukhary dan Muslim).
d. Membaca ayat Kursy
e. Dua ayat terakhir surat al-Baqarah (Lillaahi Maa Fissamaawaati…)
f. Lalu merebahkan badan dengan posisi bertumpu pada siku tangan kanan yang memegang pipi kanan sembari membaca doa : Alloohumma Qini ‘Adzaabaka Yawma Tab’atsu ‘Ibaadak (3X) Allaahumma Inni Aslamtu Nafsi ilaika, wa wajjahtu wajhi ilaika, wa fawwadhtu amri ilaika, wa alja`tu zhahri ilaika, raghbatan wa rahbatan ilaika, laa malja`a wala manjaa illa ilaika, aamantu bi kitaabikalladzi anzalta, wa bi nabiyyikalladzi arsalta

Lalu membaca do’a:
Bismikalloohumma Rabbi Wa Dha’tu Janbi Wa Bika Arfa’uh Fa In Amsakta Nafsi Farhamha Wa In Arsaltaha FahfazhHa Bi Maa Tahfazhu Bihi ‘Ibaadakash Shoolih iin

Kemudian membaca doa tidur: Bismikalloohumma Amuutu Wa Ahya
Ketika bangunnya, baca: Alhamdulillaahilladzi Ahyaana Ba’da maa Amaatana Wa Ilaihin Nusyuur

Sebelumnya juga, perlu mengkondisikan rumah agar terhindar dari gambar-gambar bernyawa, karena rumah yang di dalamnya terdapat gambar makhluk yang bernyawa tidak akan dimasuki oleh para malaikat rahmat (sebagaimana disebutkan di dalam hadits shahih), membuang semua hal yang terkait dengan syirik bila anda mempu- nyai jimat-jimat atau hal-hal berbau syirik lainnya. Mengosongkan rumah dari lagu-lagu dan musik-musik; rumah atau tempat anda harus terbebas dari penyim- pangan agama seperti ada yang biasa memakai cincin emas. Tidak menghadirkan orang-orang yang biasanya mengobati dengan menggunakan jin atau ‘orang pintar/para normal’.
Demikian yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan bermanfa’at. Wassalamu’alaikum wa Rohmatullahi wa Barokaatuh