fatimahEdisi Th. XVIII No. 915/ Jum`at IV/Rajab 1434 H/ 24 Mei 2013 M.

Fathimah adalah putri Rasulullah Shalallahu “alaihi wa Salam. Ibunya bernama Khadijah binti Khuwalid Radhiyallahu anha, ibu kaum mukminin.

Fathimah dilahirkan tatkala kaum Quraisy tengah merenovasi Ka’bah lima tahun sebelum Rasulullah Shalallahu “alaihi wa Salam diutus sebagai Nabi.

Sejak masa kanak-kanak, dalam usia dini Fathimah Radhiyallahu anha telah memahami serangan yang dilancarkan oleh kaum Quraisy kepada ayahnya. Jika ayahnya bepergian, Fathimah Radhiyallahu anha mengikuti dan menyertai ayahnya. Akhirnya, terjadilah sesuatu peristiwa yang tak akan terlupakan. Suatu kali ayahnya sedang sujud di Masjidil Haram, sedangkan di sekelilingnya ada kaum musyrikin Quraisy. Datanglah Uqbah bin Abi Mu’ith membawa bangkai kambing. Dia melemparkannya ke punggung Nabi Shalallahu “alaihi wa sallam. Rasulullah Shalallahu “alaihi wa salam tidak dapat mengangkat kepalanya hingga Fathimah datang dan menyingkirkan bangkai itu dan menyebutkan orang yang melakukannya. Saat itulah Nabi Shalallahu “alaihi wasalam menengadahkan kepala seraya berdoa, “Ya Allah, Engkau yang akan menghadapi pemuka Quraisy. Ya Allah, Engkau yang akan menghadapi Abu Jahal dan Hisyam, Utbah bin Rabi’ah, Uqbah bin Abi Mu’ith, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Muslim).

Pembaca yang budiman…

Setelah tiba saatnya menikah, ia pun dinikahkan oleh ayahnya dengan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu yang tidak lain adalah salah seorang keponakan beliau Shalallahu “alaihi wasalam sendiri.

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di rumah suaminya, Fathimah Radhiyallahu anha mengetahui bahwa dia memiliki kewajiban yang besar terhadap suaminya. Dia mengetahui kondisi ekonomi suaminya, mengetahui bagian dalamnya, serta mengetahui beban dan tugas yang dituntut oleh kehidupan.

Ummu Aiman Radhiyallahu anha menceritakan beberapa perabot yang dimiliki Fathimah Radhiyallahu anha serta perlengkapan yang dibawa Ali Radhiyallahu anhu untuk Fathimah Radhiyallahu anha. Dia berkata, perlengkapan Fathimah Radhiyallahu anha hanya kain beludru, bantal kulit yang isinya berupa rumput kering, penggilingan yang dijalankan dengan tangan, alat minum dan dua buah wadah.

Sang suami tidak mampu mengupah pelayan yang akan membantunya dalam melaksanakan pekerjaan yang berat. Karenanya, Ali Radhiyallahu anha berusaha untuk membantu istrinya mengerjakan beberapa pekerjaan rumah jika kondisinya memungkinkan.

Fathimah Radhiyallahu anha pernah datang kepada ayahnya ditemani sang suami dalam rangka meminta pembantu atas inisiatif suaminya. Namun, usahanya nihil. Lalu, Fathimah dan suaminya pun pergi. Rasulullah Shalallahu “alaihi wasalam merasakan hatinya terpaut dengan hati keduanya dan mengikuti keduanya kemana mereka pergi. Ketika hari mulai gelap dan dunia dipenuhi dengan kegelapan yang casino online menyeluruh, Rasulullah Shalallahu “alaihi wasalam pergi ke rumah mereka. Saat itu, mereka sudah beranjak ke peraduan. Saat mereka hendak menghampiri Rasulullah Shalallahu “alaihi wasalam, beliau Shalallahu “alaihi wasalam segera berkata, “Tetaplah di tempatmu.” Beliau Shalallahu “alaihi Wasalam melanjutkan sabdanya dengan lembut, ‘Maukah aku beritahukan kepadamu sesuatu yang lebih baik daripada yang engkau pinta?’ Keduanya menjawab, ‘tentu saja, wahai Rasulullah Shalallahu “alaihi Wasalam.’ Beliau Shalallahu “alaihi Wasalam bersabda, “Ada beberapa kalimat yang diajarkan Jibril, yaitu membaca tasbih(subhanallah) 10 kali, tahmid (alhamdulillah) 10 kali, dan takbir (Allahu akbar) 10 kali setiap kali selesai shalat. Jika kamu beranjak ke peraduan bacalah tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 33 kali.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Setelah itu, beliau beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.

Setelah lebih dari tiga dasawarsa, terdengarlah ucapan Ali Radhiyallahu anhu tentang sabda Rasulullah Shalallahu “alaihi Wasalam, “Demi Allah, aku tidak pernah meninggalkannya semenjak beliau Shalallahu “alaihi Wasalam mengajarkannya. Salah seorang sahabatnya bertanya, “Tidak tertinggal pula pada malam Perang Shiffin?” Ali menjawab dengan tegas, “Tidak pula pada malam Perang Shiffin.” (Thabaqat Ibnu Sa’ad, VII:25)

Pembaca yang budiman…

Fathimah Radhiyallahu anha adalah seorang wanita yang utama. Banyak hal yang menunjukannya sebagaimana tercermin dalam banyak riwayat hadits, di antaranya,

a. Penghulu semua wanita di Surga

Rasulullah Shalallahu “alaihi Wasalam pernah bersabda kepada Fathimah,

[sc:BUKA ]أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ تَكُونِي سَيِّدَةَ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَوْ نِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ[sc:TUTUP ]

“Tidakkah engkau ridha akan menjadi penghulu para wanita Surga atau (penghulu) para wanita mukminin (arang-arang yang beriman).” (HR.al-Bukhari).

b. Membuat Fathimah marah, telah membuat marah Rasulullah Shalallahu “alaihi Wasalam

Rasulullah Shalallahu “alaihi Wasalam bersabda,

[sc:BUKA ]فَاطِمَةُ بَضْعَةٌ مِنِّي فَمَنْ أَغْضَبَهَا أَغْضَبَنِي[sc:TUTUP ]

“Fathimah adalah bagian dariku. Maka barangsiapa yang menjadikannya marah berarti telah membangkitkan kemarahanku.” (HR. al-Bukhari).

c. Menyakiti Fathimah, menyakiti Nabi Shalallahu “alaihi Wasalam

Rasulullah Shalallahu “alaihi Wasalam bersabda,

[sc:BUKA ]فَإِنَّمَا هِيَ بَضْعَةٌ مِنِّي يُرِيبُنِي مَا أَرَابَهَا وَيُؤْذِينِي مَا آذَاهَا[sc:TUTUP ]

“Sesungguhnya dia (Fathimah) adalah bagian dari diriku, aku merasa senang dengan apa saja yang menyenangkannya dan aku merasa tersakiti atas semua yang menyakitinya.” (HR.al-Bukhari).

d. Allah marah karena marahnya Fathimah

Rasulullah Shalallahu “alaihi Wasalam pernah bersabda kepada Fathimah,

[sc:BUKA ]إِنَّ اللَّهَ يَغْضَبُ لِغَضَبِكِ وَيَرْضَى لِرَضَاكِ[sc:TUTUP ]

“Sesungguhnya Allah marah karena marahmu dan Allah ridha karena ridhamu.” (HR.ath-Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir)

e. Anak putri Rasulullah Shalallahu “alaihi Wasalam yang paling utama

Rasulullah Shalallahu “alaihi Wasalam bersabda,

[sc:BUKA ]هِيَ أَفْضَلُ بَنَاتِي أُصِيبَتْ فِيَّ[sc:TUTUP ]

“Dia (yakni: Fathimah) adalah putriku yang paling utama di antara yang lainnya, ia ikut merasakan penderitaanku.” (HR. al-Hakim di dalam al-Mustadrak)

f. Termasuk wanita penduduk Surga terbaik

Rasulullah Shalallahu “alaihi Wasalam bersabda,

[sc:BUKA ]أَفْضَلُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ: خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَآسِيَةُ بِنْتُ مُزَاحِمٍ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ[sc:TUTUP ]

“Wanita-wanita penghuni Surga terbaik, yaitu; Khadijah bintu Khuwailid, Fathimah bintu Muhammad Shalallahu “alaihi Wasalam, Maryam bintu ‘Imran, dan Asiyah bintu Muzahim Istri Fir’aun.” (HR. Ibnu Hibban dan lainnya).

Wafatnya Fathimah

Saat sakit Fathimah bertambah parah ia mengadukan ihwal fisiknya kepada Asma binti Umais (istri dari khalifah Abu Bakar Radhiyallahu anhu). Fathimah Radhiyallahu anha berkata, “Dapatkah engkau menutupiku dengan sesuatu?” Asma berkata, “Aku pernah melihat orang Habsyi membuat dipan untuk wanita, lalu diikatkan sebuah tandu ke kaki dipan tersebut. Aku menyuruh orang-orang membuatkan tandu untuk Fathimah sebelum dia wafat.” Fathimah meliriknya, lalu berkata, “Kalian telah menutupiku. Semoga Allah Ta”ala menutupi kalian.” Sebelum wafat, Fathimah berkata “Hai Ibu, curahkanlah air ke tubuhku dengan baik.” Asma lalu menuangkan air. Fathimah mandi dengan sebaik-baiknya. Dia berkata, “Bawakanlah pakaianku yang baru-baru.” Asma membawakannya, lalu dia mengenakannya. Fathimah berkata, “Hai ibu, sebentar lagi ruhku dicabut dan aku sudah mandi. Karenanya, tidak boleh ada seorang pun yang membuka kafanku.” (Tabaqat ibnu Sa’ad, VIII:27)

Wafatnya Fathimah, semoga Allah Ta”ala melimpahkan rahmat kepadanya, pada malam selasa tanggal 3 Ramadhan tahun 11 Hijrah dalam usia kurang lebih 29 tahun (al-Isti’aab, IV:1899). Wallahu a’lam. (Redaksi)

 

Sumber:

Rijalun wa Nisa’un Anzalallahu Fiihim Qur’aana, Dr. Abdurrahman Umairah.

Fadhail Fathimah az-Zahra, Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah, yang dikenal dengan “Ibnul Bayyi’ al-Hakim an Naisaburiy (wafat tahun: 405 H).

Dan sumber lainnya.