Syaikh Abdul Majid az-Zindani berkata:”Dahulu ketika aku membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

كَلاَّلَئِن لَمْ يَنتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ {15} نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ {16}

”Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun (orang) yang dusta (dalam ucapannya) lagi keliru (dalam perbuatannya).” (QS. Al-‘Alaq: 15-16)

Kata النَّاصِيَةِ (ubun-ubun) adalah bagian depan kepala. Maka akupun bertanya kepada diriku sendiri, aku berkata:’Wahai Rabbku, singkaplah (tunjukkanlah) untukku makna ayat ini !’ Kenapa Engkau katakan ”Ubun-ubun (orang) yang dusta (dalam ucapannya) lagi keliru (dalam perbuatannya” ! Maka aku memikirkan hal tersebut lebih dari sepuluh tahun dalam keadaan kebingungan. Lalu aku merujuk kitab-kitab Tafsir, maka aku pun mendapatkan jawaban.

Aku dapati para Ahli Tafsir mengatakan:” Yang dimaksud bukanlah ubun-ubun itu yang berdusta, akan tetapi yang dimaksud adalah makna majazi (majas) bukan makna hakiki. Maka ia masuk ke dalam bab majas bukan hakekat (makna yang sebenarnya) ubun-ubun yang berdusta dan salah. Dan karena ubun-ubun adalah bagian permulaan (depan) kepala, maka sifat dusta pun disandarkan keapadanya padahal yang dimaksud adalah pemiliknya (orangnya). ” Demikianlah yang dikatakan oleh mereka, dan juga bukan maksudnya kalau ubun-ubun itu tempat kedustaan atau sumber kedustaan.

Hingga akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan sebuah penelitian tentang ubun-ubun yang datang dari salah seorang ilmuwan yang berkebangsaan Kanada, dan ia adalah salah satu ilmuwan terkenal dalam bidang ilmu otak, anatomi dan embrio. Hal itu terjadi pada konferensi kesehatan yang diadakan di Kairo. Dalam konferensi tersebut didapati seorang dokter bersama isterinya. Ketika isterinya mendengar pembicaraan ini (ubun-ubun dusta), ia berkata:”Huruf Ha’ kemana perginya? Karena para ahli tafsir mengatakan bahwa maknanya adalah ناصية كاذب خاطئ (tidak ada huruf Ta’ marbuthah pada kata Kadzib, dan Khathi’).” Ia berkata:”Huruf Ha’ kemana perginya?.”

Aku berkata dalam hatiku:”Huruf Ha’ inilah yang membuat aku bingung selama sepuluh tahun, Mahasuci Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berfiman kepada kita:

نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ {16}

” (yaitu) Ubun-ubun (orang) yang dusta (dalam ucapannya) lagi keliru (dalam perbuatannya).” (QS. Al-‘Alaq: 16)

Kita kembali ke penelitian ilmuwan Kanada tadi, dan dia berkata dalam masalah ini semenjak lima puluh tahun. Dan semakin kuat keyakinan kita bahwa otak yang berada di bawah dahi yang berada di ubun-ubun adalah bagian yang bertanggung jawab dalam masalah dusta, dan kesalahan. Ia adalah tempat di mana muncul darinya kedustaan dan kesalahan, dan bahwasanya mata melihat darinya dan telinga mendengar darinya. Demikian juga tempat ini adalah tempat di mana muncul keputusan, ini adalah sumber pengambilan keputusan. Maka seandainya bagian dari otak yang berada di bawah tulang ini dipotong (dihilangkan), maka pemiliknya secara umum tidak memiliki keinginan yang independen, dan tidak mampu untuk memilih. Kalau diperintahkan duduk maka dia duduk, berdiri dia berdiri, berjalan dia pun berjalan. Hilang darinya penguasaan terhdapa dirinya, seperti seseorang yang dihilangkan kedua matanya, maka ia tidak bisa melihat.

Lalu ia berkata:”Semenjak lima puluh tahun kami telah mengetahui bahwa bagian ini adalah bagian yang bertanggung jawab tentang tempat yang muncul darinya keputusan…lalu siapa yang membuat keputusan?” Kita tahu bahwa roh (hati) adalah pemilik keputusan (pengambil sikap dalam diri manusia), dan bahwasanya dia lah yang melihat, akan tetapi mata adalah perantaranya. Roh (hati) juga yang mendengar, akan tetapi telingalah yang menjadi perantaranya. Demikian juga otak ini juga perantara, akan tetapi di akhir ini tempat munculnya keputusan. Oleh sebab itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

… لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ {15} .

”….(sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian)Niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, …” (QS. Al-‘Alaq: 15)

Maksudnya kami akan mengambilnya atau kami bakar. Maka Mahasusi Allah dalam susunan kata yang datang dalam al-Qur’an. Inilah huruf Ha’ yang manusia baru mengetahu rahasianya setelah berkembangnya ilmu pengetahuan selnagkah demi selangkah.

Kemudian mereka mendapati bahwa bagian dari ubun-ubun ini lemah dan kecil pada binatang, karena binatang pusat kontrol, dan gerkan tubuhnya juga bersumber dari bagian ini. Hal ini diisyaratkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:

مَّامِن دَابَّةٍ إِلاَّهُوَ ءَاخِذٌ بِنَاصِيَتِهَآ … {56}

”…. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya, …” (QS. Huud: 56)

Pusat kontrol ada juga di ubun-ubun, siapa yang mengetahui ini? Kapan para Ilmuwan mengetahui hal ini? Kapan mereka mengetahui hal ini? Mereka mengetahui setelah membedah otak binatang.

Al-Qur’an menyebutkan hakekat ini denagn Ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Dan di dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam do’anya:

اللهم إني عبدك ابن عبدك ابن أمتك ناصيتي بيدك …

Ya Allah sesungguhnya aku adalah hamba-Mu dan anak hamba laki-lakimu, anak hamba perempuanmu. Ubun-ubunku di tangan-Mu….

Wallahu A’lam

(Sumber: وغدا عصر الإيمان (Dan Besok Masanya Iman)Karya Abdul Majid az-Zindani http://www.eajaz.com/agaz%20Qraan/alnaseah.htm. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)