al-Marwazi pernah bercerita, “Suatu hari, Abu Abdil Humaid pernah membeli seekor ikan dari pasar. Setibanya di rumah ia langsung menuju ke kamarnya untuk membaringkan tubuhnya dan ia pun tertidur pulas.

Sang istri yang melihat seekor ikan segar di meja segera memasaknya dan kemudian memakannya bersama-sama dengan beberapa orang tetangganya. Ketika tak ada lagi yang tersisa dari ikan tersebut kecuali hanya tulang-tulangnya, sang istri pun mengusapkan tangannya yang belum dicuci ke mulut dan tangan suaminya yang sedang tertidur.

Tak berapa lama kemudian Abu Abdil Humaid terjaga dari tidurnya dan memerintahkan istrinya untuk memasak ikan yang baru saja ia beli untuk makan siangnya.

Sang istri berkata, “Dasar pikun! Bukankah engkau sudah memakannya tadi, kemudian engkau langsung tidur tanpa mencuci tanganmu terlebih dulu?

Abu Abdil Humaid pun segera mencium mulut dan kedua tangannya, ternyata ia dapati bau ikan pada keduanya. Ia pun segera mencuci tangannya dan berkata, “Belum pernah aku merasakan ikan selezat ini. Sekarang aku lapar lagi, tolong siapkan makan siang untukku sekali lagi!”

(Qashashul ‘Arab, karya Ibrahim Syamsuddin)