Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, dari Jabir radiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,

كُنَّا إِذَا صَعِدْنَا كَبَّرْنَا، وَإِذَا نَزَلْنَا سَبَّحْنَا.

“Jika kami mendaki, maka kami bertakbir; dan jika kami turun, maka kami bertasbih.”

Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, dalam hadits shahih yang telah kami kemukakan dalam bab doa yang diucapkannya ketika menaiki kendaraannya, dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhu,, ia mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم وَجُيُوْشُهُ إِذَا عَلَوُا الثَّنَايَا كَبَّرُوْا، وَإِذَا هَبَطُوْا سَبَّحُوْا.

“Jika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan pasukannya mendaki bukit, maka mereka bertakbir; dan jika mereka turun, maka mereka bertasbih.”

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم إِذَا قَفَلَ مِنَ الْحَجِّ أَوِ الْعُمْرَةِ (قَالَ الرَّاوِيُّ: وَلاَ أَعْلَمُهُ إِلاَّ قَالَ: الْغَزْوُ)، كُلَّمَا أَوْفَى عَلَى ثَنِيَّةٍ أَوْ فَدْفَدٍ، كَبَّرَ ثَلاَثًا، ثُمَّ قَالَ: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، آيِبُوْنَ، تَائِبُوْنَ، عَابِدُوْنَ، سَاجِدُوْنَ، لِرَبِّنَا حَامِدُوْنَ. صَدَقَ اللهُ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ.

“Nabi jika selesai dari haji atau umrah (perawi mengatakan, ‘Aku tidak mengetahuinya kecuali mengatakan, ‘Dari peperangan’); setiap kali menaiki bukit atau dataran tinggi, beliau bertakbir tiga kali, kemudian mengucapkan, ‘Tiada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagiNya. Dia memiliki kerajaan, memiliki pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Kami kembali, bertaubat, beribadah, bersujud lagi memuji Rabb kami. Allah benar pada janjiNya, menolong hambaNya, dan Dialah satu-satunya yang mengusir pasukan bersekutu’.”

Ini redaksi riwayat al-Bukhari. Sedangkan riwayat Muslim seperti itu, hanya saja di dalamnya tidak disebutkan, “Dan aku tidak mengetahuinya kecuali mengatakan, dari peperangan.” Di dalamnya juga disebutkan, “Jika kembali dari pasukan atau peleton, haji atau umrah.”

Aku katakan, Pernyataannya, ‘Aufa,’ artinya naik. Pernyataannya, ‘Fadfad ialah dataran tinggi.’ Dikatakan (dalam riwayat lain), padang sahara yang tidak ada tanamannya. Dikatakan (dalam riwayat lain), tanah keras yang berikil. Dikatakan (dalam riwayat lain), dataran tinggi.

Kami meriwayatkan dalam Shahih keduanya, dari Abu Musa al-Asy’ari radiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم ، فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلىَ وَادٍ، هَلَّلْنَا، وَكَبَّرْنَا، وَارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم يَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِرْبَعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُوْنَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا، إِنَّهُ مَعَكُمْ، إِنَّهُ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ.

“Kami bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam; jika kami naik di atas lembah, maka kami bertahlil, bertakbir dan mengeraskan suara kami. Melihat hal itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Wahai manusia, lemah lembutlah terhadap diri kalian; karena kalian tidaklah menyeru Dzat yang tuli dan jauh. Sesungguhnya Dia berada bersama kalian. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi sangat dekat’.”

Aku katakan, Irba’u, artinya arfiqu bianfusikum (lemah lembutlah terhadap diri kalian).

Kami meriwayatkan hadits terdahulu dalam kitab at-Tirmidzi dalam bab musafir dianjurkan untuk meminta wasiat, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عَلَيْكَ بِتَقْوَى اللهِ وَالتَّكْبِيْرِ عَلَى كُلِّ شَرَفٍ.

“Hendaklah kalian senantiasa bertakwa kepada Allah dan bertakbir di atas setiap tempat yang tinggi.”

Kami meriwayatkan dalam kitab Ibn as-Sunni, dari Anas radiyallahu ‘anhu, ia menceritakan,

إِذَا عَلاَ شَرَفًا مِنَ اْلأَرْضِ، قَالَ: اللّهُمَّ لَكَ الشَّرَفُ عَلَى كُلِّ شَرَفٍ، وَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى كُلِّ حَالٍ.

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam jika naik di atas dataran tinggi, maka beliau berucap, ‘Ya Allah, Engkau memiliki kemuliaan di atas segala kemuliaan, dan Engkau memiliki pujian atas segala keadaan’.”

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Yusuf Al-Lomboky