Para Imam Madzhab

Ashbagh bin al-Faraj bin Said, 150 – 225 H, seorang fakih Mesir, datang ke Madinah pada hari wafat Imam Malik, lalu dia belajar kepada Ibnul Qasim, Ibnu Wahab dan Asyhab. Ashbagh mempunyai beberapa buku di antaranya Adabul Qadha` wa Tafsir Gharib al-Muwattha`, Adabus Shiyam dan ar-Rad ala Ahli al-Ahwa`.

Isa bin Dinar, wafat tahun 212, dari Andalusia Qurthuba, dia belajar kepada Ibnul Qasim sehingga menjadi fakih Andalusia. Ahli sejarah berkata, “Isa adalah seorang fakih yang mumpuni, ahli ibadah, termasuk ulama yang takut kepada Allah dan berkarya padat, doanya mustajab. Ada yang berkata, dia shalat Shubuh dengan wudhu shalat Isya selama empat puluh tahun.” Wafat di Thulaithilah.

Sahnun, Abdussalam bin Said at-Tanukhi 160 – 240 H, asli Qairuwan, lalu dia pergi ke Mesir dan disambung ke Madinah dan belajar kepada Ibnul Qasim, Ibnu Wahab dan Asyhab, dia tidak bertemu Imam Malik. Dia sangat menyesal tidak bertemu Imam, dia berkata, “Semoga Allah tidak menghidupkan kemisikinan, kalau bukan karena ia niscaya aku telah bertemu Malik.”

Sahnun adalah ahli fikih yang mumpuni, pemilik hati yang bersih, bersikap tegas dalam kebenaran, zuhud dari dunia, murah hati. Dia menyusun al-Mudawwanah yang menjadi pegangan bagi pengikut madzhab ini dalam berbagai abad.

Dasar-dasar Madzhab Maliki

Al-Qur`an, Sunnah, Ijma’ para sahabat, tiga dasar ini disepakati oleh tiga madzhab fikih yang lain. Qiyas, al-Mashalih al-Mursalah, amal ahli Madinah, inilah dasar yang membedakan madzhab Malik dari madzhab lainnya, Malik melihat bahwa apa yang dikerjakan oleh penduduk Madinah pada zamannya lebih kuat daripada hadits ahad yang shahih, sebab apa yang mereka kerjakan ibarat riwayat hadits dan riwayat jamaah dalam jumlah besar lebih kuat daripada riwayat satu atau dua orang. Dari sini maka Malik mengambil hadits ahad dengan syarat tidak bertentangan dengan apa yang dikerjakan oleh penduduk Madinah.

Imam juga berpegang kepada fatwa-fatwa para sahabat, kitabnya al-Muwattha` di samping berisi hadits-hadits dari Nabi saw, ia juga berisi pendapat-pendapat para sahabat seperti Amru bin al-Ash dan anaknya Abdullah, fatwa-fatwa fuqaha` sab’ah, tujuh orang fuqaha` besar yang hidup di Madinah dari kalangan tabiin.

Penyebaran Madzhab Maliki

Hejaz adalah pusat pertama madzhab ini, dari sana ia menyebar ke Afrika lalu ke bumi Andalusia. Pada masa pemerintahan al-Hakam bin Hisyam madzhab ini mencapai puncak keemasaan, Yahya bin Yahya seorang fakih Maliki mempunyai kedudukan khusus di sisi al-Hakam, maka dia menyebarkan madzhab ini di Andalus.

Mesir termasuk negeri di mana madzhab ini masuk ke dalamnya melalui murid-murid Imam Malik. Di zaman ini madzhab ini banyak diamalkan oleh kaum muslimin di beberapa wilayah Mesir, Sudan dan Afrika.

Kitab-kitab Madzhab

1- Al-Muwattha` karya Imam, berisi hadits-hadits, atsar-atsar dan pendapat Imam.
2- Al-Mudawwanah, berisi pendapat-pendapat Imam yang disusun oleh Sahnun.
3- Al-Mawazziyah, karya Muhammad bin Ibrahim al-Iskandari yang dikenal dengan Ibnu Mawwaz, wafat tahun 281 H.
4- Bidayatul Mujtahid, kitab fikih perbandingan karya Ibnu Rusyd wafat tahun 520 H.

Mukhtahshar atau Ringkasan

Al-Mukhtashar fi al-Fiqh al-Maliki karya Syaikh Khalil bin Ishaq wafat tahun 767 H, kitab ini memiliki beberapa syarah, di antaranya Mawahibul Jalil li Syarh Mukhtashar al-Khalil karya Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Abdurrahman yang dikenal dengan al-Hanthab wafat tahun 954 H.

Biografi Ulama Mdzhab

1- Tartib al-Madarik wa Taqrib al-Masalil li Ma’rifah A’lam Madzhab Malik karya Qaghi Iyadh bin Musa as-Sabti, wafat tahun 544 H.
2- Ad-Dibaj al-Mudzhab fi Ma’rifah A’yan Ulama` al-Madzhab karya Burhanuddin Ibrahim bin Ali bin farhun al-Umari, wafat tahun 799 H.

Dari al-Mausu’ah al-Muyassarah, isyraf Dr. Mani’ al-Juhani.