Melakukan dzikir, do`a, dan suatu bentuk ibadah apa pun di tempat mana pun yang tidak diperintahkan oleh syariat Islam, khususnya di kuburan, masjid, gunung, negara, kubah, masyhad (tempat-tempat bersejarah) dan lain sebagainya, adalah bentuk bid’ah sesat. Di antara bid’ah-bid’ah ini adalah:

Di Kuburan

Tidak samar lagi bagi seorang muslim tentang dianjurkannya berziarah ke kuburan kaum muslimin dan melakukan do`a yang masyru’(disyari’atkan) untuk penghuninya, beserta manfaat-manfaat besar yang terkandung di dalamnya yang terdiri dari mengingat akhirat, melunakkan hati, serta berbuat baik kepada orang-orang yang sudah mati dengan mendo`akan mereka. Adapun hadîts-hadîts yang berkaitan dengan hal ini sangat banyak sekali dan populer.

Tidak diperbolehkan melampaui batasan yang masyru’ ini kepada hal-hal lain yang merupakan perbuatan bid’ah, semisal memaksudkan do`a untuk diri sendiri, membaca al-Qur’an, duduk dan menghadap kuburan, mengusap dan menciumnya, shalat menghadap ke arah kuburan, dan berbagai bentuk ibadah lainnya yang tidak pernah disyariatkan untuk dilakukan di kuburan secara umum, atau di kuburan tertentu secara khusus, baik itu kuburan seorang nabi, wali, kuburan lainnya, atau peningalan bersejarah yang diklaim milik para sahabat, lalu meyakini bahwa berdo`a di sisinya dikabulkan (mustajab). Semua tempat ini menurut kesepakatan (ijma`) para ulama kaum muslimin tidak boleh dilakukan, terlebih menganggapnya sebagai tempat terkabulnya do`a, atau diyakini mempunyai keutamaan untuk berdo`a dan memohon hajat di sisinya. Sebagaimana diketahui bahwasanya tidak sah penetapan letak kuburan seorang nabi pun di atas muka bumi ini, selain hanya satu kuburan, yaitu kuburan Nabi dan Rasul kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang terdapat di kota Madinah.

Betapa banyak kuburan-kuburan, makam-makam palsu, masyahid (tempat-tempat bersejarah) palsu, jejak-jejak, goa-goa, dan gunung-gunung palsu di Mesir, Syam, Irak, Asqalan, di satu kepulaun di Irak, Karbala, Najef, sebuah gunung di Lebanon, negara -negara non Arab (Ajam) dan lain sebagainya, semuanya adalah palsu. Banyak orang yang telah tertipu/terpedaya dengan melakukan perjalanan jauh ke sana untuk melakukan do`a di sisinya agar berbagai hajatnya dikabulkan dan melepaskan diri dari berbagai kesulitan, menziarahinya untuk mencari kesembuhan dari suatu penyakit. Sampai-sampai mereka meyakini bahwa tiap-tiap kuburan itu mempunyai kekhususan (khasiat) tersendiri. Kuburan ini untuk memenuhi keinginan, kuburan itu untuk menyembuhkan penyakit demam, kuburan yang satu lagi untuk menyembuhkan kemandulan, kuburan yang di sana untuk menghilangkan kesedihan, dan kuburan lain lagi untuk mencari inspirasi dan ilham. Di samping itu, mereka juga menjadikan kuburan orang tertentu sebagai obat penawar yang mujarab, dan bahwa kuburan-kuburan tersebut seolah sebagai pelindung negara, bisa menghalau bahaya musuh (jawa: danyang). Misalnya, mereka katakan: kuburan si fulan adalah danyangnya negara Syam. Dan begitulah pada tempat-tempat besar lainnya yang bisa memperdaya orang-orang bodoh dan para pemimpin, sekaligus menjadi telaga pengum-pulan harta bagi kocek kaum pemangsa dari golongan manusia pembual dan manusia berwatak dajjal yang berkedok di balik baju zuhud dan lisan ilmu. Mereka tidak lain adalah para pencuri akidah dan pembegal jalan orang-orang yang menuju kepada Allah ta’ala. Betapa celakanya mereka, jika mereka tidak bertaubat, takut kepada Allah ta’ala dalam diri mereka, dan berlepas dari kezaliman hamba-hamba-Nya.

Di antara kuburan-kuburan yang membuat banyak orang terpedaya, padahal sebenarnya palsu dan tidak diketahui dasar referensinya adalah:

1. Kuburan Nabi Nuh ‘alaihi wasallam di Kirkuk, Irak, dan dikatakan pula: di sebuah gunung di Lebanon. Itu adalah sebuah rekayasa.

2. Kuburan Nabi Ibrahim ‘alaihi wasallam di Syam (Siria) yang disebut dengan ‘maghârat al-khalîl’, adalah tidak punya dasar. Pergi ke sana untuk tujuan berdo`a di sisinya, membagi-bagikan kacang adas kepada para penjaga tempat itu dan kepada para fakir miskin, dan melantunkan bait sya’ir di sisinya atas nama ‘naubat al-khalil’(wakil-wakil Nabi Ibrahim ‘alaihi wasallam), semua itu adalah bid`ah di dalam agama yang tidak dibenarkan.

3. Sebuah tempat yang disebut-sebut sebagai kuburan Nabi Hud ‘alaihi wasallam yang terletak di sebelah timur dari masjid jami’ Damaskus.

4. Patung kayu yang ada di masjid al-Jami’ al-Umawi, yang di bawahnya disinyalir terdapat kepala Nabi Yahya bin Zakariya ‘alaihi wasallam, dan disebut dengan ‘al-maqâm al-yahyawi’.

5. Kuburan Nabi Syu’aib ‘alaihi wasallam yang terdapat di dalam goa di negara Yordania adalah kebohongan yang tidak punya dasar.

6. Tiga jejak peninggalan sejarah yang dinisbatkan kepada para nabi yang terdapat di gunung Qasiyun, dan berdo`a di sana.

7. Kuburan Husain ‘alaihi wasallam yang ada pada sebuah masjid yang dinama-kan dengan masjid ‘al-Husain’ di Kairo, yang dibuat-buat oleh kaum Ubaidiyun ketika mereka memimpin Mesir, itu adalah kuburan palsu. Karena, badan Husain radhiyallahu ‘anhu telah dimakan oleh binatang buas di suatu tempat di Karbala, sedang kepalanya dikubur di al-Baqi’ yang ada di kota Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (Madinah), dan tempatnya tidak diketahui.

8. Kuburan Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu di Himsha adalah kebohongan yang dibuat-buat.

9. Kuburan Nafisah di Kairo dan meyakini bahwa berdo`a di sisinya bisa menghilangkan penyakit mata (trachoma).

10. Kuburan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang tersebar di berbagai negara yang jumlahnya lebih dari seratus kuburan.

Begitu pula dengan berbagai kuburan dan masyâhid yang terdapat di seluruh belahan dunia, dan apa yang dinamakan sebagai ‘marâqid al-aimmah’ (tempat-tempat persemayaman para imam), oleh kelompok Rafidhah, dan tidak ada manfaatnya untuk disebutkan di sini. Banyak sekali buku-buku yang ditulis -dari dulu hingga kini- tentang ziarah dan tempat-tempat ziarah yang terdapat di Damaskus, Kairo, Irak, India dan negara-negara lainnya.

Di dunia Islam telah terdapat sekitar dua puluh ribu kuburan (yang dikeramatkan). Sedangkan di kota Konstantinopel terdapat empat ratus delapan puluh satu masjid jami’, yang sangat jarang sekali yang tidak ada kuburan di dalamnya dan orang-orang beri’tikaf di atasnya.

Tidak ada gunanya di sini untuk berpanjang lebar menyebutnya, sebab, melakukan perjalanan menuju kuburan untuk berdo`a di sisi-nya guna mendapatkan berbagai hajat dan menghilangkan kesukaran, juga melakukan shalat di sampingnya, menghadap dan mengusap-ngusapnya, semua itu adalah kumpulan bid’ah, syirik dan kesesatan. Semoga Allah ta’ala membimbing kaum muslimin kepada perbaikan keadaan mereka. Amin.

Di Dalam Masjid

Pergi ke masjid-masjid palsu (yang diyakini mempunyai keisti-mewaan khusus) untuk berdo`a dan melakukan berbagai bentuk ibadah. Di antara masjid-masjid itu yang tidak ada dasar keistimewa-annya sedikit pun baginya, dan tidak boleh pergi ke sana untuk berdo`a, karena klaim mempunyai keistimewaan, padahal tidak ada dalilnya, adalah:

1. Di Thaif: masjid al-Qantharah, masjid al-Kû’, dan masjid Addâs.
Tidak benar pula bahwa masjid al-‘Abbâs yang berada di Thaif itu mempunyai suatu keutamaan yang dikhususkan baginya. Padahal, masjid ini dinamakan masjid al-Abbâs adalah karena di dekatnya terdapat kuburan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu, yang sebenarnya pemba-ngunannya justru terjadi pada abad keenam hijriyah. (Lihat kitab Tarikh Auqaf ath-Thaif, karya Syaikh Muhammad ath-Thayyib Yusuf.)

Di perkampungan Bani Sa’ad, pada desa Syuhbah sekitar seratus kilometer sebelah barat daya dari Thaif terdapat masjid yang diberi nama Masjid Halimah as-Sa’diyyah, yaitu masjid yang tidak ada landasan buktinya, Bani Sa’ad sendiri di sana tidak mengakui kebenaran masjid ini. Mereka berkata, Sesungguhnya tempat Nabi shallallahu \’alaihi wasallam disusui di perkampungan Bani Sa’ad adalah di dekat lembah Nakhlah yang terletak di antara Mikat Qarn al-Manazil dan Hunain. Wallahu A’lam.

2. Di Madinah (kota Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) terdapat tujuh masjid (sab`ah masâjid), yaitu: masjid ar-Râyah, masjid al-Mustarâh, masjid Abu Bakar, masjid Umar, masjid Ali, masjid Fathimah, masjid ar-Rauhâ yang terletak di antara Badar dan Madinah, dan masjid al-‘Arîsy di Badar. Dan selain itu masih banyak lagi.

Adapun masjid-masjid yang berada di Madinah -semogaAllah tetap menjaganya – terdiri empat macam:

1. Masjid yang mempunyai keutamaan yang dikhususkan baginya, dan ini terdiri dari dua masjid: masjid an-Nabawi dan masjid Quba’.

2. Masjid yang dibangun oleh kaum muslimin dalam kurun waktu yang berurutan menurut kebutuhan mereka, masjid ini tidak mempunyai keutamaan khusus apa pun dibanding masjid-masjid lainnya.

3. Masjid yang pernah ditempati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk shalat, atau beliau shalat di dalam arahnya, atau dibangun pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak terdapat keutamaan khusus baginya. Maka, masjid ini tidak boleh dijadikan sebagai tempat untuk melaksanakan ibadah khusus yang tidak ada dalil syar’i-nya.

4. Masjid yang dibangun oleh ahli bid’ah, seperti tujuh masjid dan yang lainnya. Maka, masjid-masjid ini tidak disyariatkan untuk menziarahinya, bahkan bila dilakukan merupakan perbuatan bid’ah. Wallahu A’lam.

#. Di Mekah (al-Fatâwâ, (27/8, 20, 32, 107).)

1. Pergi ke goa Hira’ untuk melakukan shalat di dalamnya dan berdo`a di sana.

2. Pergi ke masjid-masjid ‘Aisyah yang terletak di Tan’im -yaitu daerah paling rendah- dengan maksud untuk melakukan shalat dan berdo`a di dalamnya.

#Di Madinah

1. Berdo`a ketika masuk kota Madinah, dengan mengucapkan:

بِسْمِ اللِه، وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ، رَبِّ أَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ …

“Dengan menyebut nama Allah, dan atas nama agama Rasulullah, ya Tuhanku, masukkanlah aku kepada pintu kebenaran…..”

2. Berdo`a sewaktu pandangannya tertuju ke arah tembok Madinah, dengan mengucapkan:

الَّلهُمَّ هَذَا حَرَمُ رَسُوْلِكَ فَاجْعَلْهُ لِيْ وِقَايَةً مِّنَ النَّارِ، وَأَمَانًا مِنَ اْلعَذَابِ وَمِنْ سُوْءِ اْلحِسَابِ.

“Ya Allah, ini adalah tempat suci Rasul-Mu, maka jadikanlah dia sebagai perlindungan bagiku dari api neraka, dan keselamatan dari siksa dan dari buruknya hisab.” 

3.  Makhalah Fathimah, yaitu: sebuah lobang yang lebarnya setengah dada (sha’) yang terletak di atas gunung Sala’ di Madinah, yang di dalamnya para dajjal membuat celak, lalu mereka jual kepada para jamaah haji dan pengunjung, dengan mengaku bahwasanya celak tersebut adalah milik Fathimah radhiyallahu ‘anha .

4. Dâr al-Ahzân, yaitu: suatu tempat di sebelah timurnya pekuburan Baqi’ yang dibuat oleh kelompok Rafidhah (Syi`ah) -semoga Allah ta’ala menghinakan mereka-. Dan Alhamdulillah, tempat ini telah dihancurkan.

5. Tempat duduk ontanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang terletak sekitar lima ratus meter di sebelah timurnya pekuburan Baqi’, dan Alhamdulillah, tempat ini pun telah dimusnahkan. Dan masih banyak lagi tempat-tempat yang lainnya.

#. Di Baitul Maqdis (al-Fatâwâ, (27/15, 150))

1. Pergi ke Baitul Maqdis pada hari Arafah untuk ber-ta’rîf (membaca do`a Arafah), dan melakukan wukuf di sana pada sore Arafah.

2. Pergi ke Baitul Maqdis setelah menunaikan ibadah haji untuk berdo`a di sana atas nama ‘pemujaan haji’ (taqdîs al-hajj).

#. Di Kubah Shakhrah

Banyak orang awam yang sangat bergantung dengan sebuah batu besar yang ada di Baitul maqdis (masjid al-Aqsha) dengan melakukan berbagai macam ibadah bid’ah, dan tidak satu pun dari ibadah itu yang bersumber dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ketahuilah, bahwasanya pergi ke Kubah Shakhrah dan mengagungkannya dengan melakukan do`a di sana tidak disyariatkan (di dalam agama), begitu pula menghadap ke arahnya, melakukan thawaf, dan lain sebagainya.

Banyak sekali bentuk bid’ah yang berkaitan dengan Kubah ini yang membuat orang-orang berakal akan menertawainya, seperti: menghadapkan sesembelihan qurban (al-hadyu) ke arahnya, mengutamakan untuk menyembelih qurban di sekitarnya, memotong rambut pada hari Iedul Adha di sana, ber-ta’rîf (membaca do`a Arafah) di sisinya pada malam Arafah.

#. Di Damaskus

Masjid al-Umawi, masjid al-Qadam Qibali, dan masjid Damaskus.

#. Di Lebanon (al-Fatâwâ, (37/60-61, 17-50).)

Pergi untuk berziarah ke sebuah gunung di Lebanon untuk ber-do`a di sana dan membungkuk hormat kepadanya.

#. Di Mesir (as-Sunan wa al-Mubtada’at, hal. 156.)

Pergi untuk melakukan shalat dan berdo`a pada akhir hari Jum’at dari bulan Ramadhan di dalam masjid ‘Amr bin Ash di Mesir.

[Sumber: Dinukil dari kitab Tashhîh ad-Du’â`, karya Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, edisi bahasa Indonesia: Koreksi Doa dan Zikir, pent. Darul Haq Jakarta]