Nama, Kelahiran dan Sifat-sifatnya

Namanya: Abu Muhammad Sufyan bin ‘Uyainah bin Abi Imran Maimun al-Hilali al-Kufi, seorang budak Muhammad bin Muzahim saudara kandung ad-Dhahak bin Muzahim. (Tahdziibul Kamaal 11/177-178)

Kelahirannya: Muhammad bin ‘Umar berkata,”Sufyan bin ‘Uyainah megabarkan kepadaku bahwasanya ia lahir pada tahun 107 Hijriyah.”

Ibnu Sa’ad berkata,”Sufyan bin ‘Uyainah berasal dari Kufah. Dia pembantu Khalid bin ‘Abdillah al-Qusairi. Ketika Khalid bin ‘Abdillah diturunkan dari jabatannya di Irak dan diganti oleh Yusuf bin ‘Umar ats-Tsaqafi, maka Yusuf mencari (memburu) para pembantu Khalid. Akibatnya, para pembantu Khalid termasuk Sufyan bin ‘Uyainah melarikan diri hingga bertemu ‘Uyainah bin Abi ‘Imran di Makkah. Selanjutnya, Sufyan bin ‘Uyainah menetap di sana.”(Thabaqat Ibnu Sa’ad 4/497)

Sifat fisiknya: Sufyan bin ‘Uyainah sebagaimana disampaikan al-Mizzi adalah seorang yang bermata juling.

Sanjungan Para Ulama Terhadapnya

Abu Nu’aim rahimahullah berkata:”Di antara imam yang amin (dapat dipercaya), berakal cerdas, mampu ber-istibath hukum (mengambil hukum dari dalil) dan mengorelasikan hukum-hukum tersebut adalah Abu Muhammad Sufyan bin ‘Uyainah. Dia seorang cendekiawan intelektual, seorang kritikus yang zuhud dan ahli ibadah. Keilmuan dan kezuhudannya sudah mashyur di kalangan Ulama.”(Hilyatul Auliya’ 7/270)

Adz-Dzahabi rahimahullah menambahkan:”Sufyan bin ‘Uyainah mulai menghafal dan mencari hadits sejak usianya masih kecil. Karena dia telah banyak menimba ilmu dari para Ulama besar terkemuka, maka hal tersebut membentuk sosoknya sebagai insan yang mutqin (profesional); kaya akan ilmu dan pengetahuan; mempunyai naluri intelektual sangat baik dan mengahasilkan banyak karya.

Usianya yang panjang membuat dirinya sebagai tempat rujukan para Ahli hadits dalam menimba ilmu dan mendapatkan sanad ‘Ali. Para Ahli hadits berdatangan dari berbagai negeri menuju Sufyan bin ‘Uyainah, sehingga tanpa disengaja, di antara mereka saling bertemu antara cucu dengan kakeknya (karena umur Sufyan bin ‘Uyainah yang panjang).” (Siyar A’laamin Nubala’)

Ibnu Mahdi rahimahullah berkata:”Ibnu ‘Uyainah memiliki sebagaian pengetahuan tentang al-Qur’an dan tafsir hadits yang tidak dimiliki oleh Sufyan ats-Tsauri rahimahullah.”

Yahya bin Ma’in rahimahullah berkata:”Dia adalah orang yang paling tsabit dalam meriwayatkan hadits dari ‘Amr bin Dinar rahimahullah.”

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:”Kalau tidak ada Imam Malik dan Sufyan bin ‘Uyainah, niscya hilanglah ilmu yang ada di daerah Hijaz (Mekah, Madinah dan sekitarnya).”

Abu ‘Isa at-Tirmidzi rahimahullah berkata:”Aku mendengar Muhammad –maksudnya Imam al-Bukhari- berkata:’Ibnu ‘Uyainah lebih kuat hafalannya dibandingkan Hammad bin Zaid.’”

’Abdullah bin Wahb rahimahullah berkata:”Aku tidak mengetahui ada seorang yang lebih mengetahui tafsir al-Qur’an dibandingkan dengan Ibnu ‘Uyainah.” dan beliau juga berkata:”Imam Ahmad bin Hanbal lebih mengetahui tentang sunnah (hadits) Nabi dibandingkan Sufyan (Ibnu ‘Uyainah).”

Waki’ rahimahullah berkata:”Kami menulis hadits dari Ibnu ‘Uyainah pada zaman al-A’masy masih hidup.”

’Ali bin al-Madini rahimahullah berkata:”Tidak ada seorang pun Shahabat az-Zuhri yang lebih sempurna dibandingkan Sufyan bin ‘Uyainah.”

Ahmad bin ‘Abdillah al-‘Ajali rahimahullah berkata:”Ibnu ‘Uyainah adalah seorang yang tsabit (kokoh/kuat hafalanya) dalam hadits; dia menghafal hadits sekitar tujuh ribu hadits, sedangkan dia tidak memiliki kitab (buku).”

Bahz bin Asad rahimahullah berkata:”Aku tidak pernah melihat seseorang sepadan dengan Sufyan bin ‘Uyainah.” Lalu ditanyakan kepadanya:”Apakah Syu’bah juga tidak sepadan dengannya?” Dia menjawab:”Tidak juga Syu’bah.”

Ilmunya yang Luas

Harmalah bin Yahya rahimahullah berkata:”Aku telah mendengar Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata:’Aku belum pernah melihat orang yang memiliki piranti ilmu (ilmu alat untuk memahami al-Qur’an dan Hadits) sebagaimana yang dimiliki oleh Sufyan bin ‘Uyainah. Dan aku belum pernah melihat orang yang lebih berhati-hati dalam berfatwa (tidak mudah untuk memberikan fatwa) dibandingkan dengannya.”

Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata:”Aku mendapati hadits ahkam (hadits-hadits tentang hukum) semuanya ada pada (dihafal) Ibnu ‘Uyainah rahimahullah kecuali hanya enam hadits saja, dan aku mendapatinya (hadits ahkam) semuanya ada pada Imam Malik rahimahullah kecuali hanya tiga puluh hadits saja.” (Tadzkiratul Kamal 11/190)

Imam adz-Dzahabi menambahkan perkataan di atas:”Maka ini menjelaskan kepada anda tentang luasnya ilmu Sufyan, karena dia menggabungkan hadits-hadits dari orang Irak dan Hijaz, dan dia bertemu dengan banyak ulama (perawi hadits) yang tidak ditemui oleh Imam Malik. Dan keduanya adalah sepadan dalam masalah profesionalisme, akan tetapi Imam Malik lebih agung dan lebih tinggi, karena dia memiliki (guru) Nafi’ dan Sa’id al-Maqbari rahimahumallah.” (Tadzkiratul Kamal)

’Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah berkata:”Ibnu ‘Uyainah termasuk salah seorang yamg paling tahu tentang haditsnya penduduk Hijaz.”(Siyar A’lamin Nubala’)

Keteguhannya Mengikuti Sunnah

Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata:”Sufyan bin ‘Uyainah adalah ulama Ahli hadits yang mengikuti (mengamalkan) hadits tersebut.”

Muhammad bin Ishaq ash-Shaghani rahimahullah berkata:”Telah bercerita kepada kami Luwain, bahwasanya dia berkata:”Dikatakan kepada Ibnu ‘Uyainah:’Apakah ini hadits-hadits yang diriwayatkan tentang masalah ru’yah (hadits yang menyebutkan bahwa orang beriman akan melihat Allah pada hari Kiamat)?” Sufyan menjawab:”Benar, sesuai dengan apa yang kami dengar dari orang-orang yang kami percayai dan kami ridhoi.”

Ibrahim bin Sa’id al-Jauhari berkata:”Aku telah mendengar Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:”Iman adalah ucapan dan perbuatan, ia bisa bertambah dan berkurang.”

Imam ath-Thabrani rahimahullah berkata:”Telah mengabarkan kepada kami Bisyr bin Musa, telah mengabarkan kepada kami al-Humaidi, ia berkata:’Dikatakan Sufyan bin ‘Uyainah:’Sesungguhnya Bisyr al-Marisi berkata:’Sesungguhnya Allah tidak dilihat pada hari Kiamat.’ Maka Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:”Semoga Allah memerangi si kutu itu (maksudnya Bisyr), apakah dia tidak mendengar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ(15)

”Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka (orang kafir/musuh Allah) pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Rabb mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 15)

Jika Allah juga terhalangi dari pandangan para wali-wali-Nya (maksudnya wali-wali Allah tidak melihat Allah), maka di mana kelebihan wali-Nya dibandingkan musuh-Nya?” (Maksudnya kalau Allah tidak dilihat oleh para wali-wali-Nya yaitu orang-orang beriman, maka tidak ada beda antara wali Allah dengan musuh-Nya)

Kezuhudannya dan Pendapatnya seputar Zuhud

Al-Musayyib bin Wadhih rahimahullah berkata:’Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah ditanya tentang Zuhud, maka beliau menjawab:”Zuhud adalah terhadap apa yang dilarang oleh Allah, adapun untuk yang dihalalkan oleh Allah, maka Dia telah membolehkannya untukmu. Para Nabi menikah, menaiki kendaraan, dan makan. Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang sesuatu dan mereka pun meninggalkannya, dengan hal mereka menjadi orang yang zuhud.”

Dari Ahmad bin Ubadah, ia berkata:’Sufyan bin ‘Uyainah mengabarkan kepada kami dan berkata:”Zuhud di dunia adalah bersabar danbersiap-siap menerima datangnya kematian.”

Ahmad bin Abi al-Hawari berkata:’Aku bertanya kepada Sufyan bin ‘Uyainah:’Bagaimanakah orang yang dikategorikan zuhud di dunia itu?’ Dia menjawab:”Disebut zuhud apabila seseorang mendapatkan nikmat ia bersyukur dan ketika menerima musibah ia bersabar.”

Guru-gurunya

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata:Ibnu ‘Uyainah meriwayatkan hadits dari Abdul Malik bin ‘mar, Abu Ishaq as-Sab’i, Ziyad bin Alaqah, Aswad bin Qais, Abban bin Taghlab, Ibrahim bin Musa, Muhammad bin ‘Uqbah, Ishaq bin ‘Abdillah bin abi Thalhah, Israil bin Musa, Ismail bin Abi Khalid, Ismail bin Umayyah, Ayyub bin Abu Tamimah as-Sakhtiyani, Yazid bin Abi Bardah, Bayan bin Bisyr, Jafar ash-Shadiq, Jami’ bin Abi Rasyid, Humaid ath-Thawil, Humaid bin Qais al-A’raj, Zakaria bin Abi Zaidah, Zaid bin Aslam, Salim Abi Nadhir, Abu Hazim bin Dinar, Sulaiman at-Taimi, Sulaiman al-Ahwal, Sama, Suhail, Syubaib bin Gharqadah, Shalih bin Kaisan, Shalih bin Shalih bin Hayy, Safwan bin Sulaim, Dhamrah bin Sa’id, ,Ashim al-Ahwal, ‘Ashim bin Bahladah bin Kulaib.

Juga tercatat sebagai guru-gurunya:’Abdullah bin Dinar, Abu Zinad, ‘Abdullah bin Thawus, ‘Abdullah bin Husain, Ibnu Abi Nujaih, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Murid-muridnya

Dijelaskan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahbahwa orang yang meriwayatkan hadits dari Sufyan bin ‘Uyainah antara lain: al-A’masy, Ibnu Juraij, Syu’bah, Sufyan ats-Tsauri, Mus’ar (di samping itu mereka semua juga termasuk guru Sufyan bin’uyainah), Abu Ishaq al-Fazari, Hammad bin Zaid, al-Hasan bin Hayy, Hammam, Abu al-Ahwash, Ibnul Mubarak, Qais bin ar-Rabi’, Abu Mu’awiyah, Waki’ al-Jarrah, Ma’mar bin Sulaiman, Yahya bin Zaidah (mereka ini hidup sezaman dengan Sufyan bin ‘Uyainah dan meninggal lebih dahulu)

Di anatara muridnya juga; Muhammd bin Idris (Imam asy-Syafi’i) ‘Abdullah bin Wahhab, Yahya al-Qaththan,Ibnu Mahdi,Abu Usamah, al-Faryabi, ath-Thayalisi, ‘Abdurrazaq, Abu Nu’aim, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, Ali bin al-Madini, Ishaq bin Rahawaih, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Beberapa Mutiara Perkataannya

Muhammad bin Maimun al-khayyath berkata:’ Aku telah mendengar Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:”Apabila waktu siangku adalah ketololan dan waktu malamku adalah kebodohan, maka apa gunanya ilmu yang aku telah kumpulkan selama ini.”

Ibrahim al-Jauhari berkata:’Aku pernah mendengar Ibnu ‘Uyainah berkata:”Orang yang berilmu yang memelihara ilmunya adalah yang mengamalkan ilmu tersebut.”

Abu Ma’mar berkata:’Aku telah mendengar Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:”Bukanlah disebut Ulama orang yang hanya mengetahui kebaikan dan keburukan, akan tetapi disebut Ulama apabila orang tersebut mengetahui sebuah kebaikan lalu mengamalkannya, dan mengetahui keburukan lalu menjauhinya.”

Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:”Bergaulah kalian dengan Ulama, sesungguhnya duduk bersama Ulama akan mendapatkan keuntungan, berteman dengan Ulama akan selamat, dan bersahabat dengan ulama merupakan kemuliaan.”

Abu Musa al-anshari berkata:’ Aku mendengar Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:”Janganlah kalian menjadi orang yang berkelakuan buruk, yaitu orang yang tidak mendatangi masjid untuk menunaikan shalat, kecuali setelah iqamat dikumandangkan. Akan tetapi, datanglah ke masjid untuk menunaikan shalat sebelum adzan dikumadangkan.”

Dari Ibrahim bin al-Asy’ats, ia berkata: Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah telah memberitahukan kepada kami dengan berkata:”Telah dikatakan bahwa manusia yang paling rugi di hari Kiamat adalah tiga kelompok manusia:

Pertama:Seorang laki-laki yang mempunyai budak, sedangkan besok di Hari Kiamat, amal kebaikan budak tersebut lebih banyak dari pada amalnya.

Kedua:Seseorang yang memiliki harta, namun tidak mau bersedekah sedikit pun sampai ia meninggal. Kemudian, harta tersebut diwariskan kepada orang lain dan harta itu kemudian disedekahkan.

Ketiga:Seorang Ulama yang ilmunya tidak bermanfaat baginya, akan tetapi dengan diajarkannya kepada orang lain,sedang orang lain itu dapat mengambil manfaat dari ilmu tersebut.”

Abu Ayyub Sulaiman bin Dawud, dari Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah dia berkata:”Apabila nasehat yang sedikit tidak bermanfaat bagi orang yang berakal, maka nasehat yang banyak tidak akan menambah sesuatu melainkan kejelekan.”

Wafatnya:

Dari Hasan bin Imran bin ‘Uyainah bin Abi Imran, keponakan Sufyan bin ‘Uyainah ia berkata:”Aku pergi haji bersama pamanku, Sufyan bin ‘Uyainah yaitu pada tahun 197 Hijriyah. Setelah kami menunaikan shalat dengan cara dijamak, dia lalu berbaring di atas tikarnya. Dalam keadaan terbaring itulah dia berkata:”Sungguh aku telah mendatangi tempat ini selama tujuh puluh tahun lamanya, setiap tahunnya aku memohon:”Ya Allah, janganlah Engkau jadikan hajiku kali ini sebagai kesempatan haji terakhirku. Dan sekarang sungguh aku malu sekali kepada Allah karena begitu banyaknya aku memohon kepada-Nya.”

Kemudian Ibnu ‘Uyainah kembali untuk pulang dan akhirnya dia meniggal pada tahun berikutnya, tepatnya pada hari sabtu, hari pertama bulan Rajab tahun 198 Hijriyah dan dimakamkan di Hajun.”

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan rahmat kepada beliau dan menempatkan beliau di Surga-Nya yang membentang luas. Amiin

(Sumber:Diringkas dari kitab Min A’laamis Salaf edisi indonesia 60 bografi Ulama salaf, pustaka al-Kautsar dengan sedikit perubahan dari sumber-sumber lain berbahasa Arab. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono )