Kami meriwayatkan dalam kitab Ibn as-Sunni dari Anas radiyallahu ‘Anhu , dia berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا قَضَى صَلاَتَهُ، مَسَحَ جَبْهَتَهُ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ. اَللّهُمَّ أَذْهِبْ عَنِّي الْهَمَّ وَالْحَزَنَ.

“Apabila Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menyelesaikan shalatnya, beliau mengusap keningnya dengan tangan kanannya kemudian mengucapkan, ‘Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ya Allah, hapuskanlah duka dan kesedihan dariku’.” (Dhaif : Diriwayatkan oleh al-Bazzar, no. 2115 – Mukhtashar az-Zawa`id; ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, no. 2520 dan dalam ad-Du’a`, no. 659; Ibn as-Sunni, no. 112; Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 1/301: dari tiga jalan, dari Zaid al-Ammi, dari Muawiyah bin Surrah, dari Anas bin Malik dengan hadits tersebut.

Sanad ini sangat lemah sekali, Zaid al-Ammi dhaif. Pada jalan al-Bazzar terdapat al-Harits bin al-Khudr al-Athar, aku tidak menemukan biografinya dan pada dua jalan periwayatan yang lain terdapat rawi matruk. Ia datang dari jalan yang lain dalam ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, no. 3202 dan dalam ad-Du’a`, no. 658; Ibnu Adi 6/2085; al-Khatib dalam at-Tarikh 12/480: dari dua jalan, dari Katsir bin Sulaim, dari Anas dengan hadits tersebut. Katsir ini juga matruk. Jadi hadits ini sangat lemah sebagian jalannya tidak bisa menguatkan yang lain. Al-Asqalani berkata, “Sangat lemah.” Disetujui oleh al-Albani, tapi menurutku ia hanya dhaif saja).

Kami meriwayatkan dalam kitab Ibn as-Sunni dari Abu Umamah radiyallahu ‘Anhu, dia berkata,

مَا دَنَوْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي دُبُرِ مَكْتُوْبَةٍ وَلاَ تَطَوُّعٍ، إِلاَّ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ: اللّهُمَّ اغْفِرْلِي ذُنُوْبِيْ وَخَطَايَايَ كُلَّهَا. اللّهُمَّ أَنْعِشْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَاهْدِنِي لِصَالِحِ اْلأَعْمَالِ وَاْلأَخْلاَقِ، إِنَّهُ لاَ يَهْدِي لِصَالِحِهَا وَلاَ يَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ.

“Tidaklah aku mendekati Rasulullah a setiap selesai shalat fardhu atau nafilah, kecuali aku mendengarnya mengucapkan, ‘Ya Allah ampunilah semua dosa-dosa dan kesalahanku.Ya Allah, angkatlah derajatku dan cukupkanlah hidupku, bimbinglah aku kepada amal dan akhlak yang baik, karena tidak ada yang membimbing kepada yang baik dan memalingkan dari yang buruk kecuali Engkau’.” (Hasan : Diriwayatkan oleh Ibn as-Sunni dalam al-Yaum wa al-Lailah, no. 115; ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 8/200, no. 7811 dan 7893: dari jalan Ali bin Yazid al-Alhani (yang tercantum di cetakan Ibn as-Sunni adalah Ali bin Zaid bin Jud’an, ini jelas salah dari al-Qasim dari Abu Umamah dengan hadits tersebut.
Ini adalah sanad yang sangat dhaif sekali, al-Alhani adalah rawi dhaif yang hampir ditinggalkan (matruk). Al-qasim, yang ditakutkan darinya adalah riwayat-riwayatnya yang munkar meskipun secara umum dia adalah rawi yang jujur. Akan tetapi ath-Thabrani meriwayatkannya 8/251, no. 7982: dari jalan Urwah bin Dinar, dari az-Zubair bin Khuraiq, dari Abu Umamah dengan hadits tersebut. Ini adalah sanad dhaif, Urwah (Azrah) adalah majhul, az-Zubair adalah rawi lemah.

Ia mempunyai syahid dari hadits Abu Ayyub di ath-Thabrani dalam al-Mu’jam ash-Shaghir, no. 611, al-Mu’jam al-Ausath, no. 4439 dan al-Mu’jam al-Kabir 4/125, no. 3875; al-Hakim 3/463 dengan sanad lemah meskipun al-Haitsami menyatakannya jayid. Digabungkannya jalan yang terakhir dan syahid dalam al-Majma’ memberi kekuatan kepada hadits ini, kepada inilah al-Asqalani cenderung dan ia dihasankan oleh al-Albani).

Kami meriwayatkan dalam kitab Ibn as-Sunni dari Abu Sa’id al-Khudri radiyallahu ‘Anhu,

أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا فَرَغَ مِنْ صَلاَتِهِ -لاَ أَدْرِي قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ أَوْ بَعْدَ أَنْ يُسَلِّمَ-، يَقُوْلُ: سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ . وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ . وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Bahwa apabila Nabi selesai dari shalatnya -aku tidak tahu sebelum ataukah sesudah salam- beliau mengucapkan, ‘Mahasuci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam’.” (Ash-Shaffat: 180-182). (Dhaif Sekali : Diriwayatkan oleh ath-Thayalisi, no. 2198; Ibnu Abi Syaibah, no. 3097; Abu Ya’la, no. 1118; ath-Thab-rani dalam ad-Du’a`, no. 651; Ibn as-Sunni, no. 118: dari beberapa jalan, dari Abu Harun, dari Abu Sa’id dengan hadits tersebut.

Al-Asqalani dalam Amal al-Adzkar 3/59 – Futuhat berkata, “Persoalan hadits ini ada pada Abu Harun, namanya adalah Imarah bin Juwaih, ia sangat dhaif, mereka sepakat dia adalah dhaif bahkan sebagian mendustakannya.” Aku berkata, “Sanadnya parah, ia didhaifkan oleh Ibnu Katsir.” Al-Albani berkata, “Sangat dhaif.”). Bersambung…….!!!

Sumber : Ensiklopedia Dziikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Wandy Hazar S.Pd.I.