Telah disebutkan di awal kitab tentang apa yang diucapkan oleh orang yang keluar dari rumahnya. Ini juga dianjurkan bagi musafir, dan agar ia memperbanyak hal itu.

Dianjurkan agar ia berpamitan kepada keluarganya, kaum kerabatnya, para saha-batnya dan tetangganya, serta meminta kepada mereka supaya mendoakannya dan ia juga mendoakan mereka.

Kami meriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan selain-nya, dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,

إِنَّ اللهَ سبحانه و تعالى إِذَا اسْتُوْدِعَ شَيْئًا حَفِظَهُ.

“Sesungguhnya Allah jika dititipi sesuatu, maka Dia pasti menjaganya.

Kami meriwayatkan dalam kitab Ibn as-Sunni dan selainnya, dari Abu Hurairah y, dari Rasulullah ,Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,

مَنْ أَرَادَ أَنْ يُسَافِرَ، فَلْيَقُلْ لِمَنْ يُخَلِّفُ: أَسْتَوْدِعُكُمُ اللهَ الَّذِيْ لاَ تَضِيْعُ وَدَائِعُهُ.

“Barangsiapa yang hendak bepergian, maka hendaklah ia mengatakan kepada siapa yang ditinggalkannya, ‘Aku menitipkan kalian kepada Allah yang mana sesuatu yang dititipkan kepa-daNya tidak akan hilang’.

Kami meriwayatkan dari Abu Hurairah juga, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,

إِذَا أَرَادَ أَحَدُكُمْ سَفَرًا، فَلْيُوَدِّعْ إِخْوَانَهُ، فَإِنَّ اللهَ سبحانه و تعالى جَاعِلٌ فِي دُعَائِهِمْ خَيْرًا.

“Jika salah seorang dari kalian hendak bepergian, maka hendaklah ia berpamitan dengan saudara-saudaranya. Karena Allah Subhanahu waTa`ala menjadikan kebaikan dalam doa mereka.”

Disunnahkan agar orang yang berpamitan mengucapkan apa yang kami riwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dari Qaza’ah, ia mengatakan, “Ibnu Umar p menga-takan kepadaku,

تَعَالَ أُوَدِّعْكَ كَمَا وَدَّعَنِيْ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم : أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيْمَ عَمَلِكَ.

‘Kemarilah, aku akan berpamitan kepadamu sebagaimana Rasulullah a berpamitan kepada-ku, ‘Aku menitipkan pada Allah agamamu, amanatmu dan penutup amalmu’.”

Imam al-Khaththabi berkata, “Amanah di sini ialah keluarganya, orang yang diting-galkannya, dan hartanya yang berada di sisi orang yang dipercayainya.” Ia melanjutkan, “Beliau menyebutkan agama di sini karena safar itu sumber kepayahan. Terkadang hal itu menjadi sebab diabaikannya sebagian perkara agama.”

Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi juga dari Nafi’, dari Ibnu Umar, ia mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم إِذَا وَدَّعَ رَجُلاً، أَخَذَ بِيَدِهِ، فَلاَ يَدَعُهَا حَتَّى يَكُوْنَ الرَّجُلُ هُوَ الَّذِيْ يَدَعُ يَدَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم ، وَيَقُوْلُ: أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَآخِرَ عَمَلِكَ.

“Jika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berpamitan kepada seseorang, maka beliau memegang tangannya. Dan beliau tidak meninggalkannya hingga orang itulah yang melepas tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau mengu-capkan, ‘Aku menitipkan pada Allah agamamu, amanatmu, dan akhir amalmu’.”

Kami meriwayatkan juga dalam kitab at-Tirmidzi dari Salim bahwa Ibnu Umar mengatakan kepada seseorang, ketika hendak bepergian,

أُدْنُ مِنِّيْ أُوَدِّعْكَ كَمَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم يُوَدِّعُنَا. فَيَقُوْلُ: أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيْمَ عَمَلِكَ.

“Mendekatlah kepadaku, aku akan berpamitan kepadamu sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ber-pamitan kepada kami.” Ia lalu mengatakan, “Aku menitipkan pada Allah agamamu, amanatmu dan penutup amalmu.” At-Tirmidzi mengatakan, “Ini hadits hasan shahih.”

Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dengan sanad shahih dari Abdullah bin Yazid al-Khathmi ash-Shahabi radiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُوَدِّعَ الْجَيْشَ، قَالَ: أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكُمْ وَأَمَانَتَكُمْ وَخَوَاتِيْمَ أَعْمَالِكُمْ.

“Jika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam hendak melepas pasukan, maka beliau mengatakan, ‘Aku menitipkan pada Allah agama kalian, amanat kalian, dan penutup amal kalian’.”

Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Anas radiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيّ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنِّيْ أُرِيْدُ سَفَرًا، فَزَوِّدْنِيْ. فَقَالَ: زَوَّدَكَ اللهُ التَّقْوَى. قَالَ: زِدْنِيْ. قَالَ: وَغَفَرَ ذَنْبَكَ، قَالَ: زِدْنِيْ. قَالَ: وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ حَيْثُمَا كُنْتَ.

“Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, aku hendak beper-gian, maka bekalilah aku.’ Beliau bersabda, ‘Semoga Allah membekalimu dengan takwa.’ Ia menga-takan, ‘Tambahkan kepadaku.’ Beliau bersabda, ‘Semoga Dia mengampuni dosamu.’ Ia mengatakan, ‘Tambahkan kepadaku.’ Beliau bersabda, ‘Semoga Allah memudahkan kebaikan untukmu di mana pun engkau berada’.” At-Tirmidzi menilai sebagai hadits hasan.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Yusuf Al-Lomboky