Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

( من أصبح منكم آمناً في سربه ، معافى في جسده ، عنده قوت يومه ، فكأنما حيزت له الدنيا بأسرها )

“Barangsiapa di antara kalian yang memasuki waktu pagi hari dalam keadaan aman pada dirinya, sehat jasmaninya dan dia memiliki makanan pada hari itu, maka seolah oleh dia diberi dunia dengan berbagai kenikmatannya.

Hadits ini diriwayatkan oleh Salamah bin ‘Ubaidillah bin Mihshan al-Khathmiy , dari bapaknya radhiyallahu ‘anhu –dan dia termasuk Shahabat- berkata:”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
(مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا)

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari rahimahullah dalam al-Adabul Mufrad no. 300, at-Tirmidzi dalam as-Sunan no. 2346 dan beliau berkata:“Hadits hasan gharib.”

Syaikh al-Albani rahimahullah berkata setelah mentakhrij hadits ini dari sejumlah Shahabat radhiyallahu ‘anhum:“Dan secara garis besar, maka hadits ini hasan Insyaa Allah, dengan penggabungan dua hadits dari dua Shahabat Anshar dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhum. Wallahu A’lam” (as-Silsilah ash-Shahihah 2318). Demikian juga yang dinyatakan oleh Syaikh Salim al-Hilali hafizhahullah di dalam Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhush Shalihin ketika mensyarah (menjelaskan) hadits ini (hadits no. 511).

Sabda beliau:أصبح Maknanya adalah memasuki waktu pagi pada hari itu. Di dalamnya ada isyarat bahwa seorang mukmin hendaknya tidak gelisah dan khawatir dengan urusannya di masa mendatang, karena sesungguhnya urusannya ada di tangan Allah, Dialah yang mengatur semua urusan dan Dialah yang mentakdirkan segala sesuatu. Dan wajib bagi setiap mukmin untuk husnu zhan (berprasangka baik kepada Allah) dan untuk optimis dengan kebaikan.

Syaikh al-Mubar Kafuury rahimahullah (ini yang benar bukan Mubarakfury sebagaimana yang sering kita dengar, karena Mubar Kafur adalah salah satu nama tempat di India) berkata di dalam syarh hadits ini:”Sabda Nabi: ( من أصبح منكم ) /barang siapa memasuki waktu pagi di antara kalian:‘maksudnya adalah kalian wahai kaum mukminin.’

Sabda beliau ( آمناً )/aman:“Maknanya adalah tidak takut dari musuh.”

Sabda beliau (في سِربه):Maknanya adalah (aman) dalam dirinya. Dan ada yang mengatakan:‘As-Sirbu artinya adalah kelompok atau lingkungan, maka maknanya aman dalam keluarga dan orang-orang yang berada dalam tanggungan nafkahnya.'” Dan ada yang mengatakan bahwa السرب dengan memfathahkan huruf siin, menjadi as-Sarbu maka maknanya adalah di jalannya. Dan ada pula yang memfathahkan huruf siin dan ra’, menjadi as-Sarabu artinya adalah aman di dalam rumahnya dan tempat tinggalnya. Demikan yang disebutkan oleh al-Qory rahimahullah dari beberapa ulama yang mensyarah (menjelaskan) hadits ini. Maksudnya dia aman jiwanya dari pembunuhan, aman rumahnya dari pencurian dan aman kehormatannya dari pelecehan.

Rasa aman adalah salah satu nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling besar yang dikaruniakan kepada hamba-Nya setelah nikmat Iman dan Islam. Dan tidak akan merasakan kenikmatan hidup, orang yang kehilangan nikmat aman ini. Seperti orang-orang yang hidup di suatu Negara yang kehilangan rasa aman di dalamnya. Atau seperti orang-orang yang yang hidup di tengah-tengah peperangan yang merusak harta benda dan menghilangkan nyawa, ia tidur di bawah gemuruh suara pesawat perang, dan dentuman meriam, bahkan salah seorang di antara mereka menempelkan tangannya di atas jantungnya, menunggu kematian yang bisa saja mendatangi mereka setiap saat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

( الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ )).{الأنعام}.

” Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An`aam:82)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan keamanan bagi orang-orang yang beriman, apabila mereka merealisasikan tauhid, mengikhlashkan (memurnikan) keimanan, dan melakukan amal shalih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

( وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ)). [ النور ].

” Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nuur: 55)

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam معافى في بدنه: Maksudnya adalah sehat, selamat dari sakit dan penyakit baik secara lahir maupun batin. Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan di dalam Musnadnya dari hadits Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah membaca do’a:

( اللهم إني أعوذ بك من البرص والجنون والجذام ، ومن سيئ الأسقام )).

”Ya Alloh sesunguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila dan penyakit kusta serta dari sejelek-jeleknya penyakit”.

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala keselamatan dalam agama, dunia, jiwa, keluarga, dan harta beliau setiap pagi dan sore. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan para Shahabatnya untuk membacanya juga. Imam Abu Dawud rahimahullah meriwayatkan dari hadits ‘Abdullah bin’Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:

( لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم يدع هؤلاء الدعوات حين يمسي وحين يصبح.

” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tak pernah meninggalkan doa-doa ini ketika pagi dan sore:

(اَللَّهُمَّ إِنَِي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدِّنْيَا وَاْلآخِرَةِ اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي اَللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِيْنِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي وَأَعُوْذُ بِعِظَمَتِكَ مِنْ أَنْ أَغْتَالَ مِنْ تَحْتِي))

Ya Allah, sesungguhnya Saya memohon kepada-Mu keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepadamu ampunan dan keselamatan dalam agama dan dunia saya, keluarga, dan harta saya.Ya Allah, tutupilah kejelekan saya dan tentramkanlah hati saya. Ya Allah, lindungilah dari depan dan dari belakang saya, sebelah kanan dan kiri saya dari atas kepala saya, serta dengan keagungan-Mu aku berlindung dari upaya makar atas saya dari bawah saya.’”

Shahih, di dalam kitab Takhriijul Misykah (27). [Abu Daud, 40-Kitab Al Adab, hadits (101), Bab Ma Yaqulu Idza Ashbah, hadits (5074). Ibnu Majah, 34- Kitab Adu’a, 14- Bab Ma Yad’ur-Rajulu Idza Ashbaha wa Idza Amsaa, hadits 3871].

Imam at-Tirmidzi di dalam Sunannya meriwayatkan sebuah hadits dari Mu’adz bin Rifa’ah dari bapaknya berkata:”Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu naik ke atas mimbar, kemudian beliau menangis lalu berkata:’Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di atas mimbar pada tahun pertama lalu menangis, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

( سلوا الله العفو والعافية فإن أحداً لم يُعط بعد اليقين خيراً من العافية )).

”Mintalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ampunan dan keselamatan, karena sesungguhnya tidaklah seseorang dikaruniai sesuatu yang lebih baik setelah dikaruniai keyakinan (iman) dibandingkan dengan keselamatan.”

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa kebanyakan manusia melalaikan dan terpedaya dengan nikmat ini. Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dalam Shahihnya dari hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

( نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس : الصحة والفراغ )).

”Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia terpedaya dengan keduanya; nikmat sehat dan waktu luang.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan bimbingan kepada ummatnya untuk memanfaatkan kesehatannya sebelum datangnya sakit. Imam al-Hakim rahimahullah meriwayatkan dalam al-Mustadrak dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

( اغتنم خمساً قبل خمس.. وذكر منها :صحتك قبل سقمك )).

”Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara, beliau menyebutkan di antaranya:”Sehatmu sebelum datang sakitmu.”

Dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari berkata:

( إذا أصبحت فلا تنتظر المساء ، وإذا أمسيت فلا تنتظر الصباح ، وخذ من صحتك لمرضك ، ومن حياتك لموتك )).

”Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu.”(Riwayat Bukhari)

Dan orang-orang yang mengunjungi Rumah Sakit kaum Muslimin, lalu melihat ujian yang menimpa saudara-saudaranya sesama muslim berupa penyakit kronis yang para Dokter tidak sanggup mengobati sebagian penyakit-penyakit tersebut, niscaya dia akan memuji Allah ‘Azza wa Jalla setiap pagi dan sore atas nikmat sehat ini. Maka sungguh Mahabenar Allah Subhanahu wa Ta’alayang berfirman]:

( وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ )){إبراهيم}.

” Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”(QS. Ibrahim: 34)

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:(( عند قوت يومه )) maksudnya adalah dia memiliki makanan yang cukup untuk dikonsumsi dan bisa menghidupinya. Makanan adalah salah satu nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sangat besar, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

( فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ * الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ )).{قريش}.

” Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”(QS. Quraisy: 3-4)

Sedangkan menurut Syaikh al-Mubar Kafuury rahimahullah maknanya adalah dia memiliki makanan yang cukup yang dia dapatkan dengan cara yang halal.

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kelaparan. Imam Abu Dawud rahimahullah meriwayatkan di dalam kitab Sunan Abi Dawud dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a:

( اللهم اجعل رزق آل محمد قوتاً )).

”Ya Allah jadikanlah kecukupan rizki pada keluarga Muhammad.”

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam: (فكأنما حيزت) maknanya adalah dikumpulkan untuknya, dan di dalam kitab al-Misykah ada tambahan بحذافيرها menurut al-Qariy maknanya adalah dengan sempurna. Dan maknanya seolah-olah dia dikarunia dunia dengan segala isinya. (Tuhfatul ahwadzi)

Al-Munawi rahimahullah berkata:”Barangsiapa yang Allah mengumpulkan pada dirinya kesehatan jasmaninya, keamanan dalam hatinya, kecukupan dalam makanannya, dan keselamatan keluarganya maka Allah telah mengumpulkan untuknya seluruh nikmat yang barangsiapa mendapatkanya dia seolah-olah telah memiliki dunia sekalipun tidak mendapatkan nikmat selain itu. Maka hendaknya dia tidak menyambut hari itu melainkan dengan syukur kepada Allah dengan memanfaatkan nikmat tersebut untuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan dengan bermaksiat kepada-Nya atau bukan dengan lalai dari dzikir kepada-Nya.”(Faidhu al-Qadhir)

Dari penjelasan yang telah lalu jelaslah bahwa siapa saja yang terkumpul di dalam dirinya ketiga hal ini, maka pada hari itu seolah-olah dia memiliki dunia seluruhnya. Dan sebenarnya pada kebanyakan manusia telah terkumpul ketiga hal ini dan bahkan mereka memiliki lebih banyak lagi dibandingkan dengan yang disebutkan dalam hadits ini, namun demikian mereka mengingkarinya dan meremehkan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka dapatkan. Maka mereka sebagaimana yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala
:

( يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ )) {النحل}.

” Mereka mengetahui ni’mat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.”(QS. An-Nahl: 83)
( أَفَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ )){النحل}.

”Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?”(QS. An-Nahl: 71)

Dan obat dari penyakit ini adalah dengan melihat kepada orang-orang yang tidak mendapatkan kenikmatan ini, atau yang tidak mendapatkan sebagian dari nikmat ini, sebagaimana yang diwasiatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

( انظروا إلى من أسفل منكم ، ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر ألا تزدروا نعمة الله)).

”Lihatlah orang yang lebih rendah (kenikmatannya) darimu dan janganlah melihat kepada yang lebih banyak (kenikmatannya) darimu agar kamu tidak mencela nikmat yang Allah anugerahkan kepadamu.”

Ibnu Hajar dan ulama yang lainnya rahimahullah berkata:”Hadits ini mencakup macam-macam kebaikan, karena seseorang apabila melihat kepada orang yang lebih unggul daripada dirinya dalam masalah dunia niscaya hawa nafsunya akan meminta yang seperti itu, lalu dia menganggap remeh nikmat Allah yang dirasakannya dan akhirnya dia bersikeras untuk mencari tambahan untuk menyamainya (orang lain yang lebih unggul) atau mirip dengannya. Dan ini ada pada kebanyakan manusia. Adapun apabila dia melihat orang yang lebih rendah darinya dalam masalah duniawi maka akan nampak dengan jelas nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala pada dirinya sehingga dia pun bersyukur, tawadhu’ (merendahkan diri) dan melakukan kebaikan.”

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dalam kitab Shahihnya dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya seseorang bertanya kepada beliau radhiyallahu ‘anhuma:

ألسنا من فقراء المهاجرين ، فقال عبدالله : ألك امرأة تأوي إليها ؟ قال: نعم. قال : ألك مسكن تسكنه ؟ قال: نعم.
قال: فأنت من الأغنياء. قال فإن لي خادماً . قال : فأنت من الملوك.

”Bukankah kita termasuk orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin?” Maka ‘Abdullah berkata:’Apakah engkau memiliki istri yang engkau bersandar kepadanya?’ Dia menjawab:’Ya.’ ‘Abdullah bertanya lagi:’Apakah engkau memiliki rumah untuk tempat tinggalmu?’ Dia menjawab:’Ya.’ Maka ‘Abdullah pun berkata:’Jadi engkau adalah orang kaya.’ Orang itu berkata lagi:’Sesungguhnya aku juga memiliki pembantu.’ ‘Abdullah pun berkata:’Maka engkau termasuk salah seorang raja.’

Walhamdullillahi Rabbil ‘Alamin, wa Shallallahu wa Sallama ‘Alaa Nabiyyinaa wa Habiibinaa Muhammadin wa ‘Alaa Aalihi wa Shahbihi Ajma’iin

(Sumber: Diterjemahkan الدُوروُ المنتقاه من الكلمات الملقاه dan حديث من أصبح منكم آمنا في سربه dari http://www.islam-qa.com/ar/ref/114984. Posting oleh Abu Yusuf Sujono)