DALIL KEEMPAT BELAS: PEMBAHASAN DAN BANTAHANNYA

Maliki menyebutkan dalil keempat belas, dengan berkata,
“Allah Ta’ala berfirman, ‘Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu.’ (Hud: 120). Tampaknya, hikmah kisah para nabi dan rasul kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu untuk meneguhkan hati beliau yang mulia. Dewasa ini, kita lebih membutuhkan berita dan kisah beliau untuk meneguhkan hati kita, daripada kebutuhan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri kepada kisah.”

Benar, kita selalu butuh pada setiap waktu, bukan hanya pada satu malam setelah tiga ratus lima puluh empat malam, membutuhkan sesuatu yang meneguhkan hati, menguatkan tekad, dan menambah keimanan kita. Itu bisa dilakukan dengan mengikuti perintah Allah Ta’ala dan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, taat dan ibadah secara konsisten sesuai dengan syariat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan segala isinya: kesabaran, iman, jihad beliau, kasih sayang yang sempurna kepada umat, antusiasme beliau dalam memberi petunjuk kepada mereka, dan kecemerlangan lain di kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak diragukan, mempelajari, merenungkan, dan mengikuti petunjuk beliau, itu meneguhkan hati kita, menguatkan tekad baik kita, dan mengimani hikmah keberadaan kita di kehidupan. Hanya saja, hal itu mesti dilakukan setiap waktu, kondisi, dan kesempatan. Di masjid, sekolah, majelis, dan alat komunikasi kita. Kita memang lebih perlu menguatkan tekad dan meneguhkan hati kita.

Betul, hati kita lebih gampang terguncang dan tekad kita lemah jika kita tidak mendengar berita tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak membaca sirah beliau kecuali hanya sekali setahun. Apalagi dilakukan dengan main-main, pelecehan harga diri, diam atas kemungkaran atau kesyirikan yang ada, seperti diketahui Maliki dan kubunya. Adakah yang lebih gersang dari kondisi ini? Adakah yang lebih terlarang dari hal ini? Dan adakah hubungan yang lebih terputus dari ini?

Allah memerintahkan hubungan manusia dengan-Nya itu kuat, kokoh, dan berkelanjutan. Dia mewajibkan shalat lima waktu kepada hamba-Nya setiap hari. Shalat mengandung dzikir dan ucapan lain termasuk dzikir kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Misalnya, ucapan tasyahhud pertama, yang berisi ucapan salam kepada beliau dan kesaksian atas risalah yang beliau emban. Juga tasyahhud kedua yang berisi shalawat, doa, dan keberkahan bagi beliau. Maliki mengira dan menduga dengan segala kebingungan-nya seperti tertera di bukunya tanpa ucapan hamdalah dan shalawat, atau buku Maulid lainnya bahwa dirinya telah memberi apa yang menjadi hak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang bodoh yang perlu dikasihani ini tidak tahu bahwa dengan penyelenggaraan Maulid sebenarnya ia menjauhkan manusia dari sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sisi keunggulan di kehidupan beliau, tuntutan menjadikan sirah sebagai nasihat dan pelajaran melalui jihad beliau, saat itu semua hanya dilakukan pada satu malam dari tiga ratus lima puluh empat malam. Sebelum itu, dalam waktu yang sedemikian lama ini, manusia sibuk dengan segala urusan dunia, perhiasan dan kesenangannya, serta melupakan apa yang pernah mereka dengar pada malam peringatan Maulid, jika memang mendengarkan kebaikan dan kebenaran, tapi ini jarang terjadi.