Khutbah pertama

Amma ba’du :

Ibadallah ! Saya berwasiat kepada anda agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Karena takwa adalah bekal utama dalam menghadapi kesulitan dan kemakmuran. Takwa adalah tabungan untuk menghadapi suka dan duka. Takwa dapat melenyapkan kesedihan, menghilangkan keresahan, mendatangkan rizki, dan memudahkan urusan, dengan izin Allah Subhanahu Wata’ala.

وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ

Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. (QS. Ath-Thalaq :2-3)

وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا ذَلِكَ أَمْرُ اللهِ أَنزَلَهُ إِلَيْكُمْ وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu; dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya. (QS. Ath-Thalaq :4-5)

Ayyuhal Muslimun ! Salah satu tujuan besar yang hendak dicapai oleh syari’at Islam ialah membangun pribadi yang shahih dan membentuk masyarakat muslim yang ideal. Yakni sebuah masyarakat yang warganya disambung dengan jembatan cinta, kasih sayang dan kelembutan. Anak-anaknya dapat menjalin hubungan persaudaraan, kerjasama dan kesetiaan. Masyarakat yang penuh dengan cinta, kasih sayang, tolong-menolong, kerukunan, persahabatan dan kesentosaan. Masyarakat yang berdiri di atas dasar tolong-menolong dan saling mencintai. Masyarakat yang dibangun di atas dasar hubungan yang lembut dan saling menghargai. Maka tidak ada tempat bagi egoisme, ingin menang sendiri dan mementingkan diri sendiri. Hati para warganya dipenuhi dengan cinta pada saudaranya. Lidah mereka gemar menyebut kebaikan dan keutamaan saudaranya. Tidak suka mencemarkan nama baiknya, menyudutkannya, melukai hati dan merusak kehormatannya. Juga tidak menyimpan dendam dan tidak suka menyebarkan kebohongan. Mereka hidup saling mencintai di dalam bangunan yang menjulang, tubuh yang utuh, dan gedung yang kokoh. Mereka ibarat mata rantai yang kuat, untaian permata yang cemerlang, dan mutiara yang gemerlap dalam untaian indah yang tidak terpisahkan. Masyarakat Islam adalah benteng kokoh yang tidak bisa disusupi oleh unsur-unsur yang merusak dan meruntuhkannya.

Ikhwatal iman ! Islam meminta para pemeluknya yang mengemban misinya agar menjaga hak keimanan dan persaudaraan, serta mendamaikan orang-orang yang bersengketa. Islam juga meminta mereka agar menangkal segala macam kejahatan yang merusak dan penyakit-penyakit sosial yang ganas dan dapat menyerang bangunan masyarakat dari pondasinya, yang dapat mengubahnya menjadi masyarakat yang selalu bertikai, berpecah belah, saling mendendam dan saling memusuhi. Islam mengajak umatnya untuk menjaga perdamaian, keamanan dan stabilitas masyarakat untuk menghadapi hempasan badai dan hantaman ombak. Sehingga haluan kapal masyarakat tidak berubah dan tidak terjadi kerusakan di salah satu bagiannya. Karena jika hal ini terjadi maka kapal itu akan semakin jauh dari pulau keamanan dan pantai keselamatan.

Sebuah masyarakat akan senantiasa baik sepanjang warganya mengetahui hak dan kewajiban masing-masing terhadap warga lainnya, budi pekerti menguasai hubungan mereka, dan sepi dari sifat-sifat tercela dan prilaku yang rendah.

Saudara-saudara sekalian ! Salah satu sifat terpuji yang paling perlu dikembangkan di tengah masyarakat ialah berbaik sangka kepada sesama dan menyaring setiap kabar yang beredar. Islam mendidik umatnya bersikap seperti itu dalam rangka menjaga keutuhan masyarakat dan kebahagiaan hubungan antar warganya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat :6)

Hamzah dan Al-Kasa’i membaca :Fatastabbatu (periksalah kebenarannya).

Allah Juga berfirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمُُ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. (QS.Al-Hujurat :12)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Hindarilah perasangka ! karena sesungguhnya prasangka adalah cerita yang paling dusta.” (HR.Al-Bukhari, 6066 dan Muslim, 2563 )

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda :

“Seseorang sudah cukup berdusta manakala ia menceritakan semua yang ia dengar.” (HR.Muslim,5 )

Ahibbati Fillah ! Seorang Muslim yang sadar tidak akan mau menerima begitu saja kabar yang didengarnya tanpa menyaring dan meneliti. Karena boleh jadi orang yang membawa kabar itu adalah seorang pengadu domba yang ingin mengeruk keuntungan, menghindari keraguan, atau mencari kedudukan. Di alam tumbuhan ada yang disebut benalu atau parasit yang menempel pada batang tumbuhan yang sehat untuk menghambat pertumbuhannya. Di dunia manusia juga ada yang seperti itu. Yaitu orang-orang yang mendekati warga masyarakat untuk membakar api amarah di dalam dada dan membangkitkan kejahatan. Sehingga terjadilah perpecahan, perseteruan, permusuhan dan pertengkaran antar sesama muslim. Dan buruk sangka pun merajalela di antara mereka yang kemudian menghabisi rasa persahabatan dan sisa-sisa kejernihan.

Orang-orang semacam itu sangat berbahaya bagi umat dan mereka cukup banyak. Mudah-mudahan Allah tidak memperbanyak lagi jumlah mereka. Karena mereka telah banyak menciptakan kerenggangan di antara sesama umat Islam, juga banyak membuat orang-orang yang tidak bersalah menjadi kambing hitam, banyak mengobarkan api fitnah dan permusuhan di antara orang-orang yang saling mencintai dan berhati bersih. Inilah yang membuat umat Islam harus waspada terhadap mereka dan jangan sampai percaya pada ucapan mereka. Itulah prinsip Islam yang harus dipelihara untuk jaga diri dari para pengadu dan provokator. Di samping untuk mencegah aksi yang dilakukan oleh para penyebar isu, gosip, dan kabar-kabar yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Al-Bukhari di dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad meriwayatkan dari Asma’ binti Yazid Radiyallahu ‘anha bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“ Maukah kuberitahukan kepada kalian tentang orang-orang yang paling buruk di antara kalian. Yaitu orang-orang yang suka berjalan ke sana kemari untuk menyebar fitnah (mengadu domba), yang suka memisahkan orang-orang yang saling mencintai, yang suka mencari kekurangan pada orang-orang yang tidak berdosa.” (HR.Al-Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad, 323 dan Ahmad, 6/459 )

Sementara Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Sesungguhnya salah satu jenis riba yang paling keji ialah mencemarkan nama baik seorang muslim tanpa hak.” (Al-Musnad,1/190 dan Sunan Abi Daud, 4976 )

Dulu, Abdullah bin Ubay, dedengkot kaum munafik membuat kebohongan terbesar untuk mencemarkan nama baik wanita suci dan bersih dari dosa, Ummul Mukminin Aisyah Radiyallahu ‘Anha. Allah Subahanahu Wata’ala memberikan panduan mengenai apa yang harus dilakukan dalam situasi yang memalukan seperti itu dengan firmanNya :

لَّوْلآ إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُوْمِنَاتُ بِأَنفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَآ إِفْكٌ مُّبِينٌ

Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mu’minin dan mu’minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata:”Ini adalah suatu berita bohong yang nyata”. (QS. An-Nur :12)

Sampai firman Allah :

وَلَوْلآ إِذْسَمِعْتُمُوهُ قُلْتُم مَّايَكُونُ لَنَآ أَن نَّتَكَلَّمَ بِهَذَا سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ يَعِظُكُمُ اللهُ أَن تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu:”Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini.Maha Suci Engkau (Ya Rabb kami), ini adalah dusta yang besar”. Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman, (QS.An-Nur :17)

Ini adalah cara hidup yang baku yang harus diikuti ketika seorang muslim mendengar isu atau gosip. Sehingga kita tidak menyesal di kemudian hari karena telah bersikap buruk kepada sesama muslim dan mensyiarkan berita yang tidak sesuai dengan fakta yang ada padanya. Atau berdusta atas namanya dan menyebarluaskan ucapan yang tidak pernah diucapkannya dengan label “kata orang”. Ini ,merupakan salah satu bentuk upaya membuat kerusakan di muka bumi. Sedangkan Allah tidak menyukai orang-orang yang suka membuat kerusakan. Dan hal ini juga merupakan salah satu tindakan yang menyakiti orang-orang beriman dengan menyiarkan berita yang tidak sesuai dengan fakta yang ada padanya. Sedangkan Allah Subahanahu Wata’ala berfirman :

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَااكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS.Al-Ahzab :58)

Ma’syiral muslimin rahimahumullah ! Di Antara penyakit-penyakit sosial yang berbahaya ada suatu penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Ia merupakan prilaku yang tercela dan perangai yang tidak terpuji. Penyakit apakah itu ?

Penyakit itu bernama namimah (adu domba). Penyakit ini timbul akibat lemahnya iman, kotornya hati dan lidah yang tidak terkontrol dan terkendali. Namimah ialah membawa omongan dari seseoarang kepada orang lain untuk merusak hubungan mereka berdua.

Pelaku namimah (pengadu domba/ provokator) memiliki watak yang buruk, jiwa sosial yang jelek, cita-cita yang rendah, dan kurang menghargai adab-adab yang benar. Ia berlumuran kehinaan, kenistaan, kotoran dan kerendahan. Batinnya telah dirasuki rasa dendam. Maka ia tidak akan puas sebelum melakukan provokasi, melakukan perusakan dan menyakiti sesama. Betapa banyak orang yang dipisahkannya dari kekasihnya dan dijauhkan dari saudaranya. Betapa banyak tali persaudaraan yang dia putuskan, hubungan yang dia rusak, ikatan yang dia lepaskan, fitnah yang dihembuskannya, dendam yang dia kobarkan, rasa permusuhan yang dia timbulkan, suami istri yang diceraikannya, dan barisan yang dia bubarkan. Bahkan betapa banyak rumah tangga yang dia hancurkan, masyarakat yang dia binasakan, dan peradaban yang dia lenyapkan. Bahkan tidak jarang perang besar terjadi akibat perbuatan ini. Wal iyadzubillah !

Seorang provokator adalah organ tubuh yang beracun. Ia selalu menyebabkan putusnya hubungan dan merusak keharmonisan. Ia suka berbicara di balik layar. Ia bisa berubah-ubah warna seperti bunglon. Ia bisa menyemburkan racun seperti ular berbisa. Gaya hidupnya adalah membuat kerusakan dan kasak-kusuk. Kebiasaannya adalah berbicara kotor dan jorok. Prilakunya buruk dan sinis. Hobinya adalah memancing masalah dan memanas-manasi situasi. Kesenangannya menyebarkan isu dan provokasi. Ia tidak lega bila tidak mengada-ada dan mengaku-ngaku. Ia tidak bisa merasa tenang, hatinya tidak bisa tenteram sebelum berhasil merusak hubungan persahabatan dan persaudaraan. Dan betapa banyak kejahatan yang menimpa orang-orang yang terhormat dan mumpuni akibat laporan yang mengada-ada.

Oleh karena itu Islam memperingatkan hal tersebut agar diwaspadai dan tidak dilakukan. Allah Subahanahu Wata’ala berfirman :

وَيْلُُ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, (QS. Al-Humazh :1)

وَلاَتُطِعْ كُلَّ حَلاَّفٍ مَّهِينٍ هَمَّازٍ مَّشَّآءٍ بِنَمِيمٍ

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, (QS. Al-Qalam :10-11)

Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Tidak akan masuk Surga orang yang suka mengadu domba.” (Shahih Muslim, 105)

Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan:

“Tidak akan Masuk Surga orang yang suka menyebar fitnah.” (Shahih Bukhari, 6056)

Menurut An-Nawawi keduanya memiliki makna yang sama. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata : “Ada yang berpendapat bahwa perbedaannya ialah bahwa nammam adalah orang yang mengetahui kisah secara langsung, lalu menceritakannya kepada orang lain. Sedangkan fattat adalah orang yang mencuri dengar tanpa dia ketahui keberadaannya, lalu menceritakan apa yang dia dengar kepada orang lain.”

Menurut Adz-Dzahabi, ada ijma’ yang mengharamkan namimah. Dan ia menyebutkan bahwa namimah termasuk dosa besar. Di dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhuma berkata : “Rasulullah pernah melewati dua buah kuburan lalu bersabda :

“ Sesungguhnya mereka berdua benar-benar sedang disiksa, dan mereka tidak disiksa dalam perkara yang besar. Salah satu dari mereka dahulu tidak menutup diri dari air kencing. Sedangkan yang lain dahulu suka mengadu domba.” (Shahih Al-Bukhari,218 dan Shahih Muslim,292)

Ibnu Mas’ud Radiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Maukah kuberitahukan kepada kalian tentang apa itu kebohongan besar ? Yaitu namimah; banyak bicara di antara manusia.” (HR.Muslim,2606 )

Ibadallah ! Apakah setelah mengetahui ancaman keras yang menggetarkan persendian ini masih ada orang Islam yang rela menempuh jalur yang tercela ini, membuka rahasia, menyingkap tabir, mencari-cari kesalahan, menelusuri kekeliruan, dan membesar-besarkan kekurangan ?! Banyak kata yang mati seketika tanpa pernah beranjak dari tempatnya. Dan banyak pula kata yang berubah menjadi percikan api, lalu berkobar menjadi api yang besar dan melahap apa saja. Ada ungkapan yang mengatakan:”Seorang pengadu domba (Provokator) dalam tempo sekejap dapat merusak sesuatu yang tidak bisa dirusak oleh seorang penyihir dalam tempo setahun.”

Cara hidup yang diikuti oleh generasi sahabat ialah menutupi dan menasehati, bukan menyebarkan dan membuka kepada umat. Umar Radiyallahu ‘anhu pernah berkata : “Jangan pernah berburuk sangka terhadap kata-kata yang keluar dari mulut seorang muslim, sementara kamu dapat memahaminya dengan makna yang baik.”

Adalah jantan dan berani bila anda menghadapi saudara anda dengan apa adanya. Dan adalah pengecut, lancing, hina dan rendah bila anda menampilkan rasa simpati padanya dan berkata: “Kamu hebat! Kamu luar biasa !” tetapi di belakangnya anda berbalik 180 derajat; anda membeberkan aibnya, menjelek-jelekkannya dan berkata : “Dia begini ! Dia begini! Demi Allah, ini adalah prilaku orang-orang yang hina, rendah, nista dan tidak bermartabat. Dalam sebuah Hadits shahih Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Engkau akan menemukan manusia yang paling jahat adalah orang yang bermuka dua; yaitu orang yang datang kepada (di sini) mereka dengan satu wajah dan kepada (di sana) mereka dengan wajah yang lain.” (Shahih Al-Bukhari,3494 dan Shahih Muslim,2526)

Begitu juga dengan orang yang lidahnya bercabang dua; manis di depan anda, pahit di belakang anda.

Yang lebih mengherankan adalah orang yang mau menyerahkan akal sehatnya kepada para provokator. Ia mempercai apa saja yang mereka katakan tanpa penyaringan dan penyelidikan yang teliti.

Al-Ghazali Rahimahullah berkata: “Setiap orang yang didatangi seorang provokator dan diberitahu : “Si fulan bilang bahwa kamu begini dan begini. Atau dia berbuat begini dan begini terhadap hak-hakmu. Atau dia bersekongkol dengan musuhmu. Atau dia menjelek-jelekkan keadaanmu. Atau ucapan-ucapan lain yang senada, maka ia harus memegang teguh enam hal berikut ini:

1. Tidak mempercai ucapanya. Karena seorang provokator (pengadu domba) adalah orang fasik. Sedangkan orang fasik itu tidak bisa diterima kesaksiannya menurut nash Al-Qur’an.

2.Melarang si provokator melakukan aksinya, menasehatinya dan memberikan teguran kepadanya.

3. Membenci orang tersebut karena Allah. Karena orang semacam itu dibenci oleh Allah. Dan kita wajib membenci orang yang dibenci oleh Allah.

4. Tidak berburuk sangka kepada saudaranya yang jauh darinya. Karena Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Jauhilah kebanyakan perasangka (kecurigaan), karena sebagian dari perasangka itu dosa.” (Qs.Al-Hujurat:12)

5. Apa yang diceritakan itu tidak boleh mendorongnya untuk memata-matai dan mencari-cari kesalahannya. Karena Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa yang mencari-cari kekurangan saudaranya sesama muslim, Allah pasti akan mencari-cari kekurangannya. Dan barangsiapa yang dicari-cari kesalahannya oleh Allah, pasti kesalahannya akan diberikan di depan umum, kendati ada di dalam rumahnya.” (HR.Tirmidzi, 2032 )

6. Tidak meniru perbuatan si provokator dan tidak menceritakan provokasinya kepada orang lain.

Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah pernah didatangi seorang yang kemudian menyampaikan sesuatu tentang orang lain. Lalu Umar berkata : “Hai Bung! Kalau kami mau, kami bisa meneliti laporanmu. Lalu jika kamu berdusta, kamu akan termasuk golongan yang dimaksud di dalam ayat: “Jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka priksalah dengan teliti…” (QS. Al-Hujurat:6) jika kamu benar, kamu akan termasuk golongan yang dimaksud di dalam ayat: “Yang banyak mencela, yang ke sana ke mari menyebar fitnah.” (QS.Al-Qalam:11). Dan kalau kamu mau, kami bisa mengampunimu. Lalu kamu tidak boleh mengulangi perbuatanmu ?” Laki-laki itu langsung berkata: “Ampunilah aku, Ya Amirul Mukminin ! Aku tidak akan mengulanginya lagi.”

Wahai umat Islam ! Kita benar-benar perlu mengadu kepada Allah tentang maraknya kejadian ini di masyarakat muslim dewasa ini. Marilah kita bertakwa kepada Allah dan waspada terhadap prilaku yang tercela ini. Hendaknya para pejabat dan pihak-pihak yang berwenang senantiasa bertakwa kepada Allah. Karena golongan ini sangat laku di lingkungan mereka. Lalu kaum wanita sebaiknya juga bertakwa kepada Allah, karena peredaran namimah di tengah-tengah mereka sangat cepat. Kecuali orang-orang yang dirahmati Allah.

Bagi para konsultan, jurnalis dan pembuat kebijakan semoga lebih bertakwa kepada Allah. Sehingga mereka tidak membuat konspirasi untuk menjatuhkan orang-orang bersih yang tidak bersalah dan tidak berburuk sangka kepada umat Islam. Terutama kepada orang-orang shalih. Para muballigh dan para pelaku amar makruf dan nahi munkar.

Tidak ketinggalan, para penuntut ilmu harus selalu bertakwa kepada Allah. Sehingga perbedaan yang terjadi mengenai masalah-masalah yang harus dikaji tidak mendorong mereka untuk menyudutkan rekan-rekannya dan berburuk sangka kepada mereka.

Dan hendaknya orang-orang yang suka menjajakan dagangan yang merugikan ini bertakwa kepada Allah. Mereka menghentikan perilaku tercela dan perbuatan yang tidak terpuji. Hendaknya mereka segera bertaubat, sebelum mereka dikejutkan oleh maut yang tiba-tiba menjemput. Dan bila itu terjadi, penyesalan tidak berguna lagi.

Kita memohon kepada Allah agar berkenan memperbaiki hati dan perbuatan kita, menunjukkan kita ke jalan keselamatan dan melindungi kita dari kejahatan setiap pendengki dan pengadu domba. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik dzat yang dimintai. Dan Dialah dzat yang paling bisa diharapkan karuniaNya.

بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Kedua :

Amma ba’du :

Ibadallah ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Damaikanlah orang-orang yang berseteru. Dan taatlah kepada Allah dan RasulNya, jika anda adalah orang-orang yang beriman.

Ibadallah ! Kalau dicari unsur dan tujuan yang mendorong munculnya penyakit namimah yang sangat berbahaya ini, maka yang tampak jelas adalah lemahnya iman, buruknya pendidikan, salah pergaulan, kecenderungan hati untuk dendam, dengki, sombong dan angkuh. Di samping itu banyaknya waktu yang dimiliki oleh sebagian pelakunya. Faktor lainnya adalah keinginan untuk memuaskan pihak lain, hawa nafsu dan ketidaktahuan akan akibat dari penyakit yang akut ini.

Penyakit ini bisa diobati melalui penguatan iman, pendidikan yang bagus, pergaulan yang baik, pengisian waktu luang dengan ilmu yang bermanfaat, amal shalih, kebersihan hati, dan sibuk dengan sendiri sehingga tidak sempat mengurus aib orang lain.

Hendaknya orang-orang yang suka melakukan hal ini ingat akan masa depannya kelak di dalam kubur. Karena perbuatan ini termasuk salah satu penyebab datangnya siksa kubur dan penicu masuknya seseorang ke dalam api Neraka. Wal iyadzubillah ! Ia juga harus ingat nasibnya ketika kelak berdiri di hadapan Tuhan. Hendaknya ia menjaga lidahnya dan menyibukkannya dengan kebajikan, dzikir, dan bacaan-bacaan yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah melarang Sahabat-sahabatnya melaporkan ucapan atau perbuatan seseorang yang bisa menyakiti hati beliau. Abu Daud dan lain-lain meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :

“ Hendaknya tidak ada seorangpun yang menyampaikan sesuatu kepadaku tntang salah seorang Sahabatku. Karena sesungguhnya aku ingin menemui mereka dengan dada yang bersih.” (HR. Abu Daud, 4860 dan At-Tirmidzi,3896 )

Jadi, kita semua harus berusaha memperbaiki, memadukan dan mendekatkan, bukan menjauhi, memusuhi dan merusak. Abu Daud dan At-Tirmidzi meriwayatkan bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“ Maukah aku beritahukan kepadamu tentang sesuatu yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat dan sedekah ?” Mereka menjawab: “Ya tentu wahai Rasulullah.” Beliau lantas bersabda: “Mendamaikan orang-orang yang berseteru, karena rusaknya orang-orang yang berseteru adalah pencukur.” (HR. Abu Daud, 4919 dan At-Tirmidzi, 2509 )

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“ Itu adalah pencukur. Aku tidak mengatakan bahwa ia mencukur rambut, tetapi mencukur agama.” (HR. At-Tirmidzi,2510 )

Jangan sekali-kali berusaha menyenangkan hati setan yang sudah frustrasi untuk mengadu domba mereka. Marilah kita meniru Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang pernah dikomentari oleh beliau dengan sabdannya : “Seorang ahli Surga akan datang kepada kalian, sekarang juga.” Padahal orang itu tidak banyak melaksanakan puasa maupun shalat. Hanya, seperti yang disampaikannya kepada Abdullah bin Amr bin Ash Radiyallahu ‘anhu : “Hanya, aku pernah memendam niat untuk menipu seorang mulim. Dan aku tidak pernah merasa iri kepada siapa pun yang mendapatkan anugerah dari Allah.” Lalu Abdullah Radiyallahu ‘anhu berkata: “Inilah yang membuatmu sampai pada derajat itu.” Dan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang”. (QS.Al-Hasyr :10)

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

[Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi pertama, ElBA Al-Fitrah, Surabaya .Diposting oleh Yusuf Al-Lomboky]
.