Kaidah pertama, seluruh sifat-sifat Allah adalah sempurna tidak ada kekurangan sedikit pun dari sisi mana pun

Seperti al-Hayat, al-Ilmu, al-Qudrah, as-Sam’u, al-Bashar, ar-Rahmah, al-Izzah, al-Hikmah, al-Uluw dan lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh dalil sam’i, aqli dan fitri.

Dalil sam’i adalah firman Allah Ta’ala, “Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat mempunyai sifat yang buruk dan Allah mempunyai sifat yang Mahatinggi dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.â€‌ (An-Nahl: 60). Sifat yang Mahatinggi berarti sifat yang sempurna.

Dalil aqli, setiap yang ada pasti mempunyai sifat, bisa sifat baik lagi sempurna, bisa sifat buruk lagi kurang. Yang kedua ini adalah batil bagi Allah yang Mahasempurna yang berhak untuk disembah. Akal sehat pasti menolak jika Tuhan yang disembah memiliki sifat sifat rendah dan kurang. Dari sini Allah Ta’ala membatalkan penyembahan kepada selainNya dengan menyatakan bahwa tuhan-tuhan tersebut tidak layak dipertuhankan karena kekurangan dan kelemahannya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah tidak dapat membuat sesuatu apa pun sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup dan berhala-berhala tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan.â€‌ (An-Nahl: 20-21). Dia juga berfirman, “Berkata Ibrahim kepada bapaknya, â€کWahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?â€‌ (Maryam: 42). Ayat-ayat demikian berjumlah banyak di dalam al-Qur`an.

Di samping itu makhluk terbukti mempunyai sifat-sifat kesempurnaan pemberian dari Allah Ta’ala, maka pemberi kesempurnaan lebih patut untuk memilikinya sebab yang tidak memiliki tidak memberi.

Dari sisi fitrah, jiwa yang lurus telah difitrahkan untuk menyintai Allah, mengagungkan dan menyembahNya, adakah jiwa menyintai, menyembah dan mengagungkan kecuali bahwa Allah disifati dengan sifat-sifat kesempurnaan?

Apabila suatu sifat adalah kekurangan tidak ada kesempurnaannya maka ia mustahil bagi Allah Ta’ala seperti al-Maut, al-Jahl, an-Nisyan, al-Ajzu al-Ama (mati, bodoh, lupa, lemah dan buta) dan yang sepertinya.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati.â€‌ (Al-Furqan: 58).

Allah Ta’ala berfirman, “Dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi.â€‌ (Fathir: 44).

Allah Ta’ala berfirman, “Musa menjawab, â€کPengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.â€‌ (Thaha: 52).

Allah Ta’ala telah menghukum orang-orang yang menyifatiNya dengan kekurangan. Dia berfirman, “Orang-orang Yahudi berkata, â€کTangan Allah terbelenggu.’ Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka, Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki.â€‌ (Al-Maidah: 64).

Dia berfirman, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan, â€کSesunguhnya Allah miskin dan kami kaya.’ Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka), â€کRasakanlah olehmu azab yang membakar.” (Ali Imran: 181).

Allah Ta’ala telah menyucikan diriNya dari kekurangan-kekurangan yang dinisbatkan kepadaNya. Dia Ta’ala berfirman, “Mahasuci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.â€‌ (Ash-Shaffat: 180-182).

Dia juga berfirman, “Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) besertaNya, kalau ada tuhan besertaNya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.â€‌ (Al-Mukminun: 91).

Jika suatu sifat merupakan sifat kesempurnaan dalam satu keadaan dan sifat kekurangan dalam keadaan yang lain maka ia tidak boleh dinisbatkan kepada Allah secara mutlak, akan tetapi harus dirinci, ia boleh dinisbatkan kepada Allah ketika ia merupakan kesempurnaan dan tidak boleh dinisbatkan manakala ia merupakan kekurangan. Misalnya al-makru(makar), al-khida’(menipu) dan yang sepertinya. Sifat ini merupakan kesempurnaan jika ia dalam konteks membalas orang yang memperlakukannya demikian, karena dalam kondisi tersebut menunjukkan bahwa dia mampu membelas musuhnya dengan cara seperti perbuatannya atau bahkan lebih. Dari sini Allah tidak menyebutkan sifat-sifat ini secara mutlak, namun Dia menyebutkannya dalam rangka membalas orang-orang yang berbuat demikian kepadaNya atau kepada rasul-rasulNya.

Allah Ta’ala berfirman, “Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.â€‌ (Al-Anfal: 30).

Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya.â€‌ (Ath-Thariq: 15-16).

Lain halnya dengan khianat, karena ia adalah tipuan dalam konteks kepercayaan maka ia adalah sifat tercela secara mutlak, oleh karena itu Allah tidak menyatakan bahwa Dia mengkhianati siapa yang mengkhianatiNya. Allah Ta’ala berfirman, “Akan tetapi jika mereka (tawanan-tawanan itu) bermaksud hendak berkhianat kepadamu, maka sesungguhnya mereka telah berkhianat kepada Allah sebelum ini, lalu Allah menjadikan(mu) berkuasa terhadap mereka. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.â€‌ (Al-Anfal: 71).

Kaidah kedua, bab sifat lebih luas dari bab nama

Hal itu karena semua nama mengandung sifat, disamping itu di antara sifat-sifat Allah ada yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatanNya dan perbuatan-perbuatan Allah tidak ada batasnya seperti firman-firmanNya juga demikian.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.â€‌ (Luqman: 27).

Di antara sifat-sifat Allah adalah al-Maji` (datang), al-Imsak (menahan), an-Nuzul (turun) dan sebagainya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan Tuhanmu datang.â€‌ (Al-Fajr: 22). Allah Ta’ala berfirman, “Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi melainkan dengan izin-Nya?â€‌ (Al-Haj: 65). Dalam hadits, “Rabb kita turun ke langit terdekat.â€‌ (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Maka kita menyifati Allah dengan sifat-sifat ini sesuai dengan dalil yang ada tanpa menamakanNya dengannya, maka kita tidak mengatakan di antara nama Allah adalah al-Ja`i, al-Mumsik dan an-Nazil, walaupun kita menyifati Allah dengannya sesuai dengan keagungan dan kebesaranNya. Wallahu a’lam.

Dari al-Qawa’id al-Mutsla, Ibnu Utsaimin.