Allah mengajarkan kepada kita semua untuk berlindung kepada-Nya dari kejahatan pendengki. Firman Allah di dalam ayat terakhir surat al-Falaq, artinya, “Dan (aku berlindung) dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”. (QS. 113: 5)
Pendengki dapat berasal dari golongan jin dan dapat pula dari golongan manusia, sebab syetan selalu dengki terhadap orang-orang mukmin, dikare-nakan Allah memberikan keutamaan kepada mereka, sebagaimana iblis telah dengki terhadap Nabi Adam Alaihissalam.

Al-Imam Ibnu Qayyim menyebutkan sepuluh kiat untuk menangkal kejahatan pendengki sebagai berikut:

1. Berlindung Kepada Allah Dari Kejahatannya.

Yaitu dengan berta’awudz, mohon penjagaan dan hanya bersandar kepada-Nya, dan inilah esensi kandungan (al-Falaq) ini. Karena Allah itu Maha Mendengarkan do’a dan permohonan, serta Maha Mengetahui makhluk yang dimohonkan perlindungan darinya. Maha Mendengar yang dimaksudkan di sini bukan mendengar dalam arti yang umum, namun mendengar dalam makna mengabulkan (sam’ul ijabah).

2. Bertaqwa Kepada Allah

Yaitu selalu berusaha melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjadi pelindung dan pengurusnya. Dia tidak akan menyerahkan atau menguasakan kepada selain-Nya. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman,
“Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah menge-tahui segala apa yang mereka kerjakan” (QS. 3:120)
Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wa salam bersabda kepada Abdullah Ibnu Abbas, artinya,
“Jagalah Allah niscaya Dia akan men-jagamu, jagalah Allah niscaya Engkau dapati Dia di hadapanmu.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi)

3.Sabar Terhadap Musuh

Kesabaran merupakan penolong yang sangat kuat untuk menghadapi permusuhan dan kebencian orang yang dengki. Seorang pendengki akan tidak tahan dengan kesabaran orang yang dia musuhi, sebab semakin besar permusuhan dan kedengkian yang ia kobarkan, justru akan menjadikan dirinya semakin menderita dan merana. Ia ibarat orang yang melepaskan anak panah, namun tanpa ia sadari, bahwa yang menjadi sasaran adalah dirinya sendiri.

4. Bertawakal Kepada Allah

Barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Dia akan mencukupi-nya. Apabila Allah telah mencukupinya dan menjadi penjaganya, maka segala yang diinginkan oleh musuh tidak akan tercapai, dan ia tidak dapat memberikan madharat sedikit pun, kecuali hal-hal yang memang harus menimpa, seperti panas, dingin, lapar, haus dan yang semisalnya.
Berkata sebagian salaf, “Allah telah menjadikan bagian untuk masing-masing amal, dan untuk orang yang bertawakkal kepada Allah, bagiannya adalah Dia akan menjadi pelindung. Dia telah berfirman, “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. (QS. 65:3)

Allah tidak mengatakan, bahwa siapa yang bertawakkal kepadanya, maka akan mendapatkan pahala demikian, sebagaimana yang sering disebutkan dalam amal, akan tetapi lebih dari itu, Allah akan menjadi pencukup dan penjamin bagi orang yang bertawakkal kepada-Nya.

5. Jangan Menyibukkan dengan
Permusuhan si Pendengki.
Hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk menghapus dan menghilangkan bayangan orang yang hasad serta kejahatannya. Setiap kali muncul pikiran buruk, maka jangan dihiraukan dan jangan merasa takut dan khawatir kepadanya. Jangan sekali-kali hati terpenuhi oleh pikiran terhadapnya.

Ini merupakan salah satu obat atau terapi yang paling bermanfaat, serta merupakan sebab yang paling kuat untuk menolak kejahatan pendengki. Hal ini diibaratkan seseorang yang mengajak kita mengulurkan tangan untuk bermusuhan atau untuk disakiti, apabila kita tidak menyambut ulurannya, maka tidak akan tercapai keinginannya. Jika demikian, maka tinggallah orang yang dengki akan saling memakan di antara mereka, karena kedengkian ibarat api yang mencari kayu bakar, apabila tidak ada, maka api-api itu akan saling memakan satu dengan yang lainnya.

6. Ikhlas dan Menghadapkan Diri Kepada Allah.

Yaitu dengan menjadikan kecintaan dan keridhaan Allah sebagai pengganti rasa benci atau was-was dalam hati. Hal ini akan menghancurkan pengaruh kejahatan sedikit demi sedikit, sehingga akhirnya bila rasa cinta dan keikhlasan kepada Allah telah memenuhi hati, maka pengaruh jahat tersebut akan hilang tak tersisa sedikit pun. Karena ketika seseorang telah cinta dengan sepenuh hati kepada Allah, maka ia ingin selalu mendekat kepada-Nya, mencari ridha-Nya dan lisan akan selalu menyebut-nyebut-Nya.

Kalau seseorang sudah demikian cinta kepada Allah, maka bagaimana mungkin ia akan merelakan hati dan fikirannya sibuk dengan pendengki, bagaimana cara membalas dendam atau mecelakainya? Pikiran-pikiran negatif semacam ini hanyalah terdapat pada orang yang hatinya kosong atau kurang mengingat Allah dan mencintai-Nya, kurang meresapi keagungan Allah serta kurang ikhlas di dalam mencari keridhaan-Nya.

Allah Subhannahu wa Ta’ala telah meberitahukan kepada kita tentang permusuhan iblis. Si Iblis mengatakan, artinya,
“Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas di antara mereka”. (QS. 38: 82-83)
Kemudian Allah memberitahukan tentang hamba-hamba-Nya yang tidak akan dapat dikuasai syetan,
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat.” (QS. 15:42)
“Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasannya atas orang-orang yang ber-iman dan bertawakkal kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang- orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (QS. 16:99-100)

7. Taubat kepada Allah dari Segala Dosa.

Taubat sangat dibutuhkan, sebab terkadang kebencian seseorang kepada orang lain disebabkan adanya kesalahan atau pun kekhilafan yang mungkin saja tidak disadari.
Maka Allah pun telah mengingatkan kita dengan firman-Nya,
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesa-lahan-kesalahanmu).” (QS. 42:30)

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata, ‘Dari mana datangnya (kekalahan) ini’, Katakanlah, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. (QS 3:165)

Maka tidaklah musibah itu menimpa seseorang kecuali karena dosa, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Dan perbuatan dosa seorang hamba yang tidak ia ketahui sangat boleh jadi lebih banyak daripada yang ia ketahui, bahkan berlipat-lipat. Dan apa yang ia lupakan sudah pasti lebih banyak daripada yang ia ingat.
Oleh karena itu, Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam mengajarkan do’a yang sangat masyhur yaitu,
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahui, dan aku mohon ampunan kepada-Mu dari segala dosa yang tidak aku ketahui.”

Termasuk tanda-tanda keberuntungan seseorang ialah apabila ia mau kembali memikirkan keadaan dirinya, melihat ke dalam, berapa banyak dosa dan kekurangannya. Sehingga akhirnya ia akan terus sibuk memperbaiki diri dan bertaubat dari dosa dan kesalahan tersebut, tidak ada waktu lagi untuk memikirkan keburukan orang lain.

8. Bershadaqah dan Berbuat Baik Sekuat Tenaga

Kedermawanan dan pebuatan yang baik merupakan faktor yang sangat kuat untuk menolak kejahatan hipnotis atau hasad (dengki). Hal ini telah terbukti adanya baik dalam kehidupan orang- orang terdahulu maupun di masa ini. Hipnotis atau hasad hampir-hampir tidak pernah menimpa orang yang banyak bersedekah dan berbuat kebaikan. Kalau toh mereka tertimpa, maka ia mampu menghadapinya dengan penuh kelembutan dan ketabahan. Akhirnya ia pun mendapatkan kebaikan yang mengagumkan.

Seorang muhsin dan banyak derma, karena kebaikan dan kedermawanannya, ia mendapatkan perisai dari Allah, dan Allah menjadi penjaganya. Maka dengan kata lain, bahwa syukur dan perbuatan baik, merupakan penjaga kenikmatan yang paling kuat dari segala sesuatu yang akan melenyapkannya.

9. Memadamkan Api Kedengkian.

Yaitu dengan berbuat baik terhadap orang yang dengki dan membenci kita, menyampaikan nasihat dan menampakkan kasih sayang kepadanya. Ini merupakan sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan, dan sangat sulit bagi sese-orang untuk merealisasikannya, kecuali atas pertolongan Allah.
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan me-lainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar”. (QS. 41: 34-35)

Dan dalam ayat lainnya Allah Subhannahu wa Ta’ala juga berfirman, artinya,
“Mereka itu diberi pahala dua kali dise-babkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kabaikan, dan sebagian dari apa yang kami rizkikan kepada mereka, mereka nafkahkan” (QS. 28:54)

10. Memurnikan Tauhid Kepada Allah

Ini merupakan rangkuman atau kumpulan dari seluruh terapi di atas, karena inti dari keseluruhan yang tersebut di atas adalah tauhid yang murni kepada Allah Zat yang Maha Kuasa dan Mengatur segala sesuatu. Ia tahu persis, bahwa permusuhan dan gangguan orang ibarat angin yang bergerak sesuai kehendak Dzat yang menggerakkannya, Penciptanya dan Penguasanya. Ia tidak akan berbahaya atau memberi manfaat tanpa seizin-Nya. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman,
“Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya” (QS. 10:107)

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda kepada Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu ,
“Ketahuilah, bahwa meskipun sekelompok orang telah bersepakat untuk memberikan suatu manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan mampu memberikan kemanfaatan itu kecuali dengan sesuatu yag telah Allah tetapkan untukmu. Dan meskipun mereka bersepakat untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan dapat mencelakakanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu.” (HR. At-Tirmidzi, beliau mengatakan hadits hasan shahih)

Sumber: Kitab “Daf’usy-syarri Minal Hasadi was Sihri” Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.