Setelah mengetahui dampak buruk israf dan titik di mana keluarga terjatuh ke dalam israf, maka kali ini kita akan mengetahui saat-saat di mana biasanya israf terjadi padanya, hal ini berpijak kepada pengamatan terhadap kebiasaan masyarakat. Tidak sedikit keluarga terjebak ke dalam israf disadari atau tidak saat terjadi.

Ulang tahun

Baik ulang tahun kelahiran, ulang tahun perkawinan bahkan ulang tahun kematian. Alasannya, hari ulang tahun adalah hari istimewa. Istimewa apa? Saya bertanya kepada Anda dan jujur Anda menjawab, adakah perbedaan siginifikan antara kehidupan Anda sebelum dan sesudahnya? Berani jujur gak? Saya tidak menemukan perbedaan apa pun kecuali yang kemarin 16 sekarang jadi 17, yang kemarin 30 sekarang jadi 31. Lalu apa? Hidup, gitu-gitu saja. Di mana istimewanya kalau begitu?

Okelah saya mengalah, biar Anda tidak dongkol dan langsung menutup tulisan saya ini, anggap sebagai hari istimewa, sekarang, kalau ulang tahun dianggap istimewa, apakah ia tetap menjadi alasan yang benar untuk israf? Mengadakan pesta, makan-makan, musik, hura-hura yang tidak saja tidak bermanfaat, lebih dari itu banyak mengandung dosanya bisa ditilik dari sudut pandang syariat. Dan sebelum semua itu, apa iya ada tuntutan dalam Islam untuk ngerayain yang namanya hari ulang tahun? Blas ding, alias sama sekali tidak ada. Lalu sebagai muslim buat apa lelah-lelah melakukan sesuatu yang tidak berguna dalam agamanya?

Sebagian bapak memberikan hadiah masya Allah kepada anaknya saat ulang tahun, membuatkan pesta megah untuknya membuat orang-orang miskin hanya bisa menelan ludah saat melihatnya, sementara urusan agama dan akhlak anak, masa bodoh. Saya yakin masa bodoh, karena bila tidak, di mana bapak punya perhatian di bidang ini, niscaya dia tidak melakukan hal pertama, karena agama dan akhlaknya akan menolaknya melakukan pemborosan seperti itu.

Setali tiga uang, ulang tahun perkawinan. Sarat dengan israf dan pembuangan harta, pesta ini dan pesta itu, hadiah ini dan itu, dan yang sering malah tidak dimanfaatkan, hanya ditumpuk sebagai pajangan. Andaikata mereka berpikir memberikannya kepada fakir miskin atau anak-anak yatim, alangkah besar pahala dan manfaatnya.

Yang lebih menggelikan adalah ulang tahun kematian yang sering disebut haul, ada-ada saja, ternyata yang mati pun tak mau kalah dengan hidup, ingin punya hari ulang tahun kematian yang diperingati dengan meriah dengan berbagai bentuk israf dalam beribadah, bid’ah dan syirik dan juga israf dalam harta dalam bentuk membelanjakan harta untuk ritual tak jelas jluntrungannya.

Memang tidak semua mayit berharap diualangtahuni, hanya kerjaan orang-orang nganggur yang mencari pekerjaan, bahkan di sebagian ulang tahun kematian, ada yang diperingati dengan menyiksa diri, seperti ulang tahun kematian al-Husain bin Ali cucu Rasulullah, berteriak-teriak histeris sambil menusuk tubuh dengan benda tajam, dasar dungu, sejak kapan cinta diwujudkan dengan menyakiti diri? Seandainya al-Husain bisa hidup kembali maka orang-orang tersebut adalah musuh beliau yang pertama.

Mendapatkan Pekerjaan dan Promosi

Saat seseorang diterima bekerja, biasanya gaji pertamanya langsung ludes untuk memakani teman-temannya, padahal mereka tidak butuh dimakani, tetapi itulah yang terjadi, alasannya syukur, baiklah kalau alasannya syukur, mudah-mudahan dengan alasan tersebut dan niat yang baik, namun bukankah ada orang yang lebih patut, ibu atau bapak Anda yang sudah tua lagi miskin itu misalnya, Anda lebih berhak memperhatikannya daripada teman-teman Anda yang umumnya hanya teman kerja titik dan tidak lebih.

Demikian juga saat seseorang promosi naik jabatan, yang terjadi kemudian adalah makan-makan, tradisi pekerja dan pegawai, dikit-dikit makan-makan, sampai tanpa momen pun makan-makan, pokoke makan dan makan, padahal rata-rata mereka tak pernah kekurangan makan, bahkan cenderung enak-enak malah, tetapi lha ya kok nafsu makan enak mereka tetap fit dan semangat, makanya korupsi terus mewabah, nafsu makan yang besar menuntut anggaran besar, kalau pasak besar lalu tiang kecil, maka tiang harus disokong dengan salah satunya adalah korupsi.

Jadi tak jarang di tempat-tempat makan di jam siang atau sebelum atau sesudahnya, kita bisa menemukan orang-orang bersegaram atau tanpa seragam yang pada makan-makan, lagi ada yang nraktir atau mumpung ada yang mbayarin atau wah lagi dapat sabetan atau obyekan sepertinya nih. Apa pun, tradisi makan-makan di kalangan orang-orang yang tak butuh makan adalah pemborosan atau israf.

Tahun baru

Kalau israf di bidang ini terlihat sangat kentara, orang-orang berlomba-lomba merayakannya, mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, pesta-pesta digelar, even-even diadakan untuk menyambutnya, orang-orang tumbah ruah ke jalan-jalan di malamnya sampai pagi, kaum muslimin tidak tertinggal hal ini.

Padahal kalau dipikirkan dengan sedikit nalar, untuk apa semua itu? Pertama dalam kamus agama tidak ada hari raya tahun baru, jangankan tahun masehi, tahun hijriyah pun tak ada perayaannya. Kedua, hura-hura, membuat harta dan tenaga untuk sesuatu yang sia-sia. Ketiga, berisik, menganggu orang istirahat. Keempat, tidak selamat dari maksiat yang dijamin mengiringinya.

Saya hendak bertanya kepada orang-orang yang berbuat israf dengan merayakan tahun baru. Pertama, kalau Anda muslim, di pagi hari tanggal 1 Januari, Anda shalat Shubuh? Kedua, adakah Anda merasakan perbedaan antara 31 Desember 2011 dengan 1 Januari 2012? Saya yakin banyak dan banyak kaum muslimin mengemplang Shalat Shubuh saat itu. Saya juga yakin Anda tidak merasakan perbedaan apa pun selain saat Anda menulis tanggal, Anda mengganti 11 dengan 12. Hanya itu, saja kan? Kalau Anda termasuk kalangan bawah, perubahan 11 ke 12 tidak membuat Anda naik ke atas. Lalu untuk apa ngoyo, berlelah-lelah memperingatinya?

Tak ada manfaat selain hura-hura, padahal orang yang berakal semestinya hanya melakukan hal-hal yang bermanfaat. Hewan saja yang tak diberi akal, ia tidak pernah melakukan sesuatu tanpa guna, padahal ia hewan. Lalu bagaimana dengan Anda wahai manusia? Wallahu a’lam. (Izzudin Karimi)