Khutbah Pertama

Amma ba’du :

Ayyuhal muslimun rahimakumullah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Taatlah padaNya, rasakanlah pengawasanNya dan jangan durhaka kepadaNya. Segeralah bertaubat dan memohon ampun kepadaNya.

Ibadallah! Musibah terburuk yang menimpa jiwa manusia adalah kelalaian. Dan bencana terberat yang menimpa hati manusia adalah kekerasan. Sudah barang tentu penyakit-penyakit seperti ini mempunyai banyak perkara yang bisa menjadi pemicunya. Semuanya bermuara pada perbuatan dosa dan maksiat. Inilah tabir terbesar yang menghalangi seseorang dari Sang Kekasih. Dan tentu saja menghindari hal-hal yang bisa menjauhkan diri dari Sang Kekasih adalah wajib hukumnya. Karena pada dasarnya manusia itu lemah dan teledor, suka melakukan kesalahan, serta memiliki banyak musuh dari dalam dan dari luar yang selalu mendorong mereka untuk melampiaskan syahwat dan melakukan keburukan. Sehingga mereka selalu rentan terhadap ancaman bahaya. Maka Allah Yang Maha Mulia Lagi Maha Mengasihi dan Menyayangi hambaNya menyiapkan sebuah benteng yang kuat bagi mereka untuk melindungi dirinya dari perbuatan dosa dan menghindarkannya dari kesalahan. Benteng itu adalah taubat, istigfar dan inabah (kembali ke jalan yang benar).

Ayyuhal ikhwah al-muslimun! Kebiasaan orang-orang berbuat maksiat dan keasyikan mereka berbuat dosa adalah musibah besar yang sangat berbahaya bagi jiwa manusia, masyarakat, umat dan bangsa. Karena setiap bencana, malapetaka, musibah dan cobaan yang menimpa pribadi maupun kelompok dipicu oleh perbuatan dosa dan maksiat. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syuura :30)

Setiap muslim harus bersungguh-sungguh mulai memperbaiki dirinya dan mengubah arah hidupnya dan keluarganya, dari buruk menjadi baik, dari durhaka menjadi patuh, dari teledor dan lalai menjadi taubat dan taat. Ini jika kita menginginkan keadaan yang baik, kondisi yang stabil, dan situasi yang damai. Sedangkan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

إِنَّ اللهَ لاَيُغَيِّرُ مَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَابِأَنفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’du :11)

Bila manusia tidak mengetahui kapan ia akan didatangi ajal dan kapan ia akan dijemput maut, maka orang yang pintar dan bahagia ialah orang yang mendapatkan kemudahan untuk melaju di jalur taubat, istiqomah dan keshalihan. Sehingga ia akan memperoleh kebaikan, keberuntungan dan kesuksesan di dunia dan Akhirat.

Saudara-saudara seiman dan seakidah ! Sesungguhnya kebutuhan manusia terhadap taubat merupakan kebutuhan yang mendesak dalam semua periode hidupnya. Karena taubat adalah jalan keselamatan dan sarana untuk mendapatkan keberuntungan. Sebab, Allah Subhanahu Wata’ala mengaitkan keberuntungan dengan adanya taubat. Allah memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk bertaubat seraya menjelaskan hasil akibatnya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nuur :31)

Allah Subhanahu Wata’ala mengancam orang-orang yang enggan bertaubat sebagai orang-orang zhalim. Karena mereka tidak mengetahui hal tuhannya, buta terhadap aibnya sendiri dan tidak menyadari kerusakan amalnya. Allah berfirman:

وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Hujurat :11)

Ayyuhal mukminun! Allah Subhanahu Wata’ala memanggil anda semua dengan panggilan iman agar anda kembali ke pangkuan taubat dan bernaung di bawah pohon taat kepada Allah, jauh dari kesialan dosa dan maksiat. Juga supaya kesalahan-kesalahan anda dihapus dan anda dapat masuk ke dalam surga.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (QS. At-Tahrim :8)

Sebagaimana anda perhatikan, sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala mensyaratkan taubat yang bisa mengantarkan seseorang ke dalam Surga adalah taubat yang nasuha. Marilah kita simak penjelasan para ulama tentang pengertian taubat yang nasuhaa.

Umar bin Khattab Radiyallahu ‘anhu dan Ubay bin Ka’ab mengatakan, “ Taubat nasuhaa yaitu bertaubat dari perbuatan dosa kemudian tidak kembali lagi sebagaimana air susu yang tidak pernah kembali ke dalam payudara.”

Hasan Al-Bashri Rahimahullah berkata, “Taubat nasuhaa ialah seseorang menyesali dosa yang telah lalu dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.”

Al-Kalbi berkata, “Taubat nasuhaa ialah engkau memohon ampun dengan lisan, menyesal dengan hati, dan menahan diri dengan badan.”

Muhammad bin Ka’ab berkata: “Taubat nasuhaa meliputi empat hal: istighfar (memohon ampun) dengan lisan, berhenti dengan badan, berniat untuk tidak mengulangi dengan hati, dan menjauhi pergaulan yang buruk.

Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya At-Tahrim menyatakan, “Maksudnya adalah taubat yang sungguh-sungguh dan mantap. Taubat semacam ini dapat menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya, menghimpun apa yang tercerai-berai pada diri yang bersangkutan, dan mencegahnya dari perbuatan-perbuatan tercela yang pernah dikerjakannya.”

Al-Allamah Ibnul Qoyyim Rahimahullah berkata: “Taubat nasuhaa meliputi tiga hal:

Pertama: Mencakup segala macam dosa.
Kedua: Bertekad dan bersungguh-sungguh untuk meninggalkannya.
Ketiga: Membersihkan dari hal-hal yang bisa merusak kemurniannya

Dengan demikian, anda memiliki gambaran yang jelas tentang syarat-syarat taubat. Ternyata taubat itu memiliki nilai yang agung. Taubat bukan sekedar ucapan kosong atau kata-kata biasa yang keluar dari mulut tanpa pemahaman dan pembuktian makna yang dikandungnya. Taubat harus disertai dengan melengkapi syarat-syaratnya dan meniadakan hal-hal yang bisa menghalangi keabsahannya.

Ayyuhal ikhwah fillah! Taubat wajib dilaksanakan secara langsung dan segera. Karena dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah menunjukkan hal itu. Karena dosa dapat membinasakan dan menjauhkan pelakunya dari Allah, maka wajib dijauhi dan ditinggalkan. Baik dosa-dosa yang berkaitan dengan hak-hak Allah maupun hak-hak sesama manusia. Jika seseorang melalaikan ibadah, ia harus mengqadha’nya, jika ia mengambil hak milik orang lain secara zhalim, ia harus mengembalikannya. Jika ia menggunjing saudaranya, ia harus meminta kehalalannya (meminta maaf). Jika ia merampas harta benda atau hak milik orang lain secara batil, ia harus mengembalikannya kepada pemiliknya. Karena Al-Bukhari di dalam kitab Shahihnya meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, artinya:

Barangsiapa yang menguasai hak milik saudaranya secara zhalim, baik berupa harta maupun kehormatan, hendaklah ia mendatanginya lalu meminta kehalalannya, sebelum hak milik itu diambil darinya pada saat tidak ada lagi dinar dan dirham. Jika ia memiliki kebajikan maka sebagian dari kebajikannya diambil untuk diberikan kepada sahabatnya (pemilik hak itu). Dan jika tidak maka sebagian dari keburukan sahabatnya (pemilik hak itu) diambil, lalu dilimpahkan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari, 2449, 6534, dan Ath- Thabrani dalam Musnad Asy-Syamiyyin, 1326 )

Ikhwatal Islam! Allah Subhanahu Wata’ala telah bermurah hati kepada hamba-hambaNya dengan membuka pintu taubat seluas-luasnya, seberat apa pun kesalahannya dan sebesar apapun kekeliruannya. Kendati mereka telah melakukan dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, sesungguhnya tidak ada yang lebih besar dari pada kufur kepada Allah. Namun demikian Allah Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Menerima taubat. Allah berfirman:

قُلْ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا إِن يَنتَهُوا يُغْفَرْ لَهُم مَّاقَدْ سَلَفَ

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu :”Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu. (QS. Al-Anfal :38)

Setelah memaparkan hukuman bagi sejumlah pelaku dosa besar, seperti menyekutukan Allah (syirik), membunuh dan berzina, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

إِلاَّ مَنْ تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Furqan :70)

Allah telah menawarkan taubat kepada para penganut trinitas yang mendustakan para Rasul dan berkata:

إِنَّ اللهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ

“Sesungguhnya Allah adalah orang ketiga dari tiga serangkai “, (QS. Al-Ma’idah :73)

Kendati mereka berkata begitu, Allah tetap mengajak mereka bertaubat. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

أَفَلاَ يَتُوبُونَ إِلَى اللهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ

Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ma’idah :74)

Betapa luasnya kesabaran Allah terhadap hamba-hambaNya. Dan betapa besar anugerah dan karuniaNya. Hal itu didukung oleh firman Allah Subhanahu Wata’ala:

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى

Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar. (QS.Thaha :82)

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ أُوْلاَئِكَ جَزَآؤُهُم مَّغْفِرَةُُ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّاتُُ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah – Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Rabb mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (QS. Ali Imran :135-136)

وَمَن يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ يَجِدِ اللهَ غَفُورًا رَّحِيمًا

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa’ :110)

Sungguh enak anda sekalian, orang-orang beriman! Sungguh senang anda sekalian, orang-orang yang mau bertaubat! Anda berbuat baik, lalu anda diberi ganjaran. Anda berbuat buruk kemudian anda memohon ampun, lalu Allah mengampuni anda. Anda berbuat dosa kemudian anda bertaubat, lalu Allah menerima taubat anda. Dan Allah selalu membuka pintuNya lebar-lebar untuk anda sepanjang siang dan malam. Dalam sebuah hadits Shahih disebutkan bahwasanya Allah membuka tanganNya di malam hari agar orang yang berbuat dosa di siang hari mau bertaubat. Dan Allah membuka tanganNya di siang hari agar orang yang berbuat dosa di malam hari mau bertaubat. Keadaan begini terus berlangsung sampai matahari terbit dari barat. Dan tatkala Allah Subhanahu Wata’ala turun ke langit dunia (terdekat), ketika malam menyisakan sepertiganya yang terakhir setiap malam, dia selalu mengajak hamba-hambaNya ke ladang kemurahanNya, dan lapangan anugerah dan rahmatNya. Lalu Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

“Adakah orang yang memohon ampun, maka Aku akan mengampuninya ? Adakah orang yang bertaubat, maka Aku akan menerima taubatnya ?” (HR. Ahmad, 2/433, Al-Bukhari, 1145 dan Muslim, 758 )

Ibadallah! Bagaimanakah kira-kira kegembiraan hati orang yang kehilangan untanya di tengah padang pasir yang gersang ? Ia kehilangan untanya di tengah gurun yang berbahaya. Unta itu tiba-tiba melarikan diri darinya. Padahal unta itu membawa makanan dan minumannya. Setelah ia bersusah payah mencarinya hingga merasa putus asa, rasa lapar, haus dan lelah serasa mencekik lehernya hingga nyaris meregang nyawa. Namun, tiba-tiba unta itu berdiri di dekatnya. Bayangkan betapa gembiranya dia saat bertemu dengan untanya! Nah, kegembiraan Allah Subhanahu Wata’ala saat melihat hambaNya bertaubat lebih besar dari pada kegembiraan orang tersebut saat bertemu dengan untanya. Demikian menurut riwayat yang tercatat pada Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Anas Radiyallahu ‘anhu.

Wahai umat Islam! Sebesar apapun dosa yang dilakukan manusia, sesungguhnya ampunan Allah jauh lebih besar. Maka barangsiapa menyangka bahwa ampunan dan rahmat Allah tidak akan mencukupi dosa-dosanya, berarti ia telah berperasangka buruk kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Dikisahkan bahwa seorang laki-laki Bani Israil telah membunuh 99 orang kemudian menggenapkannya menjadi 100 orang setelah membunuh seorang ahli ibadah. Namun tatkala ia bertaubat dengan sungguh-sungguh, Allah berkenan menerima taubatnya dan menyelimutinya dengan rahmatNya. Kisah ini tercatat di dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Hadits riwayat Abu Said Radiyallahu ‘anhu.

Namun bukan berarti manusia boleh mengandalkan nash-nash yang berisi janji-janji Allah, sehingga menonjolkan sisi raja’ (harapan) dan bersandar pada luasnya ampunan Allah, dengan alasan bahwa Allah Maha Mengampuni dosa. Kemudian mereka berbuat maksiat sesuka hati, melupakan hukuman dan terbuai dengan panjang angan-angan. Ini jelas-jelas rasa aman dari siksa Allah. Na’udzu billahi min dzalik !

Yang harus dilakukan adalah segera bertaubat dan tidak menunda-nunda. Karena menunda-nunda taubat adalah perbuatan dosa yang memerlukan taubat. Bagaimana tidak, seorang muslim harus punya rasa khawatir kalau-kalau dirinya terhalang dari taubat tanpa terasa. Sehingga ia kehilangan kesempatan untuk bertaubat lalu menyesali perbuatannya ketika penyesalan tidak lagi berguna. Allah telah memperingatkan hal itu dalam firmanNya:

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُوْلاَئِكَ يَتُوبُ اللهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْئَانَ وَلاَالَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلاَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan:”Sesungguhnya saya bertaubat sekarang” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (QS. An-Nisa’ :17-18)

Ibadallah! Sampai kapankah kelalaian ini ?

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah. (QS. Al-Hadid :16)

Wahai orang-orang yang suka meninggalkan apa yang diwajibkan oleh Allah, seperti shalat, zakat dan bersilaturrahim! Wahai orang-orang yang suka melakukan apa yang diharamkan oleh Allah, seperti syirik, meninggalkan shalat, menumpahkan darah, merusak kehormatan, meminum minuman keras, mamakai narkoba, tak menjaga tali silaturrahim, durhaka kepada orang tua, dan asyik bermain dan bercanda. Segeralah bertaubat sebelum anda terkubur di dalam tanah dan terseret malapetaka. Dan ketika itulah anda menjadi bangkai yang hancur lebur. Karena pada saat itu tidak ada sesuatu yang bermanfaat bagi anda selain taubat yang nasuhaa dan sungguh-sungguh.

قُلْ يَاعِبَادِي الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لاَتَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ. وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لاَتُنصَرُونَ. وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَآأُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لاَتَشْعُرُونَ. أَن تَقُولَ نَفْسٌ يَاحَسْرَتَى عَلَى مَافَرَّطتُ فِي جَنْبِ اللهِ وَإِن كُنتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ

Katakanlah:”Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabbmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, supaya jangan ada orang yang mengatakan:”Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah). (QS. Az-Zumar :53-56)

Ya Allah, anugerahilah kami taubat yang nasuhaa, lindungilah kami dari kelalaian, dan peliharalah kami dari perbuatan dosa dan maksiat.

بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Kedua

Amma ba’du :

Ibadallah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Mohon ampunlah kepada Tuhan, bertaubatlah kepadaNya, dan hindarilah dosa-dosa kecil. Karena dosa-dosa kecil dapat mengantarkan pelakunya kepada dosa-dosa besar. Dan jangan sekali-kali meremehkan dosa-dosa kecil. Karena mereka akan terus bertumpuk sampai berhasil membinasakan pelakunya. Sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Sang Manusia pilihan.

Ibadallah! Jadikanlah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai qudwah hasanah (Suri tauladan yang baik). Beliau yang sudah diampuni dosanya yang lalu maupun yang kemudian adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling dicintai oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Namun demikian Sahabat-Sahabatnya pernah menghitung bahwa beliau membaca istighfar tidak kurang dari seratus kali dalam satu majelis. Beliau membaca : artinya

“Ya Yuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayan.” (HR. Ath-Thyalisi, 2050, Ahmad, 2/21 Abu Daud, 1516, dan At-Tirmidzi, 3434 )

Dalam sebuah Hadits shahih disebutkan bahwa Nabi bersabda: artinya,

“ Demi Allah, sesugguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya dalam sehari lebih dari 70x.” (Shahih Al-Bukhari, 6307)

Allahu akbar! Bila ketakutan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam demikian besarnya, mengapa kita yang bergemilang dosa dan kesalahan ini tidak takut kepada Allah ?

Ibadallah! Marilah kita bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala! Marilah kita buka lembaran baru di dalam hidup kita! Marilah kita berjanji kepada diri kita sendiri! Dan kita semua yang ada di tempat suci ini, marilah kita bertaubat kepada Allah dari segala perbuatan dosa dan maksiat.

Wahai umat Islam! Jika saat ini kita semua sedang menyongsong masa depan yang gemilang, (seperti datangnya bulan suci Ramadhan, Dzul Hijjah, Muharram dan seterusnya) maka taubat dari hak-hak Allah maupun hak-hak sesama yang kita bicarakan di sini adalah cara yang tepat untuk menyambut kedatangan bulan-bulan yang mulia ini. Sementara banyak orang Islam yang tidak tahu cara menyambut bulan suci ini secara kejiwaan dan ruhaniyah. Mereka lebih suka menyambutnya dengan hal-hal yang rame-rame dan kebendaan. Itulah yang diterjemahkan oleh keadaan orang-orang sekarang ini. Mereka berbondong-bondong ke pasar untuk menyongsong bulan suci Ramadhan, Dzul Hijjah, Muharram dan seterusnya.

Wahai umat Islam! Siapa yang ingin menuai sukses dalam menjalankan ibadah seperti : puasa, shalat malam (Tarawih) dan seterusnya harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh. Yaitu dengan cara bertaubat, memperbanyak istighfar, dan mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga ia dapat memperoleh ampunan, rahmat, kemerdekaan dari Neraka pada siang dan malam di bulan suci Ramadhan, Dzul Hijjah. Kini, lihatlah apa yang telah anda siapkan ?!

اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Dikutip dari buku : [Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi pertama, ElBA Al-Fitrah, Surabaya .Diposting oleh Yusuf Al-Lomboky]