Anbasah al-Khawash berkata, “Suatu ketika Utbah al-Ghulam berkunjung ke rumahku, kemungkinan besar ia akan menginap. Benar, dia menginap. Kemudian pada waktu sahur aku mendengar dia menangis tersedu-sedu. Ketika pagi hari, aku bertanya, ‘Hatiku susah sejak aku mendengar tangisanmu, sebenarnya ada apa?’

Dia menjawab, ‘Wahai Anbasah, semalam aku membayangkan saat-saat amalanku dibeberkan di hadapan Allah.’ Tiba-tiba ia jatuh pingsan lalu aku memeluknya. Aku perhatikan matanya, ternyata kedua matanya terbalik, ia benar-benar pingsan, bahkan matanya memerah, kemudian tubuhnya lemas!

Aku memanggil namanya, “Utbah!” Ia menjawab dengan suara lirih, “Bayangan ditampakkannya amal di hadapan Allah telah memutus ikatan orang-orang yang saling menyayangi.”

Setelah itu ia mengeluarkan bunyi nafas dari tenggorokan seperti orang yang sedang sakaratul maut, lalu berkata, “Akankah Engkau menyiksa orang yang mencintaiMu sementara Engkau ya Allah Maha Hidup lagi Maha Mulia?”

Utbah mengucapkan kalimat itu berulang-ulang sehingga… Demi Allah… aku dibuat menangis karenanya. (Al-Hilyah, 6/235.)

Diposting oleh: Abu Thalhah Andri Abdul Halim, dinukil dari, “99 Kisah Orang Shalih”