Ath-thayyibat adalah wanita baik-baik, mulia, terhormat karena memiliki sifat qanitah, patuh kepada Tuhannya dan kepada suaminya, hafizhah, menjaga diri dari perkara-perkara yang tabu dan saru menurut timbangan agama, hal itu dengan menjauhi dan menghindarinya, termasuk sarana dan pengantar kepadanya berupa sikap, tindakan dan perkataan.

Di zaman di mana keluhuran akhlak dan kehormatan diri semakin menipis, kecenderungan dan kecondongan kepada kenikmatan sesaat semakin menguat, wanita thayyibat dengan akhlak mulia ini di samping terasa berat karena tantangannya yang sedemikian deras, ia juga tergolong barang langka yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang sadar terhadap kemulian dirinya sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah dalam bentuk terbaik.

Dalam koridor kehidupan suami istri, wanita thayyibah ini mutlak diperlukan, dengannya biduk rumah tangga akan mengarungi laut kehidupan dengan baik, dengannya ikatan suami istri terjalin dengan kokoh, dengannya bangunan rumah tangga tegak berdiri, dengannya iklim kehidupan pernikahan menjadi bersih.

Tanpanya ikatan kepercayaan suami istri luntur berganti dengan perasaan dikhianati, tanpanya suami menjadi jijik kepada istri karena istri telah dijilat anjing, tanpanya istri menjadi jijik kepada suaminya karena dia ibarat anjing yang telah menjilat dan mengais makanan di tempat sampah yang kotor, selanjutnya adalah hancur dan runtuhnya kehidupan pernikahan yang sebelumnya diharapkan bisa mencipta taman kebahagian dan kebun surga dunia, gara-gara hilangnya akhlak afaf ini ia berbalik menjadi kubangan kesengasaran dan jurang neraka dunia.

1- Wanita thayyibah menjaga keutuhan rumah tangga

Karena sebaliknya, wanita khabitsah adalah penghancur rumah tangganya sendiri dengan tangannya, lha siapa sudi hidup dengannya, jangankan laki-laki tahyyib, laki-laki fasik yang dayyuts pun jarang ada yang mau sama dia.

2- Wanita thayyibah berjodoh dengan laki-laki thayyib

Yang baik berjodoh dengan yang baik, yang buruk berjodoh dengan yang buruk. Orang baik berkawan dengan orang baik, orang buruk berkawan dengan orang buruk. Lembu berkawan dengan lembu. Adakah pembaca menemukan lembu berkawan dengan unta? Ini sudah menjadi sunnatullah dalam hidup ini. Manakala Anda ingin orang-orang yang ada di sekitar Anda baik, khususnya jodoh Anda dan anak-anak Anda maka Anda wajib memperbaiki diri, omong kosong kalau Anda akan menemukan orang-orang baik sementara Anda sendiri bejat alias rusak. Perhatikanlah dua ayat berikut bagaimana Allah Ta’ala memasangkan wanita-wanita pezina dengan laki-laki sejenisnya, sebaliknya Allah memasangkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki semodelnya, niscaya Anda akan memahami apa yang penulis goreskan di atas.

Firman Allah Ta’ala, “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina atau perempuan yang musyrik dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.” (An-Nuur: 3).

Firman Allah Ta’ala, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (An-Nur: 26).

Jadi jika Anda wahai suami atau istri ingin pasangan Anda bersih, keluarga Anda terjaga maka bersihkanlah dan jagalah diri Anda. Bentuklah diri menjadi seorang suami muslim yang tahyyib atau istri muslimah yang thayyibah, jauh dari hal-hal yang mengotori dan menodainya.

3- Mukmin penghuni surga adalah yang thayyib, atau mukminah yang thayyibah

Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta’ala, “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (Al-Mukminun: 5-7) Sampai kepada firmanNya, “Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (Al-Mukminun: 10-11).

Firman Allah Ta’ala, “Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (Al-Ma’arij: 29-31).

Dari Sahal bin Saad dari Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menjamin untukku apa yang ada di antara kedua jenggotnya dan kedua kakinya maka aku menjamin surga untuknya.” (HR. al-Bukhari).

Apa kaitan thayyib dan thayyibah ini dengan hubungan suami istri? Begini, sebagai muslim Anda tentu berharap surga, lebih dari itu Anda juga berharap bisa kumpul dan bertemu dengan keluarga di sana bukan? Jangan khawatir kawan, Allah menjamin hal itu dalam firmanNya, “Dan orang-orang yang beriman dengan anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.” (Ath-Thur: 21). Namun satu hal yang perlu Anda renungkan, seandainya Anda bukan suami atau istri yang thayyib atau thayyibah, padahal ia adalah salah satu kunci surga, maka bagaimana Anda berharap bisa berkumpul dengan pasangan dan keluarga Anda di sana? Anda telah kehilangan salah satu kuncinya yang karenanya tidak tertutup kemungkinan Anda harus menebusnya terlebih dulu di neraka. Anda ‘enak-enakan’ di neraka sementara orang yang Anda harapkan bisa berkumpul dengannya telah mendahului ke surga, atau menemani Anda juga untuk ‘enak-enakan’ di neraka? Ini tentu bukan harapan Anda.

4- Sifat thayyib salah satu kunci terangkatnya kesulitan

Penulis yakin karena penulis mengalaminya sendiri bahwa kehidupan rumah tangga tidak terlepas dari kesulitan dan rintangan, rumah tangga siapa pun pasti mengalaminya, banyak cara untuk mengangkat dan menaggulangi kesulitan ini. Anda mungkin sudah mengetahui sebagian darinya, namun tahukah Anda bahwa salah satu kunci mengatasi kesulitan dan terangkatnya kesempitan dalam kehidupan adalah dengan menjadikan diri sebagai suami yang thayyib atau istri yang thayyibah.

Bukti terkuat adalah kisah yang disampaikan oleh Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam tentang tiga orang yang terjebak di dalam gua oleh sebongkah batu besar yang menyumbat mulutnya, maka sebagian berkata kepada yang lain, “Lihatlah kepada amal-amal shalih yang kalian lakukan dengan ikhlas karena Allah Ta’ala, berdoalah dengannya semoga Allah mengangkat kesulitan ini dari kalian.” Singkat hadits, maka orang kedua berkata, “Ya Allah, aku mempunyai seorang sepupu, aku sangat menyintainya seperti seorang laki-laki menyintai wanita, aku meminta dirinya (maksudnya mengajaknya berbuat tidak baik), tetapi dia menolak sampai aku bisa memberinya seratus dinar. Aku bekerja keras sehingga aku berhasil mengumpulkan seratus dinar. Aku menyerahkan kepadanya. Manakala aku telah duduk di antara kedua kakinya, dia berkata, ‘Wahai hamba Allah, bertakwalah kepada Allah jangan membuka cincin kecuali dengan haknya’. Maka aku meninggalkannya. Maka jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu karena mencari wajah-Mu maka bukalah pintu gua sedikit.”

Lihatlah bagaimana Allah menggeser batu yang menutup pintu gua sehingga mereka bisa keluar dari dalam gua berkat doa mereka yang mana salah seorang dari mereka mempunyai sebuah kebaikan yaitu menjadi laki-laki thayyib dengan menjaga diri dari yang haram, padahal semuanya sudah tersedia di depan mata, tinggal menyantapnya, namun karena yang bersangkutan adalah laki-laki thayyib, takut kepada Allah maka dia meninggalkannya. Memang benar, doanya bukan satu-satunya namun tanpanya doa dua orang yang lain juga belum mampu membuka mulut gua yang tersumbat batu.

Terangkatnya kesulitan berkat sifat thayyib ini tidak terbatas di dunia semata, ia juga berlaku di akhirat. Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam telah menyatakan bahwa salah satu dari tujuh golongan yang mendapatkan perlindungan dari Allah di Hari Kiamat dengan lindungan arasNya adalah seorang laki-laki yang diajak oleh seorang wanita yang cantik dan berpangkat, lalu dia menjawab, “Sesungguhnya aku takut kepada Allah.” Mudah-mudahan Allah melindungi kaum muslimin dan keluarga mereka sehingga mereka senantiasa terjaga dan selanjutnya tercipta masyarakat muslim yang luhur dan berakhlak mulia, menjadi kaum laki-laki yang tahyyibin dan kaum wanita yang thayyibat, sehingga ath-thayyibat lit thayyibin wat thayyibun lit thayyibat. Wallahu a’lam.