قَالَ اللهُ تَعَالى: وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلىَ بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرُُلَّكُمْ عِندَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ {54} وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ {55} ثُمَّ بَعَثْنَاكُم مِّن بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ {56} وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ {57}

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:”Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sesembahanmu), maka bertaubatlah kepada Rabb yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Rabb yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang [54], Dan (ingatlah), ketika kamu berkata:”Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang”, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya [55], Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur [56], Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri [57]”. (Q,.s.al-Baqarah/02: 54-57)

Tafsir Ayat

Korelasi Ayat

Manakala Allah Ta’ala mengingatkan kepada orang-orang Yahudi akan nikmat-nikmat yang dianugerahkan kepada para pendahulu mereka dan meminta mereka agar mensyukurinya sehingga dengan itu mereka beriman kepada Rasul-Nya, maka disini, Dia Ta’ala mengingatkan kepada mereka sebagian dosa-dosa yang dilakukan oleh para pendahulu mereka tersebut agar menjadi pelajaran sehingga mereka dapat beriman karenanya.

Makna Ayat Secara Global

Dalam ayat diatas, Allah mengingatkan kepada orang-orang Yahudi tentang peristiwa dimana ketika itu mereka menjadikan anak lembu buatan sebagai Tuhan yang disembah. Hal ini dilakukan setelah mereka diselamatkan dari kejaran bala tentara Fir’aun sedangkan Nabi Musa tengah bermunajat kepada Allah Ta’ala. Yang tinggal bersama mereka hanya Harun yang diminta oleh Musa untuk menjadi penggantinya selama kepergiannya.

Ketika itulah, as-Samiry menciptakan anak lembu yang terbuat dari bahan emas, lalu berkata kepada mereka: “Inilah Tuhan kalian dan Tuhan Musa, sembahlah ia”. Maka, sebagian mereka mau mena’ati ucapannya dan menyembah anak lembu buatan tersebut. Maka, merekapun telah murtad dari dien Nabi Musa.

Lalu Allah menjadikan taubat mereka dari perbuatan murtad tersebut dengan cara saling membunuh, yaitu orang yang belum menyembah anak lembu buatan tersebut harus membunuh orang-orang yang telah menyembahnya sehingga terbunuhlah sebanyak 70.000 orang. Itulah bentuk taubat mereka dan Allah telah menerimanya karena Dia Maha Penerima taubat dan Maha Pengasih.

Allah Ta’ala juga mengingatkan kepada mereka tentang peristiwa lainnya, yaitu bahwa manakala mereka menyembah anak lembu buatan tersebut yang dikategorikan sebagai perbuatan murtad; maka, sesuai dengan perintah Allah, Musa memilih 70 orang laki-laki pilihan dari mereka yang belum terlibat dalam dosa penyembahan tersebut. Musa membawa mereka ke Jabal ath-Thûr (Bukit Thûr) agar mereka memohon ampunan kepada Allah atas perbuatan saudara-saudara mereka yang telah menyembah anak lembu buatan tersebut. Namun, tatkala sampai disana, mereka berkata kepada Nabi Musa: “Mintalah kepada Rabb-mu agar memperdengarkan kepada kami Kalam-Nya. Lalu beliau memperdengarkan firman-Nya: “Sesungguhnya Aku adalah Allah, Tiada Tuhan (yang haq disembah) selain Aku, Aku telah mengeluarkan kalian dari bumi Mesir ini dengan Tangan yang keras; sembahlah Aku dan janganlah sembah selain-Ku”.

Tatkala Musa memberitahukan kepada mereka bahwa Allah Ta’ala telah menjadikan taubat mereka dengan cara membunuh diri mereka sendiri, mereka berkata: “Kami tidak akan beriman kepadamu -yakni tidak akan mengikuti ucapanmu yang menyebutkan bahwa taubat kami adalah dengan cara sebagian kami membunuh sebagian yang lain- hingga kami melihat Allah dengan terang”. Ucapan mereka ini termasuk perbuatan dosa besar karena mendustakan Rasul, oleh karena itu Allah murka terhadap mereka dan menurunkan halilintar yang menyambar sehingga mereka binasa. Mereka mati satu per-satu dalam kondisi menyaksikan apa yang terjadi, lalu Allah menghidupkan mereka kembali setelah berlangsung sehari semalam. Hal ini semata agar mereka mau bersyukur kepada-Nya dengan cara beribadah hanya kepada-Nya, tidak kepada selain-Nya.

Allah juga mengingatkan kepada mereka tentang nikmat-nikmat yang lain seperti menaungi mereka dengan awan dan menurunkan manna dan salwa pada saat mengalami peristiwa “Tîh” di padang sahara Sina .

Dalam firman-Nya pada ayat yang lain (artinya): “…dan tidaklah Kami menganiaya mereka…” terdapat isyarat bahwa cobaan di padang “Tîh” tersebut merupakan siksaan bagi mereka akibat perbuatan mereka yang tidak mau berjihad dan keberanian mereka membantah Nabi mereka, yaitu manakala mereka berkata (dalam firman-Nya yang artinya) : “Pergilah engkau bersama Rabbmu berperang, sesungguhnya kami hanya ingin duduk-duduk saja disini”. Memang, Dia Ta’ala tidak pernah menganiaya mereka di dalam cobaan di padang Tîh tersebut akan tetapi justeru merekalah yang telah menganiaya diri mereka sendiri. [Ays]

Makna Ayat Per-Penggalan

AYAT 54:
Firman-Nya: {“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya…”}
{“Hai kaumku…} : Panggilan ini diarahkan kepada kaum laki-laki dan perempuan di kalangan kaumnya yang menyembah anak lembu buatan, [Zub]

{sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sesembahanmu)…}
{maka bertaubatlah kepada Rabb yang menjadikan kamu…} : yakni bertaubatlah kamu kepada Allah Yang telah menciptakan kamu karena kamu telah menyembah selain-Nya (syirik), [Zub]

{dan bunuhlah dirimu…} : dari ‘Aly (bin Abi Thalib-red), dia berkata: “Mereka berkata kepada Musa: ‘apa bentuk taubat kami?’. Dia menjawab: ‘sebagian kalian membunuh sebagian yang lainnya’, lalu mereka mengambil pisau sehingga ada seorang laki-laki yang membunuh saudaranya, bapaknya bahkan anaknya, tidak peduli siapa yang dibunuhnya sehingga terbunuhlah sebanyak 70.000 orang. Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa: ‘perintahkan kepada mereka agar mengangkat tangan mereka karena siapa yang terbunuh telah diampuni dosanya dan orang-orang yang tersisa dari merekapun telah diberi taubat”. [Zub]

{Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Rabb yang menjadikan kamu…}
{maka Allah akan menerima taubatmu…} : Kamu telah membunuh diri kamu sehingga Dia Ta’ala menerima taubat mereka yang tersisa dari golongan kamu, [Zub]

{Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang}

AYAT 55:
Firman-Nya: {Dan (ingatlah), ketika kamu berkata…} : Yang mengatakan ucapan ini adalah tujuhpuluh orang yang telah dipilih oleh Musa, [Zub]

{“Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah…}
{dengan terang (jahrah)…} : kata Jahrah (dengan terang), maknanya secara bahasa adalah al-Mu’âyanah (menyaksikan dengan mata telanjang), [Zub]

{karena itu kamu disambar halilintar…} : yakni api dari langit yang menyambar mereka sehingga mereka mati, [Zub]

{sedang kamu menyaksikannya} : kamu melihat hal itu secara langsung dengan mata telanjang. [Zub]

AYAT 56:
Firman-Nya: {Setelah itu Kami bangkitkan kamu…}: Menghidupkan mereka setelah mematikan. Mereka disiksa dengan sambaran halilintar tersebut karena mereka meminta sesuatu yang tidak diizinkan oleh Allah untuk dilihat di dunia (yakni melihat Allah/ru’yatullâh), sedangkan di akhirat kelak maka banyak sekali hadits-hadits yang mencapai derajat mutawatir bahwa para hamba-Nya akan melihat Rabb mereka di akhirat. Dan dalil ini adalah Qath’iyyah ad-Dilâlah. [Zub]
{sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur }

AYAT 57:
Firman-Nya: {Dan Kami naungi kamu dengan awan (al-Ghamâm)…}: sinonim dari kata “al-Ghamam” adalah “as-Sahâb” (keduanya bermakna) : awan. Allah menjadikannya bagi mereka seperti payung yang melindungi dari terik panas matahari ketika mereka berada di padang Tîh yang terletak diantara wilayah Mesir dan Syam. Saat itu, mereka menolak untuk memasuki Madinah al-Jabbârîn, [Zub]
{dan Kami turunkan kepadamu…}
{“manna”…} : tetesan yang turun dari langit ke atas pohon atau batu, lalu menjadi manis seperti madu dan kering seperti lilin. Dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bahwa al-Kam-ah (cendawan) adalah berasal dari manna yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Musa, [Zub]

{dan “salwa”} : ada yang mengatakan bahwa ia adalah as-Sumânâ, yakni burung yang mereka sembelih lalu dimakan; ada lagi yang mengatakan bahwa makna salwa adalah al-‘Asal (madu), [Zub]
{Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu…}
{Dan tidaklah mereka menganiaya Kami…} : Allah Ta’ala berfirman (dalam hadits Qudsiy) : “Kami lebih Mulia untuk dizhalimi”, [Zub]
{akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri}

Petunjuk Ayat

  • Seorang Mukmin yang menyembah selain Allah padahal dia mengetahui bahwa hal itu merupakan ibadah kepada selain-Nya maka ini dianggap sebagai bentuk riddah (murtad) dan kesyirikan. Dikatakan riddah karena Allah telah memerintahkan Bani Israil agar orang yang belum menyembah anak lembu buatan membunuh orang yang telah menyembahnya karena mereka dihukumi sebagai murtad. Hukum orang yang murtad berdasarkan hadits yang shahih adalah dibunuh. Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah dia”.
  • Disyari’atkannya memerangi orang-orang yang murtad. Di dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah dia” akan tetapi hal ini setelah dimintakan kepadanya untuk bertaubat terlebih dahulu.
  • Alasan hidup secara keseluruhannya adalah untuk bersyukur kepada Allah Ta’ala dengan cara beribadah hanya kepada-Nya. Hal ini diperkuat oleh firman-Nya “Tsumma Ba’atsnâkum” yakni kemudian kami hidupkan kamu setelah mati agar kamu bersyukur. Ayat yang lebih tegas lagi adalah firman-Nya (artinya): “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” ; dan ibadah itu sendiri adalah kesyukuran.
  • Yang halal, baik berupa makanan, minuman atau lainnya adalah apa yang dihalalkan oleh Allah dan yang haram adalah apa yang diharamkan oleh Allah Ta’ala. [Ays]

(Diambil dari Kitab Aysar at-Tafaasiir li Kalaam ‘al-Aliy al-Kabiir [disingkat: Ays] karya Syaikh Abu Bakar al-Jazâiriy dan Kitab Zubdatut Tafsir min Fath al-Qadîr [disingkat: Zub] karya DR. Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar)