Hadits-hadits seputar bulan Sya’ban banyak sekali. Sebagiannya tsabit (shahih) dari Rasulullah dan sebagiannya lagi dhaif dan bahkan maudhu’. Berikut beberapa hadits seputar bulan Sya’ban, baik yang shahih ataupun yang dha’if.

1. Hadits :

شعبان بين رجب و شهر رمضان تغفل الناس عنه ترفع فيه أعمال العباد فأحب أن لا يرفع عملي إلا و أنا صائم .

“Sya’ban, antara Rajab dan bulan Ramadhan yang mana orang-orang lalai tentangnya. Padanya amalan para hamba diangkat, maka saya suka amalan saya diangkat pada waktu saya sedang berpuasa”

Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no : 3711

2. Hadits :

كان أحب الشهور إليه أن يصومه شعبان ثم يصله برمضان

“Bulan yang paling dicintai oleh Rasulullah untuk berpuasa adalah Sya’ban kemudian beliau lanjutkan dengan Ramadhan”

Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no : 4628

3. Hadits :

إذا انتصف شعبان فلا تصوموا حتى يكون رمضان .

“Kalau sampai pertengahan sya’ban maka janganlah kalian berpuasa sampai datang Ramadhan”

Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no : 397

4.Hadits :

إن الله تعالى ليطلع في ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن

“Sesungguhnya Allah melihat (makhluk-Nya) pada malam nishfu (pertengahan) Sya’ban lalu mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bertikai.”

Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no : 1819

5. Hadits :

إذا كان ليلة النصف من شعبان يغفر الله من الذنوب أكثر من عدد شعر غنم كلب

“Apabila malam dipertengahan Sya’ban, Allah mengampuni dosa-dosa melebihi jumlah bulu domba dari (kabilah) Kalb”

Hadits ini dinilai dhaif oleh Syaikh al-Albani dalam Dha’iful Jami’ no : 654

6. Hadits :

أفضل الصوم بعد رمضان شعبان لتعظيم رمضان و أفضل الصدقة صدقة في رمضان

“Shaum (puasa) yang paling utama setelah Ramadhan adalah Sya’ban karena untuk mengagungkan Ramadhan dan shodaqoh yang paling utama adalah shodaqoh di waktu Ramadhan”.

Hadits ini dinilai dhaif oleh Syaikh al-Albani dalam Dha’iful Jami’ no : 1023

7. Hadits :

إنما سمي شعبان لأنه يتشعب فيه خير كثير للصائم فيه حتى يدخل الجنة

“Bulan Sya’ban dinamakan Sya’ban itu hanyalah dikarenakan karena kebaikan didalamnya banyak bercabang bagi orang yang berpuasa sampai-sampai dia masuk surga”.
Hadits ini dinilai maudhu’ (palsu) oleh Syaikh al-Albani dalam Dha’iful Jami’ no : 2061

8. Hadits :

خمس ليال لا ترد فيهن الدعوة : أول ليلة من رجب و ليلة النصف من شعبان و ليلة الجمعة و ليلة الفطر و ليلة النحر .

“Ada lima malam yang tidak tertolak padanya doa: awal malam pada bulan Rajab, malam nishfu Sya’ban, malam Jum’at, mala ‘Iedul Fitri dan malamNahr(‘Iedul Adha).”

Hadits ini dinilai maudhu’ (palsu) oleh Syaikh al-Albani dalam Dha’iful Jami’ no : 2852

9. Hadits :

إذا كان ليلة النصف من شعبان فقوموا ليلتها و صوموا يومها فإن الله ينزل فيها لغروب الشمس إلى سماء الدنيا فيقول : ألا مستغفر فأغفر له ? ألا مسترزق فأرزقه ? ألا مبتلى فأعافيه ? ألا سائل فأعطيه ? ألا كذا ألا كذا ? حتى يطلع الفجر

“Bila datang malam nishfu Sya’ban maka lakukanlah Qiyamullail pada malam harinya dan puasalah pada siang harinya, karena sesungguhnya Allah waktu itu, pada saat matahari terbenam, turun ke langit dunia dan berkata, ‘Adakah yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya, adakah yang memohon rezki, maka Aku akan memberikannya, adakah yang tertimpa penyakit, maka Aku akan menyembuhkannya, adakahyang begini…dan adakah yang begini… hingga terbit fajar.”

Hadits ini dinilai maudhu’ (palsu) oleh Syaikh al-Albani dalam Dha’iful Jami’ no : 652

10. Hadits :

رجب شهر الله و شعبان شهري و رمضان شهر أمتي

“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulannya umatku.”
Hadits ini dinilai dhaif oleh Syaikh al-Albani dalam Dha’iful Jami’ no : 3094

11. Hadits :

كان إذا دخل رجب قال : اللهم بارك لنا في رجب و شعبان و بلغنا رمضان

“Nabi shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam apabila beliau memasuki bulan Rajab beliau berdoa: ‘Ya Allah, berkahilah untuk kami bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan”

Hadits ini dinilai dhaif oleh Syaikh al-Albani dalam Dha’iful Jami’ no : 4395
Wallahu A’lam.

(Diterjemahkan dari situs www.ahlalhdeeth.com, diposting oleh Abu Maryam Absusshomad)