Alam yang kita hidup padanya adalah alam dunia, bagi orang-orang beriman, dunia bukanlah terminal akhir, akan tetapi salah satu halte yang disinggahi untuk selanjutnya harus ditinggalkan meneruskan perjalanan. Hampir semua orang tahu hal ini, namun tidak semua orang yang tahu mau tahu, sebaliknya banyak yang lengah dan lalai, mereka mencari, memakan, mengumpulkan, menumpuk seperti tidak akan pernah meninggalkannya. Menikmati, memamerkan, membanggakan seolah-olah tak pernah berpisah darinya. Padahal dunia hanyalah seperti musafir di bawah terik matahari, dia menemukan sebuah pohon lalu berteduh, bila lelahnya telah hilang, terik sudah berkurang maka dia akan meneruskan langkahnya.

Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang cerdik
Mereka meninggalkan dunia karena takut terhadap fitnahnya
Mereka melihat dunia, manakala mereka mengetahui bahwa
Ia bukan tempat tinggal selamalamanya bagi yang hidup
Mereka menjadikannya sebagai lautan dan
Mereka menjadikan amal shalaih sebagai bahteranya.

Ali bin Abu Thalib ditanya tentang dunia dan akhirat, dia berkata, “Layaknya timur dan barat,sejauh mana kamu mendekat kepada salah satunya, maka kamu menjauh dari yang lainnya.”

Ali bin Abu Thalib berkata, “Tidak ada kebaikan pada dunia kecuali bagi dua orang: Seorang yang melakukan dosa lalu dia memperbaikinya dengan taubat. Seorang bergegas dalam kebaikan.”

Seorang Arab pedalaman menasihati anaknya tentang dunia, dia berkata, “Anakku, dunia berusaha terhadap orang yang berusaha untuknya, maka berlarilah sebelum bisa menyengatmu.”

Ali bin Abu Thalib berkata, “Dunia adalah rumah kebenaran bagi yang memperlakukannya dengan benar, rumah keselamatan bagi siapa yang memahaminya, rumah kekayaan bagi siapa yang berbekal darinya, tempat turunnya wahyu Allah, tempat shalat malaikat-malaikatNya, tempat ibadah para nabi-nabiNya, tempat berniaga wali-walinya, di sana mereka meraih rahmatNya dan di sana pula mereka meraih surgaNya.”

Ada yang berkata, “Pemilik dunia adalah seperti orang yang masuk ke dalam air, adakah dia mampu agar kedua kakinya tidak basah?”

Ali bin Abu Thalib berkata, “Dunia adalah rumah persinggahan menuju rumah keabadian, manusia di dunia hanya dua: Seorang laki-laki yang menjual dirinya, dia menjerumuskannya. Seorang laki-laki yang membeli dirinya, dia menyelamatkannya.”

Ali bin Abu Thalib berkata, “Sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada siapa yang Dia cintai dan siapa yang tidak, tetapi Allah hanya memberikan akhirat kepada siapa yang Dia cintai, terkadang Allah menyatukan keduanya untuk sebagian orang.”

Hudzaefah bin al-Yaman berkata, “Bukan orang terbaik dari kalian siapa yang meninggalkan dunia untuk akhirat atau meninggalkan akhirat untuk dunia, akan tetapi siapa yang mengambil dari ini dan dari itu.”

Al-Hasan al-Bashri berkata tentang dunia, “Hari ini adalah amal, kemarin adalah ajal dan besok adalah harapan.”

Ada yang berkata, “Dunia adalah makanan yang terhidang, penyantapnya orang baik dan orang fajir.” Ada yang berkata, “Carilah dunia secukup untuk tinggal di dalamnya. Carilah akhirat secukup kebutuhanmu di sana.”

Kita menambal dunia kita dengan merobek agama kita
Dunia kita tak tersisa dan apa yang kita pakai menambal

Abu Bakar ash-Shiddiq berkata, “Dunia ibarat roda, tak seorang pun memutarnya kecuali Allah, bila sesuatu yang membahagiakan datang kepada seseorang, maka ia akan datang kepadanya sekalipun dia lemah, bila sesuatu yang menyedihkan datang kepada seseorang, maka ia akan datang kepadanya sekalipun dia kuat.”

Bila orang berakal merenungkan dunia maka dia melihat
Seorang musuh di depannya dengan pakaian seperti kawan.

Bahjatul Majalis, Hafizh Ibnu Abdul Bar. (Izzudin Karimi)